Part.41

5.9K 158 2
                                    

Setelah mengantar Gracia kerumah Intan, Darrel segera melajukan motornya kerumahnya. Disana kedua sahabatnya sudah menunggunya.

Setelah ia memberi pelajaran pada Rival,cowok yang menyentuh miliknya tadi, dan meminta penjelasan apa maksud Gracia, ia jadi mengerti. Selama ini yang ia kira, Gracia memang sudah seperti ini dari dulu. Dulu sekali sebelum berpacaran dengan Dika. Ia sedikit kesal karena sebegitu besar pengaruh Dika bagi Gracia. Ia janji, ia akan mengembalikan semua hal yang sudah Dika rusak. Meski ia tau itu tidaklah mudah.

Motor ia berhentikan tepat didepan rumahnya yang sangat megah. Disana, sudah ada motor Satria dan Gibran. Dengan segera ia memasuki rumahnya, berlalu menuju kamarnya yang berada dilantai atas.

Sorakan sarkas menyambutnya kala ia membuka pintu kamarnya, ia mendengus keras-keras. Bukan karena sorakan mereka yang mengganggu, melainkan ia kesal sangat kesal malah. Bagaimana tidak? Kamarnya yang selalu rapi, mendadak berantakan jika sudah ada kedua sahabatnya.

"Darimana aja lo?!" Gibran melempar kulit kacang ke muka Darrel, saat ia baru saja menduduki sofa. Darrel menatap tajam cowok sengak itu. Bukannya takut, Gibran malah semakin gencar melampari Darrel dengan kulit kacang yang sedang ia makan isinya.

"Nyampah Monyet!" Mendengar umpatan Darrel, Gibran tidak marah. Cowok itu malah terbahak. Satriapun ikut tertawa mendengarnya.

"Ngapain aja tadi sama Grace? Kok kayanya lama banget yah." Sindir Satria halus. Darrel dengan santai melempar kaus kakinya kearah muka Satria. "Setan." Umpatnya kemudian.

"Ada masalah dikit."

"DS cegat lagi?" Tanya Gibran serius, namun Darrel menggeleng. "Lalu?"

"Adalah."

"Oh gituuu, sekarang mainnya rahasia-rahasiaan?? Oke!" Rajuk Gibran yang dibalas tendangan dikaki cowok itu. "Sakit anjir!"

"Baperan!" Cibir Darrel kemudian.

"Gak aneh-aneh tapikan Rell?" Tanya Satria dengan curiga. Darrel menggeleng.

"Bukan masalah besar."

"Oke oke oke." Gibran mengangguk-anggukan kepalanya.

"Gib, main game yuk." Ajak Satria yang sudah menempatkan diri didepan layar tv Darrel, dan dua console game yang sudah berada ditangannya.

"Hayuk." Gibran mulai merebut satu consolenya, mengoperasikan game apa yang akan mereka pilih, lalu bermain dengan serius. Bahkan Darrel sendiri hanya duduk diam mengamati kedua sahabatnya yang bermain dengan sangat seru.

"Hubungan lo sama bokap lo gimana Rell?" Pertanyaan Satria mengagetkan kala Darrel akan berbaring diranjangnya, yang akhirnya ia batalkan, dan memilih bersandar di kepala ranjang.

"Yaaa gitu." Jawab Darrel pelan. "Laper nih! Kalian gak ada yang laper apa?" Gibran tertawa.

"Yaelah gini nih kalo maen kerumah lo, pasti kita kelaperan." Gibran menghela nafasnya. "Laperkan lo?" Ia malah bertanya balik, Darrel mendengus. "Makanya Rell, udeh sono suruh bokap lo nikah lagi aja. Jadikan lo gak bakal kelaperan. Yaaa ada gitu yang ngatur rumah. Meski banyak pembantu gini ya tetep aja lo gak bisa ngatur. Kondisi lo yang jarang dirumah, membiasakan mereka gak masak. Jadi sekalinya lo dirumah ya mereka bodo amat, kalo gak disuruh ya gak bakal masak." Satria hanya mengangguk menyetujui ucapan Gibran.

Darrel terlihat berpikir. "Lo masih marahkah sama bokap lo?" Darrel memandang Satria yang sudah memusatkan perhatiannya kepada dirinya.

"Besok ultah nyokap gue!" Bukannya menjawab pertanyaan Satria, Darrel malah berseru kala mengingat hal yang sempat ia lupakan. Satria dan Gibran menepuk jidatnya bersamaan. Darrel menghela nafasnya lemah,ia memandang kedua sahabatnya. "Kalian mau bantuin gue seperti biasa gak?"

POSSESSIVE COUPLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang