b l u r b

748 33 22
                                    

"Ummi ... Ummi sama semuanya kenapa tega ngejodohin Nifa," kataku dengan memelas tanpa menatap wanita yang duduk di sebelahku.

"Coba deh coba, Nifa pengin tau tentang Ummi sama Abi Azam bisa ketemu dan nikah sampai saat ini. Bukan karena dijodohin, kan? Masa Ummi tega ma-."

"Siapa bilang Ummi bukan dijodohin? Nifa, ponakan Ummi tersayang ... sok tau ih," Ummi Hilya memencet pangkal hidungku.

Perempuan yang satu ini memang sudah kuanggap layaknya Ibu kandung sendiri. Tak heran, panggilan yang seharusnya kuganti dengan kata 'Ummi' sejak aku masih kecil.

"Terus? Kenapa bisa langgeng. Romantis lagi. Nifa kadang malu sendiri kalo nggak sengaja lihat Abi Azam sama Ummi bercanda-bercandaan," bayang-bayang pasangan yang hampir memasuki kepala tiga saat mereka bercanda ria terlintas di benakku.

"Lha? Kita yang bercanda kok kamu yang malu?," Ummi Hilya terkekeh.

"Abis bercandanya romantis!," kataku sambil tersungging, "nah kan. Mana ada yang gitu dijodohin?," aku bertanya hampir menyatakan.

Ummi hendak menjawab namun terhenti kala sebuah suara menginterupsi. Kami pun menoleh pada sumber yang menghentikan obrolan.

"Ibu ibu. Tamunya sudah datang. Cukup kan dulu ngerumpinya, ya."

Aku menatap Izyan yang kerap disapa Iyan dengan ekspresi tak suka. Apa-apaan si Iyan, enak saja menuduh kami merumpi. Adik sepupuku itu memang terkadang menyebalkan.

"Kamu aja sana Yan yang nyamperin mereka. Lagian sotoy kamu pake bilang ngerumpi segala. Pikir kamu nggak dosa apa!," kataku masih bergeming di samping Ummi yang hendak bangkit dari tepian ranjang.

"Udah ayo," kata Ummi lembut sambil memegang lenganku agar aku segera beranjak.

"Harus ya, Mi?," Nifa nggak mau punya imam kayak dia, sambungku dalam hati. Alasan itu entah kenapa tak berani untuk aku ungkapkan.

Kulihat Ummi mengangguk seraya tersenyum. Tampak lengkungan halus di matanya.

"Om Rakha, Abi, kakek sama om Iqbal udah nunggu tuh. Buruan," desak Iyan masih dengan posisi awal dia masuk ke kamar ini. Tangan yang memegang handle pintu seolah siap kapan saja mempersilakan para ratu untuk berjalan lebih dulu.

Pada akhirnya, aku pun bangkit dari dudukku untuk memulai langkah menuju para tamu yang akan menjadi calon keluarga kedua setelah keluargaku tercinta.

***

A.n:
Assalamualaikum teman TKPS😊
Saya kembali lagi dengan TKPS versi baru. Baruuu banget! Tentu, bahkan judul saja sudah sangat jauh berbeda. Bukan sequel ya tapi lebih ke spin off (?) Dan preuqelnya Teruntuk Kamu Pemilik Suara.

Semoga suka yah. Jangan lupa vote dan komentarnya😍

Bukan Imamku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang