Part. 58

4.9K 148 5
                                    

Deringan ponsel yang sangat menganggu membuat dua orang yang tengah membaca buku saling tatap, Gracia menoleh pada ponselnya yang berada di atas nakas samping ranjang. Melihat username nya dan segera mendial ikon berwarna hijau saat diketahui ayahnyalah yang menelpon.

"Hmm." Gumam Gracia malas.

"Kamu dimana?" Pertanyaan bernada khawatir itu menyambut telinganya.

"Apart." Cuek, Gracia menjawabnya cuek, bahkan ia masih membalikkan halaman bukunya dengan santai. Membuat Rara mengerutkan dahinya, saat perjalanan pulang Gracia menerima telepon dengan senyum, namun kali ini sifat yang tak disukai Rara kembali lagi.

"Kamu sama Rara?"

Dan setelah pertanyaan inilah, baru Rara melihat Gracia mengangkat pandangannya dari buku, memegang ponselnya yang sedari tadi diapit oleh bahu dan telinganya.

"Iya, mulai sekarang Rara akan tinggal sama aku." Jawaban datar khas Gracia, mampu membuat ayahnya menghela nafas lega karena itu artinya gadisnya yang terkenal dingin itu menerima saudaranya dengan tangan terbuka.

"Kenapa gak kamu yang tinggal sama kita aja nak?" Oh ayolah, ayahnya itu bertanya dengan nada yang menggoda, seolah ia akan tergoda dan khilaf menyetujui untuk tinggal bersama mereka, termasuk orang yang Gracia sebut parasit.

"Gak minat terimakasih." Ketus Gracia yang membuat ayahnya terkekeh, ia tau anak gadisnya yang satu ini pasti akan menolak.

"Yaudah, nanti papa suruh orang untuk mengantar barang-barang Rara yah."

"Hm."

"Kamu dan Rara sedang apa?"

"Kepo." Jawaban Gracia ini membuat ayahnya mendengus keras-keras diseberang sana.

"Papa cuma ingin tau, apa yang dilakukan para gadis untuk menghabiskan waktu bersama saat dirumah, emang gak boleh?"

"Tanya aja ama parasit bersaudara." Rivano menggeleng dan menghela napasnya lelah di seberang sana.

"Kamu gak boleh gitu sayang, mereka itu saudara kamu lho yah, anak-anak papa juga."

"Ya ya whatever."

"Baik-baik sama Rara, kalau ada apa-apa telfon papa."

"Hmm, kalo udah matiin telfonnya, ganggu tau!"

"Kamu itu Grace, sama papa gitu banget, uang jajan papa potong baru tau rasa kamu."

"Grace udah kaya tanpa kiriman uang dari papa."

"hmm iya deh yang sultan mah, yaudah papa tutup dulu telfonnya. Bye sayang, salam untuk Rara."

"Hm." Sambungan telepon terputus, ia melempar asal ponselnya di sebelahnya.

"Tadi papa yang telfon?" Gracia mengangguk untuk menanggapi. "Kenapa nada bicara kamu seperti itu sama papa? Jauh beda sama si penelfon tadi siang." Gracia mengangkat bahu tak peduli.

"Tau gak Ra? Papa dulu gak sehangat ini sama gue, kenapa nada bicara gue kek gini? Ya karena dulu emang kek gini, gak bisa beda sama yang dulu karena masih gak nyangka aja papa sekarang udah berubah jadi sosok ayah yang gue mau."

"Bukannya papa emang baik?" Rara yang sempat merasakan kebaikan ayahnya dulu, kini bertanya.

"Iya, sebenernya papa baik, cuma dulu mama ngasih papa ancaman kalo papa baik sama gue, makanya dulu sifatnya bertolak belakang sama sekarang."

"Aku masih gak ngerti." Rara menggaruk pelipisnya.

"Perceraian bagi anak seusia gue dulu adalah hal yang pantang diketahui, apa lagi saat itu juga keadaan kacau, setidaknya gue harus berpikir kalau orang tua gue masih utuh, biar gue juga ada harapan."

POSSESSIVE COUPLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang