11~Penjagaan

20.5K 1.3K 109
                                    

Seorang gadis merenung menatap taman Mansion dari balkon kamarnya. Matanya menatap beberapa bunga yang sedikit malu menunjukkan wajahnya pada sang rembulan. Pikiran gadis itu melayang membayangkan kejadian tadi siang.

Pacar? Apa sih pacar itu? ia kira pacar berarti seseorang akan menyayanginya, melindunginya, membuatnya bahagia, dan yang paling penting memanjakannya. Tapi ia salah, pacar ternyata mengerikan.

Awalnya ia mengira menjadi kekasih pangeran pujaannya akan sangat menyenangkan namun ternyata ia salah, salah besar.

Menjadi kekasih orang nomor satu di sekolah tidak semenyenangkan khayalannya, karena memang benar realita lebih menyakitkan.

Alfiandra Brilliant, kekasihnya yang memiliki sifat seperti monter. Selalu mengaturnya ini dan itu, melarangnya, mengekangnya, dan yang lebih parah Abby tidak bisa membantahnya.

“Hmm, Fi?” ujar Abby. Ponsel barunya -pemberian Fian- dia letakkan diatas meja. Mengaktifkan loudspeaker sambil dia berdiri di depan pagar pembatas balkon.

Kekasihnya itu memang telah memberikan ponsel baru untuknya. Ponsel itu juga telah terisi seperti ponsel lama Abby, entah bagaimana caranya Fian menyimpan data-data penting dari ponsel lamanya.

“I just miss you.”

“Kita baru berpisah tiga jam yang lalu.”

“Hmm, kupikir kamu harus masuk sayang. Udara malam nggak baik untukmu.”

“Kamu nguntit aku lagi? Aku udah bilang aku nggak suka kamu perlakukan seperti ini!”

No, aku nggak menguntitmu. Aku hanya memastikan keselamatanmu sayang.”

“Tapi aku nggak suka! Udahlah buang-buang waktu ngomong sama kamu. Aku ngantuk, selamat malam.”

Tut~Tut~Tut

Telepon dimatikan sepihak oleh Abby. Gadis itu berjalan masuk ke kamarnya. Mengunci pintu balkon dan menutup gordennya.

Ia sungguh kesal luar biasa karena sikap Fian. Ia benar-benar mengira jika Fian menghentikan tindakan konyolnya itu.

Abby memang masih kecil namun ia bisa menjaga diri. Lagipula di rumahnya sudah dijaga pengawal-pengawal handal dan tidak mungkin seseorang bisa masuk dan melukainya. Kegiatan menguntit yang dilakukan Fian dengan alasan menjaganya benar-benar menyebalkan.

Sementara itu di bawah sana, di samping pagar tinggi mansion Ramaliel, tepatnya di bawah pohon rindang Fian berdiri sambil menatap jendela kamar Abby. Tatapan yang awalnya lembut itu kini menajam saat lampu kamar Abby mulai temaram.

Menguntit? Katakanlah dia menguntit seperti kata gadisnya tadi. Tapi ia melakukan semua ini demi keselamatan gadisnya. Tidak ada yang bisa melukai Abby selama Fian masih bernapas.

Pengawal bayangan yang ditugaskan untuk mengawasi Abby dari jauh memang ada, tapi menjaganya secara langsung membuat Fian lebih puas. Apalagi jika menghadapi tikus kecil yang membahayakan gadisnya.

Mata elang itu kini beralih menatap tiga orang yang sudah terbaring tidak berdaya di kakinya. Mereka bertiga berniat buruk, mereka ingin menculik gadisnya. tentu saja dia tidak akan membiarkan itu terjadi. Tikus-tikus ini bukanlah apa-apa.

“Aku akan terus memastikan keselamatanmu sayang~”

******

“FIAN?!”

Pagi-pagi sekali, Abby dikejutkan dengan kehadiran Fian di mansion tepatnya berada di ruang makan. Laki-laki itu duduk santai sambil menatapnya yang baru saja turun dari tangga.

Senyuman muncul di wajahnya saat gadisnya melotot tidak percaya. Wajah gadis itu terlihat menggemaskan hingga membuat Fian ingin mencubit pipinya.

“Hmm,” gumam Fian.

“Kamu sejak kapan disini? Nguntit lagi?”

“Aku nggak nguntit sayang, Cuma jagain kamu.”

“Fian,” panggil Abby. gadis itu telah duduk di hadapan Fian menatap kekasihnya intens. Mata itu menatap mata tajam Fian yang menatapnya dengan sorot penasaran.

Abby memalingkan wajahnya saat jantungnya malah berdebar kencang. Rasa hangat menjalar dari leher ke pipinya hingga seluruh wajah. Malu sekali rasanya menatap Fian seperti itu.

Ternyata meski sudah menjalin hubungan dengan Fian debaran itu masih terasa menyakitkan. Semengerikan apapun sikap Fian padanya tapi laki-laki itu tetap mampu menghadirkan debaran di jantung Abby.

Dia memang sudah terjatuh terlalu dalam pada pesona orang nomor satu di Bima Putera ini.

“Makan sayang, maaf jika sikapku membuatmu tidak nyaman.”

“Aku hanya khawatir Fian.”

“Apa yang kamu khawatirkan? Aku menjagamu.”

“Itu yang ku khawatirkan. Kamu terlalu sibuk menjagaku hingga kamu lupa pada dirimu sendiri.” Abby menatap Fian sekilas lalu mengambil piring kekasihnya, mengisinya dengan nasi dan lauk-pauk. “Kemarin kamu tidak makan seharian kan?”

“Hmm?”

“Kamu terlalu memperhatikan aku sampai kamu lupa pada dirimu sendiri. Aku nggak suka Fi!!”

“Kamu khawatir?”

“Masih bertanya? Tentu saja aku khawatir. Sama seperti kamu menyayangiku akupun juga menyayangimu, aku akan sangat sedih jika kamu sakit apalagi karenaku.”

Abby mengaduk nasi di piringnya, nafsu makannya menghilang seketika. Pembicaraan ini membuatnya kehilangan mood. Rasanya dia ingin berbaring di ranjang dan kembali ke alam mimpi.

“Makan sayang. Jangan hanya diaduk,” peringat Fian pelan. Ia tidak boleh terbawa emosi hingga membuat gadisnya semakin marah padanya.

“Kita berangkat saja. Aku tidak nafsu makan, aku ingin segera bertemu Audrey dan Anya.”

“Hmm?”

“Kamu sudah makannya kan? Ayo berangkat.”

“Okay dan sayang, jangan terlalu dekat dengan temanmu. Dia berbahaya," ujar Fian. Laki-laki itu mengusap rambut Abby dengan sayang lalu menggandengnya menuju mobilnya.

Abby mengernyit? Teman yang mana yang dimaksud Fian? dan siapa orang yang dimaksud kekasihnya ini? Apakah Audrey? Atau Anya?

Kenapa Fian tidak langsung saja menyebutkan siapa yang dia maksud agar dirinya tidak menerka-nerka begini.

Abby penasaran~

*****

Selamat malam💜
Nggak niat update malam ini tapi di grup ditanya mulu jadinya dipaksa ngetik deh tangan aku hehe😘😘

Bagaimana tanggapan kalian di part ini?? Tolong dikomen hehe😂😘

Untuk teman-teman tersayangku, kesuksesan bisa datang darimana saja. Jangan menyerah dan tetap semangat, aku disini selalu bersama dan mendukung kalian. Love you💜💜

Jangan lupa vote dan komen yah😘😘😘

Sidoarjo, 09 Juli 2019

Syltrawberry💜💜💜

My Monster BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang