Part.32

6K 171 1
                                    

Ponsel berlogo apel tergigit yang tergeletak diatas nakas, sedari tadi bergetar. Puluhan panggilan tak terjawab tertera di layar ponsel. Namun sang pemilik masih saja bergelung dengan selimut tebalnya, bantal yang seharusnya untuk alas, kini berpindah diatas telinganya. Untuk membekapnya agar suara dering ponsel itu tak menembus gendang telinganya.

Sungguh, ia sangat malas bangun untuk hari ini. Mimpinya mungkin lebih menarik dari dering telfon itu. Tanpa ia ketahui, sang penelfon kini sudah berada diambang pintu kamarnya dengan helaan nafas panjang. Pantas saja telfonnya tak kunjung diangkat, ternyata pemiliknya masih setia pada kasurnya yang berukuran Queen size.

"Bangun BO!" Sentak seseorang itu dengan menggeplak bahu seseorang yang sedang tidur.

"Kebo. Woy Bo! Kebooo!" Panggilnya masih dengan mengguncang-guncang bahunya.

"Eeeuunghh." Yang dibangunkan hanya melengguh dan mengubah posisinya menjadi tengkurap.

"Gracia? Beneran gak mau bangun?!" Tanya Darrel dengan nada sinis.

Yap! Si penelfon tadi adalah Darrel. Ia sudah menghubungi Gracia dari setengah jam yang lalu, namun tak ada satupun telfonnya yang diangkat.  Dan saat ia memasuki rumah cewek itupun, terlihat sangat sepi, hanya ada beberapa asisten rumah yang memang sedang bekerja.

Darrel beranjak menaiki kasur, menindih tubuh Gracia yang sedang tengkurap dibalut selimut. Memeluknya dengan sangat erat, bermaksud mengusik tidur gadis itu. Namun tak ada reaksi apapun yang ditunjukkan. Darrel lelah, dan jam sudah menunjukkan pukul enam lewat empat puluh lima menit. Tersisa lima belas menit dari waktu bel masuk sekolah. Dan kalaupun ia membangunkan Gracia, tetap saja ia akan terlambat.

"Cia? Beneran gak mau bangun?" Bisiknya dengan tangan yang memencet hidung gadis itu. Berhasil! Gracia terbangun dengan muka sebal. Ia berbalik, menatap Darrel yang tengah menatapnya dengan wajah kesal. Tatapan mereka beradu dengan sinis, dan terhenti karena Gracia segera memutuskan tatapanya.

"Minggir!" Pinta Gracia ketus.

Namun, bukannya Darrel beranjak ia malah semakin mengeratkan pelukkannya. Bahkan ia tak segan menarik kepala Gracia untuk dipeluk.

Gracia mengerang. "Tadi disuruh bangun! Ini udah bangun malah ditarik lagi." Sungut gadis Barbie itu dengan nada kesal. Darrel terkekeh.

"Udah sana mandi! Gue tunggu dibawah." Setelah berucap demikian, barulah Darrel beranjak dari tempat tidur Gracia.

Gracia menguap lebar setelah punggung Darrel tak terlihat lagi. Cewek itu mencebik malas. Ia bangkit dari tempat tidur, lalu memasuki kamar mandi untuk memulai ritual paginya.

* * *

Gerbang sekolah sudah tertutup sempurna, Gracia dan Darrel berpandangan penuh arti. Gracia melihat, ada senyuman dimatanya. Ia mengangguk pelan dengan smirknya. Gracia turun dari motor Darrel, ia mendekat pada gerbang. Ia menoleh kebelakang, Darrel sudah melaju dengan motornya.

"Pa, buka dong saya mau masuk." Pak satpam yang tengah menyesap kopinya menoleh dengan lirikan mematikan. Ia meletakkan cangkir kopinya lalu menghampiri gerbang dengan berkacak pinggang.

"Kamu lagi, kamu lagi. Bosen saya!" Gracia memutar bola matanya malas.

"Yaelah pa-" Ucapan Gracia terhenti kala seorang pengendara motor yang melintas berteriak dengan heboh.

"PAA DISANA ADA TAWURAN! CEPAT DI LERAI SEBELUM ADA KORBAN!!" Pak Satpam buru-buru membuka gerbang, ia berlari membawa tongkat ditangan kanan dan pisau berselongsong yang berada dipinggang kirinya.

Gracia memandangi Pak Satpan dengan wajah datar. Lalu ia mengedikan bahu kanannya saat seseorang meniup telinganya pelan. Orang itu Darrel, cowok itu muncul dengan senyum jailnya.

POSSESSIVE COUPLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang