“Anya! Audrey! Kok ninggalin gue sih!” sungut Abby. Gadis itu duduk di kursi sebelah Anya. Nafasnya ngos-ngosan karena berlari.
Kalian tahu? Jantung Abby masih berdetak kencang. Efek yang ditimbulkan si pangeran sekolah sangat berbahaya untuk jantungnya. Kalau dia mati bagaimana?
“Lo lagi berduaan sama si Ketos makanya kita tinggal.” Jawab Anya. Abby melotot mendengar jawaban temannya itu. dasar! Teman macam apa mereka itu?
“Jahat banget.” Gadis itu cemberut menatap kedua temannya. Ia meletakkan kepalanya di meja, “Jantung gue bermasalah kayaknya. Setelah ditatap Fian, jantung gue berdetak cepet banget, sampai sesek gue,” keluh Abby.
Anya dan Audrey bertatapan sejenak kemudian kembali menatap kearah gadis yang tengah menutup matanya itu.
Kalau dilihat-lihat, wajah Abby terlihat memerah dengan nafas ngos-ngosan membuat kesimpulan keduanya semakin kuat.
“Lo suka sama Fian?” tanya Audrey. Abby membuka matanya menatap kearah kedua temannya.
Kepalanya menggeleng menolak pernyataan itu. Abby hanya kagum pada Fian yang berwibawa bukan suka.
“Masih mau bilang kagum?” Abby mengangguk. Dia memang kagum bukan suka. “By, rasa kagum dan suka itu berbeda. Reaksi lo sekarang nunjukin kalau lo suka sama Fian,” jelas Audrey.
“Kalian salah. Gue bener-bener Cuma kagum sama dia.”
“Oke gue setuju lo kagum sama Fian. Tapi, si pengagum rahasia pasti punya rasa walau sedikit kan? Percaya sama kita, lo itu suka sama Fian.” Anya menepuk bahu temannya itu.
Abby terdiam. Ia mulai memikirkan ucapan kedua temannya.Dia masih yakin jika dirinya hanya sekedar menaruh rasa kagum tanpa diselingi rasa suka. Rasa kagum akan wibawa seorang Alfiandra.
Tapi jika dipikir-pikir ucapan Anya dan Audrey tidak salah juga. Sebagai gadis yang baru masuk fase remaja, ia jelas tahu bagaimana jika seorang gadis menyukai seseorang.
Dia tahu dia memang masih terlalu dini untuk mengenal urusan cinta. Tapi lingkungannya yang mengajarkan.
Apalagi kedua temannya juga sudah memiliki pacar. Keduanya sangat sering bercerita tentang rasanya.
“Oke anggap aja kalian bener. Terus kalau gue udah suka gimana?”
“Saran gue mending lo mundur sebelum rasa suka lo kian besar. By, Fian terlalu tinggi untuk digapai. Selain banyak yang menyukainya, Fian seperti membuat dinding tebal yang menghalangi siapapun yang mendekat,” ujar Anya.
“Gue nggak setuju. Kalau lo suka kenapa harus mundur? Bukankah cinta harus diperjuangkan? Gimana lo bisa dapat cinta dia sedangkan lo aja enggan berjuang.” Kali ini giliran Audrey yang berbicara. Matanya menatap lekat kearah sang teman.
Sekarang Abby bingung harus bagaimana? Kenyataan bahwa dia menyukai sang pangeran sekolah masih mengejutkannya ditambah dengan saran kedua temannya yang bertolak belakang. Kebingungannya kian menjadi.
Kedua saran temannya tidak bisa dibenarkan juga tidak bisa disalahkan. Keduanya benar dan dapat diterima oleh Abby.
Jadi Abby mending mundur atau berjuang?
******
“Aww,” jerit Abby. Gadis itu terduduk di lantai setelah menabrak seseorang. Ini kedua kalinya dia menabrak seseorang dalam sehari.
Kepalanya mendongan keatas saat sebuah tangan terulur kepadanya. Sekali lagi matanya membulat melihat siapa yang ditabraknya.
Sepertinya teori bumi hanya selebar daun kelor memang benar. Buktinya untuk kedua kalinya ditempat yang sama Abby menabrak seseorang yang sama, Alfiandra.
Padahal ini jam pulang sekolah dan Abby pulang lumayan terakhir karena harus piket kelas. Tapi kenapa malah bisa menabrak Fian lagi? Apa tidak cukup tadi pagi saja?
Lagi, jantung Abby kembali berdetak kencang saat menatap mata tajam pangeran sekolah. Ia berkedip lalu mengalihkan pandangannya kearah lain.
Dia menyayangi jantungnya, kasihan jika berdetak terlalu kencang.
“Lo nggak pa-pa?” tanya Fian. Tangan laki-laki itu masih terulur kearah gadis yang duduk di lantai.
Abby menatap uluran tangan Fian. Perlahan dia mengangkat tangan dan meletakkannya diatas tangan Fian.
Tuhan! Jantung Abby kian berdetak kencang. Tangannya seperti diterkena sengatan listrik saat memegang tangan Fian.
Matanya melotot kembali saat Fian menariknya kencang hingga dia menabrak dada milik laki-laki itu. Abby membatu, ia sangat terkejut dengan apa yang terjadi saat ini. Pikirannya benar-benar blank.
Sedangkan Fian diam-diam tersenyum saat merasakan gadis di pelukannya mematung. Laki-laki itu juga diam-diam mengirup bau sampo jeruk dari rambut gadis itu. Menenangkan.
“Sorry,” ujar Abby. Akhirnya dia bisa sadar dari keterpakuannya. Dia melepaskan pelukan Fian dan menundukkan kepala. Mana sanggup dia menatap mata laki-laki itu?!
Abby kembali membeku saat tangan Fian meraih dagunya dan mengangkat kepalanya. Matanya kini menatap mata tajam milik Fian. Sekilas Abby melihat senyuman kecil dari sang ketua OSIS.
“Lo nggak pa-pa? muka lo merah?”
Sialan! Abby memaki dalam hati. Kenapa Fian malah memperhatikan wajahnya. Dia yakin wajahnya semakin memerah karena ucapan Fian.
“Gue nggak pa-pa.” Abby menyingkirkan tangan Fian dari dagunya lalu menunduk.
“Nama lo?”
“Abigail, tapi biasanya dipanggil Abby.”
“Oh oke sayang, mph Abby maksud gue, gue duluan.”
“Iya,” jawab Abby. Gadis itu mengangkat wajahnya setelah sepatu Fian terlihat menjauh. Matanya menangkap punggung Fian yang semakin kecil hingga hilang di balik dinding.
Kalian dengar yang Fian bilang? Fian bilang sayang? Itu benar atau Abby hanya berhalusinasi?
“Fian itu penuh kejutan,” gumam Abby. Gadis itu kemudian berjalan kembali menuju gerbang.
Tanpa disadari, seseorang melihatnya dibalik dinding dengan senyum miring.
“Lo memang semenarik itu.”
******
Double nih seperti mau kalian😘😘 terima kasih antusiasnya sayang😘😘😘
Maaf malam banget soalnya pas ngetik, mama aku minta ini minta itu jadi tertunda mulu deh🙇🙇🙇
Semoga kalian suka part ini❤
Jangan minta Triple, kalo update Triple berarti langsung ending😏
Jangan lupa Vote dan komen yang banyak okeh😘😘
Salam sayang,
Sidoarjo, 19 April 2019Syltrawberry💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
My Monster Boyfriend
Novela JuvenilMonster? Bagaimana sih definisi monster bagi kalian? Sesosok yang tinggi besar dengan wajah mengerikan? Atau yang lucu seperti di film Monster Inc? Menurut Wikipedia Indonesia, Monster adalah makhluk yang bentuk atau rupanya sangat menyimpang dari y...