Part. 39

5.4K 155 2
                                    

Satu jam Gracia berdiam diri dipojok ruangan yang penuh dengan rak-rak yang terisi buku dengan berbagai jenis pembahasan, dan yang sudah tertata rapi berjejer menurut abjadnya. Sedari tadi,gadis itu hanya menguap, dengan mata yang tak lepas dari sosok Darrel yang tengah serius membaca koran harian yang selalu nangkring di rak khusus koran-koran.

Wajahnya tak mengelak bahwa ia tengah kebosanan, namun ia tak berani meski sekedar mengajukan rajukannya karena bosan. Ia menghargai keseriusan kekasihnya itu jika sudah menyangkut dengan bacaan. Gracia tak ingin mengusiknya, lagipun, melihat wajah tenang dan sorot mata yang serius seperti sekarang ini adalah favoritnya. Meski ia harus rela menahan kantuk lantaran ia kebosanan.

Darrel terlihat melipat kembali koran yang sudah selesai dibacanya, oh belum, cowok itu baru membacanya setengah dari semua berita yang terdapat dikoran tersebut yang merupakan koran kedua setelah koran pertamanya sudah terselesaikan.

"Gue tau gue ganteng, tapi bisa gak kalo liatin jan gitu banget?" Celetuknya tanpa menatap Gracia. Ia sibuk melipat koran tersebut, lalu mengembalikan ketempat semula.

"Kok udahan? Bukannya masih banyak yang belum dibaca?" Bukannya membalas ucapan Darrel, Gracia malah berbalik tanya. Darrel yang merasa celetukannya diabaikanpun mengangkat sebelah alisnya.

"Bosenin,isinya lagi-lagi korupsi. Gimana Indonesia mau maju kalo pemimpinnya aja korupsi?!" Gracia terkekeh mendengar ucapan Darrel.

"Yaa gimana? Namanya juga manusia, gak akan pernah ngerasa cukup." Gracia menarik jari tengah Darrel yang berada diatas meja, memainkannya dengan menggoyang-goyangka jari itu atau menarik-nariknya.

"Hmm. Kek gue yang selalu kurang kalo belum cium pipi lo yah." Jari yang dimainkan Gracia, bergerak meraih jari-jari Gracia untuk digenggam. Satu kecupan mendarat dengan kilat di pipi kiri gadis itu.

Gracia tercengang, lalu senyumnya merekah lebar dengan perlahan. "Belajar gombal dari mana hmm? Kok bisaan yah kalo ngegombal." Ucap Gracia yang dibalas kekehan oleh Darrel.

"Lagian kasian pacar gue,masa dicuekin terus cuma gara-gara kalimat-kalimat berparagraf itu? Hmm?" Usai mengatakan itu, ia mengusung senyum terbaikknya untuk sang kekasih. Membuat Gracia tak kuasa menahan semburat merah diarea pipinya, wajah gadis itu memanas. Matanya tak lepas dari tatapan tajam Darrel, yang masih tersenyum manis.

"Ck apaan sih lo?!" Decaknya seraya mendorong pipi Darrel agar memutuskan kontak matanya, Darrel tertawa dengan itu.

Sungguh, kebahagiaan kecil seperti ini tidak akan pernah ia lupakan. Gracia, satu-satunya gadis yang mampu merubah hidup dan keadaan hatinya. Ia yang sudah tak percaya akan hal bernama cintapun, kini sudah mulai mempercayainya berkat gadis yang entah sejak kapan menyusup masuk kedalam hatinya.

Menurutnya, Gracia adalah sosok istimewa yang tak akan ia relakan pergi, meski keadaan menuntutnya untuk pergi. Ia ingin selalu egois jika sudah menyangkut Gracia. Bahkan ia berdoa setiap hari,meminta kepada tuhan, jika suatu saat mereka harus berpisah,maka kematianlah yang harus menjadi sebabnya.

Ia tak rela jika harus melihat bagaimana laki-laki lain, dapat memberikan cara terbaiknya untuk membahagiakan gadis yang sepenuhnya sudah menguasai hatinya. Gracia hanya miliknya, dan sebelum tuhan menjemputnya, Gracia akan tetap menjadi miliknya.

Tapi nyatanya ia tak mengetahui apa rencana yang sudah tuhan usungkan untuk kehidupannya dengan Gracia. Entah membahagiakan, atau justru menyakitkan. Hanya tuhanlah yang tau.

"Perasaan yah, tadi pagi ada deh yang  bilang kalau mulai sekarang gak ada lagi kata bolos? Kecuali urgent?" Gracia memiringkan kepalanya,menatap Darrel dengan sebelah alis yang terangkat. Darrel yang gemaspun segera mengacah rambut Gracia yang terurai bebas. Gadisnya sangat menggemaskan menurutnya.

Darrel menopang dagunya, lalu menatap Gracia yang memang tengah menatapnya. "Jamkos lagi tadi. Dari pada bosen dikelas, mending ke perpus." Gracia hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti. "Kamu sendiri kenapa ikut?"

"Kamu kenapa ngebiarin?" Darrel makin gemas dengan kekasihnya ini, ia mencubit pipi Gracia dengan gigi yang diketatkan.

"Kalo pacar tanya itu dijawab, bukan malah balik nanya!" Gracia mengangkat bahunya acuh.

"Kamu sendiri ngasih pertanyaan yang gabisa dijawab. Yaudah nanya balik aja." Ujarnya santai, membenarkan tingkahnya tadi.

Darrel sangat gemas dengan kekasihnya, sangat. Saking gemasnya ia ingin sekali  melipat Gracia hingga menjadi kecil, lalu dimasukanlah ia kedalam kantung celananya.

"Btw, pulang sekolah nanti ada acara apa?" Darrel nampak berpikir, ia tengah mengingat apa rencana yag sudah dibuat dengan para sahabatnya hari kemarin.

Cowok itu menggeleng, lalu mengedikan bahunya. "Cuma kumpul aja sih sama yang lain nanti dirumahku. Mau ikut?" Gracia menggeleng pelan setelah terlihat berpikir sejenak. "Kenapa?"

"Itu waktu kamu sama teman-teman kamu, aku gak mau ganggu." Jawab Gracia dengan tenang.

"Siapa yang bilang ganggu?" Darrel memicingkan matanya, menatap Gracia dengan pandangan tajam khasnya.

Gracia mengedikkan bahunya. "Kalau ada aku kamu pasti cuma prioritasin aku, dan interaksi kamu sama teman kamu pasti berkurang. Aku mau kamu berubah Rell, jangan kek gini terus. Percuma, itu gak akan ngerubah masalalu kamu." Darrel menatap Gracia dengan senyum simpul. Gracia meraih telapak tangan Darrel yang berada diatas meja, menggenggamnya dan segera dibalas oleh sang empunya. "Aku mau kamu enjoy sama temen-temen kamu."

"Terus kamu mau ngapain?" Gracia kembali mengangkat bahunya.

"Paling kerumah Monic atau yang lain." Darrel mengelus puncak kepala Gracia dengan sayang.

"Nanti aku anterin." Gracia tersenyum, lalu mengangguk dengan semangat.

* * * * * *

Seperti hari-hari sebelumnya, Gracia dan Darrel berjalan saling rangkul dikoridor menuju parkiran. Ini jam pulang sekolah, dan baru beberapa menit yang lalu bel tersebut berbunyi. Itu sebabnya, sekolah masih sangat ramai. Tak jarang dari mereka melemparkan tatapan iri kepada Gracia, yang berhasil menggaet hati seorang Darrel. Meski awalnya begitu memalukan karena penolakan.

Setelah kasus Gracia yang selalu mengusik Darrel meski berkali-kali mendapat penolakan,kini menjadi pelajaran untuk mereka semua. Tak jarang, cewek-cewek centil disekolah Gerilya mendekati Darrel dengan cara yang hampir sama dengan Gracia. Namun bedanya, jika dulu Darrel masih bebas tanpa siapapun yang berdiri disampingnya. Kini sudah ada Gracia yang siap menjadi penjaganya dari depan belakang bahkan samping. Tak jarang pula gadis-gadis yang nekat menirunya atau berusaha mendekati Darrel, kini mundur teratur karena takut akan gertakan Gracia yang luar biasa menakutkan. Menurut mereka.

"Grace." Langkah Gracia dan Darrel berhenti, menoleh kebelakang tepat pada seorang remaja laki-laki berseragam yang sama, berjalan tergesa kearah Gracia. "Hai." Sapanya kala sudah berada dihadapan Gracia.

Gracia menatap bingung cowok dihadapannya itu, ia merasakan rangkulan dibahunya mengerat. Ia tau, Darrelnya tengah menahan percikan rasa cemburu.

Cowok itu mengulurkan tangannya dengan senyum penuh arti, Gracia menatapnya datar. Karena Gracia tak kunjung menerima uluran tangan tersebut, si cowok meraih tangan Gracia dengan tidak sabaran.

Melihat itu, Darrel semakin tak dapat menahan amarahnya. Cowok itu segera melepaskan rangkulannya, lalu memukul wajah orang yang sudah berani menyentuh miliknya.

Orang itu tumbang seketika, dengan sudut bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah.

"Don't touche mine!" Desis Darrel dengan mata yang menggelap. Jujur Gracia kaget melihat itu, namun ia hanya menampilkan wajah datarnya.

Cowok yang tadi meraih tangan Gracia berdecih, ia berdiri kemudian memandang Darrel dengan tatapan mencemo'oh. Ia beralih menatap Gracia yang hanya diam mengamati, ia mulai angkat bicara. "Lo masih ingat gue kan?" Gracia memandang Darrel beberapa saat sebelum kembali menatap cowok itu.

"Gimana gue bisa lupa sama lo?" Gracia menatap cowok itu dari atas hingga bawah. "Cowok brengsek yang  bikin gue deket sama cowok munafik macem sodara lo itu!" Sengit Gracia dengan tatapan penuh kebencian.

TBC..

Sorry for typo :*

POSSESSIVE COUPLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang