23. Pemakaman

7.2K 749 132
                                    

Hai gess!!

Tes ombak dulu dong. Komen kangen Fian disini yang banyak😍😍

Tengkiuu. Jangan lupa pencet bintang kecilnya😍

Selamat membaca~

******

"Apa rencana anda selanjutnya?"

Seseorang yang duduk menghadap jendela tersenyum kecil. Laki-laki bertubuh besar di belakangnya hanya menunduk menunggu respon dari atasannya.

"Tidak ada rencana. Untuk saat ini biarkan burung Pipitku bebas dulu."

"Tapi, anda bisa kehilangan dia?"

"Tidak. Milikku hanya akan jadi milikku," ujar sang atasan. Senyum miring tersungging di bibirnya.

Benar, untuk sementara biarkan burung Pipitnya terbang bebas dulu. Biarkan dia bahagia dulu, merasa bebas. Setelah puas, dia akan membawanya pulang.

*****

Kaki kecil itu melangkah dengan riang. Senyuman tidak lepas dari wajahnya sedari turun dari mobil sang kakak hingga sampai kamarnya. Dia merebahkan tubuhnya di ranjang raksasa miliknya.

Dia senang sekali, kakaknya menemaninya jalan-jalan seharian ini. Walaupun sebentar karena kakaknya akan kembali ke Amerika tapi dia sudah puas. Mungkin, sejenak dia bisa melupakan masalahnya.

"Nona?"

Gadis itu melirik pintu kamarnya yang tertutup. Ini belum jam makan malam, untuk apa pelayannya memanggilnya?

"Ada apa?" tanya gadis itu setelah membuka pintu.

"Tuan Fian ada di bawah," jawab pelayannya.

Sial!! Untuk apalagi sih dia datang kemari? Ck... Merusak mood saja!

"Bilang aja aku tidur!"

"Tapi kamu tidak tidur sayang."

Abby melotot saat melihat Fian yang sudah berdiri di depannya. Kapan dia datang? Abby tidak mendengar suara langkah kakinya.

"Pergi, gue capek!" Gadis itu berbalik dan hendak menutup pintu. Namun dia kalah cepat, Fian lebih dulu menarik tangannya.

Kaki panjang itu melangkah dengan pelan, agar gadis yang sedang dibawanya bisa mengimbangi langkahnya. Cekalan tangannya juga lembut namun tidak akan membuat gadis itu lepas.

Lelah memberontak membuat Abby akhirnya hanya mengikuti langkah laki-laki di depannya. Ia juga menurut saat Fian memintanya masuk ke dalam mobil.

"Kemana?"

"Pemakaman Irene," sahut Fian santai. Abby melotot melihat kekasihnya itu.

"Aku serius. Kamu yang memintanya kan?"

"Lo bunuh Irene?!" Abby berteriak histeris. Fian hanya melirik sekilas dan tetap tenang di sampingnya.

"Enggak. Aku nggak punya waktu untuk melakukannya. Mungkin anak buahku."

"Fian lo gila hah?"

"Aku sudah pernah bilang, akan kuhancurkan semua yang membuatmu terluka. Aku musnahkan hal yang membuatmu pergi dariku," bisik Fian lirih.

Abby menegang. Ini gila! Fian benar-benar tidak waras. Bagaimana bisa dia membunuh seseorang dengan mudahnya hanya karena Abby akan pergi?

Sesaat Abby merasakan pening di kepalanya. Fian benar-benar memberikan kejutan yang mengejutkan.

My Monster BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang