Part.10 (Revisi)

8.4K 223 0
                                    

"Mending lo pergi dari sini!!" Ucap Darrel tajam.

Cowok bertubuh jangkung itu langsung menutup pintunya dengan kasar, menguncinya dari dalam.

Setelahnya, ia menyandarkan punggung tegapnya ke pintu. Mengusap rambutnya dengan frustasi. Memejamkan matanya, menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Berusaha meredam amarahnya.

Darrel membuka matanya, tatapannya sangat dingin. Ia berjalan kearah sofa yang terdapat di ujung ruangan. Duduk bersandar dengan kepala yang menengadah keatas. Memandang langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.

Entah perasaan apa yang tengah hinggap di dalam dirinya.

Terkadang ia merasa penasaran dengan gadis yang sangat tergila-gila padanya itu. Namun, saat rasa penasarannya itu hinggap pada dirinya. Dengan cepat perasaan benci terhadap Gracia muncul dengan sendirinya. Rasanya, ia ingin sekali menikam gadis itu ketika kedatangannya hanya untuk mengganggunya saja.

Lama ia berkutat dengan pikiran nya. Lamunannya buyar tatkala suara petir menyambar dengan sangat dahsyat, bersamaan dengan kilatan cahayanya.

Darrel teringat akan kehadiran Gracia di rumahnya, dan ucapannya saat terakhir kali melihat gadis itu.

Apa mungkin Gracia benar-benar pergi dari rumahnya?

Darrel rasa tidak. Mengingat ucapan gadis itu bahwa ia tak akan pergi dari rumah nya.

Namun hatinya menolak asumsinya, yang mengatakan bahwa Grace masih berada disana.

Hatinya mengatakan bahwa Gracia saat ini berada di tengah-tengah guyuran hujan lebat diluaran sana. Pergi akibat perkataan nya, yang cenderung mengusir gadis itu.

Darrel keluar dari kamarnya, mencari keberadaan seorang gadis yang tadi bersamanya itu.

Darrel terus mencari di sudut ruangan, dan ia menyerah. Gracia tak kunjung di temukan, pada akhirnya ia bertanya kepada pelayan nya.

"Ada yang liat Grace?" Tanyanya dengan raut datar andalannya.

Para pelayang yang tengah bekerja sama untuk membuat makanan ringan pun saling pandang, bingung hendak menjawab apa.

"G-grace?" Tanya salah seorang pelayang perambut cepol.

Darrel hanya menaikkan alisnya dengan tak sabar.

"Cewek yang tadi sama Tuan muda?" Pelayan yang satunya memastikan.

"Oh pacar tuan muda namanya Grace toh." Ucap mbak sri pelan sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

"Tadi saya liat dia lari keluar rumah tuan muda." Jawab seorang perempuan berbaju pelayan, yang sedang memegang spatula.

Tanpa jawaban sepatah katapun, Darrel meninggalkan area dapur.

Mengabaikan para pelayan yang tengah memandangnya penuh keheranan.

Darrel kembali kekamarnya, tadinya ia ingin mengambil kunci mobil untuk mencari keberadaan Gracia di luaran sana.

Tetapi lagi dan lagi, egonya selalu mengalahkan hatinya.

Egonya berkata, bahwa Gracia masih cukup pintar untuk tidak nekat hujan-hujanan, apa lagi hujan nya sangat lebat ditambah dengan guntur dan kilatan petir yang saling bersahutan. Sangat tidak memungkinkan untuk ukuran seorang perempuan, berani berada di tengah-tengah keadaan yang sangat menyeramkan.

Namun asumsi hanyalah asumsi, terkadang memang sangat meleset dari kenyataan. Nyatanya, tanpa Darrel ketahui. Gadis yang tanpa sadar di khawatirkannya itu, kini tengah berada di bawah guyuran hujan. Tubuhnya hanya bernaungkan sebatang pohon yang tak begitu rindang.

POSSESSIVE COUPLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang