Senyum cerah terus terpatri di wajah Abby. Gadis itu menopang dagu seraya menatap kearah sang kekasih. Fian kekasihnya sekarang tengah memotong kecil-kecil bakso di mangkok -memudahkan Abby memakan makanannya.
Tidak ada yang istimewa bahkan terkesan sederhana tapi Abby menyukainya. Ia suka perhatian kecil Fian untuknya bahkan untuk hal yang seharusnya bisa dikerjakannya sendiri.
"Kenapa?" Fian bertanya seraya menatap kekasihnya.
"Nggak," jawab Abby sambil terkekeh. Ia memiringkan kepala, sekarang tangannya menopang pipinya yang gembul. Melihat wajah serius kekasihnya membuat senyumannya kian melebar.
Bagaimana bisa seseorang terlihat setampan ini hanya karena memotong bakso? Tuhan!!!
"Ini makan dulu sayang."
Ucapan Fian membuyarkan lamunan Abby. Laki-laki itu meletakkan mangkok di depan gadisnya. Bakso itu telah terpotong dengan sempurna, tidak terlalu besar atau kecil. Terlalu sempurna untuk hal sesederhana ini.
"Fian, sambalnya di deket kamu." Abby menunjuk sambel yang berada di dekat Fian. Laki-laki itu mendengus mendengarnya. Padahal dia sudah menjauhkan plus menyembunyikan sambal agar gadisnya tidak melihatnya.
"Nggak usah sambal sayang, nanti perut kamu sakit."
"Dikit aja Fi, rasanya hambar tanpa sambal," rayu Abby. Namun jawaban Fian hanya berupa gelengan semata.
Abby berdecak kesal. Tangannya menggeser mangkok bakso menjauh. Wajahnya dibuat semasam mungkin-usaha untuk merayu kekasihnya. Bayangkan saja bakso tanpa sambal bagi pecinta pedas sepertinya, hambar.
"Jangan cemberut dulu, noleh belakang."
Seperti permintaan kekasihnya, Abby melihat kearah belakang. Matanya membulat sempurna melihat mie ayam dan salad buah kesukaannya.
Ini surga namanya!!
Senyuman Abby kian lebar saat dua makanan itu diletakkan di hadapannya. Senyum yang membuat Fian tidak bisa berkedip barang sedetik.
"Ini baksonya? Mau?"
"Mau," jawab Abby sekilas--tidak terlalu peduli. Gadis itu mulai memakan mie ayam kesukaannya. Walaupun Fian tetap menjauhkan sambal tapi Abby tidak protes. Bagaimanapun mie ayam tidak akan pernah hambar.
Kini giliran Fian menopang dagu melihat kekasihnya begitu semangat memakan makanan kesukaannya itu. mungkin jika dia tidak salah ingat-sejak menjadi kekasihnya, Abby tidak pernah memakan makanan itu. Kenapa? Jelas jawabannya karena Fian melarang.
Melihat kekasihnya makan dengan bahagia membuatnya puas. Kekasihnya memang sesimple ini, caranya bahagia memang sesederhana ini. Tidak salah dia memilih pasangan.
"Fian."
Laki-laki itu menoleh ke samping-menatap seorang gadis yang berdiri sambil menatapnya sendu, Irene.
Berbanding terbalik dengan Irene yang menatap sendu, Fian malah menatap tajam pada si perusak suasana. Lihat saja gadisnya malah menghentikan kegiatan makannya dan memperhatikan gadis sialan di sampingnya.
"Lanjutin makannya sayang!" perintah Fian pada kekasihnya. Abby? Menurut tentu saja. Ia tidak akan menyia-nyiakan makanan kesukaannya ini. Kapan lagi dia bisa memakan mie ayam?!
"Fian aku mau ngomong," ujar Irene. Gadis itu berkaca-kaca menatap sepupunya namun tidak ada balasan. Fian malah menatap penuh cinta kearah Abby.
Diam-diam Irene mengepalkan tangannya. Wajahnya dipenuhi amarah saat melihat Fian mengabaikannya demi gadis sialan ini. Awas saja, Irene akan membuktikan siapa sebenarnya kesayangan Fian.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Monster Boyfriend
Ficção AdolescenteMonster? Bagaimana sih definisi monster bagi kalian? Sesosok yang tinggi besar dengan wajah mengerikan? Atau yang lucu seperti di film Monster Inc? Menurut Wikipedia Indonesia, Monster adalah makhluk yang bentuk atau rupanya sangat menyimpang dari y...