Part.26

5.9K 173 5
                                    

Hari ini adalah hari pertama Gracia masuk sekolah setelah beberapa hari yang lalu mengikuti Olimpiade, dan selama itu ia bolos sekolah tanpa keterangan.

Sebenarnya ia masih ingin melanjutkan acara bolosnya, namun niatnya terurung kala Darrel menelfonnya tadi pagi dan mengancamnya agar Gracia mau berangkat ke sekolah hari ini. Dan ancamannya berhasil, terbukti dengan Gracia meski dengan wajah masamnya tetap berjalan memasuki area sekolah. Hari ini ia memilih diantar oleh supirnya, dengan alasan sedang malas membawa kendaraan ke sekolah.

Sesaat setelah Gracia memasuki sekolah, mulailah berbagai tatapan ditujukan kepadanya. Banyak yang berbisik-bisik tentangnya. Dan hal itu sudah biasa untuknya, namun hari ini ia merasa ada yang berbeda. Biasanya tidak semua warga sekolah berbisik dan melirik kearahnya dengan tatapan penasaran, biasanya ada saja yang memilih bodo amat tetapi kali ini tidak. Hampir semua warga sekolah menatapnya, dan berbisik tentangnya. Bahkan Gracia tadi melihat segerombolan Anak kelas sepuluh yang mendadak berhenti berjalan kala melihatnya memasuki sekolah, mereka langsung berbisik dengan histeris seraya menunjuk-nunjuk kearahnya.

Gracia tetap bersikap tenang, meskipun sebenarnya ia sudah tak tahan lagi dengan mereka. Ia mengedarkan pandangannya kesekitarnya, lalu memutar bola matanya malas. Ia segera berlalu dari sana, namun saat di koridor menuju kekelasnya, ia mendengar suara teriakan seseorang.

"GRACEE" Yang dipanggilpun hanya memutar bola matanya malas, sembari berdecak kesal. Pasalnya orang-orang yang sedari tadi mengamatinya, kini semakin lekat mengamati dirinya.

'Udah berasa artis gue, diliatin gitu banget.' Batin Gracia.

Ia menatap Monic yang tadi memanggilnya, ia melihat ada binar dimata Monic. "Wuuuiiihhh gilaaa cabat gue ternyata pinter yak!" Puji Monic seraya menggoyang-goyangkan lengan Gracia dengan heboh. Sedangkan Gracia hanya mengerutkan dahinya menatap Monic dengan datar.

"Paan sih lebay!" Ujar Gracia seraya melepaskan pegangan Monic di lengannya, perlakuan Gracia kontan membuat Monic menatapnya dengan wajah cemberut.

"Yailah! Gue kan gak nyangka sabat gue bisa menangin Olimpiade kemaren." Gracia menatap Monic dengan congkak. "Secara gitu, semester lalu lo peringkat akhir di kelas, eeehh tiba-tiba ikut Olimpiade malah dapet juara. Juaranya, juara Satu lagi. Kan kereeeenn bangeeeeettt." Gracia memutar bola matanya malas.

"Udeh ah, kelas kuy!" Monic mengangguk dengan antusias lalu menarik lengan sahabatnya menuju kelas mereka.

-

Bel pulang sekolah telah berbunyi 15 menit yang lalu, tetapi Gracia masih saja berkeliling sekolah untuk mencari seseorang.

Seseorang itu adalah Darrel. Ya Darrel, tadi saat istirahat pertama ia sudah mencari Darrel ke kelasnya namun sosoknya tak ada disana, hanya ada tasnya yang teronggok di bangkunya.

Gracia juga sudah berkeliling taman belakang, namun sosok tinggi tegap itu tak ditemukannya, hingga Bel masuk terpaksa membuatnya berhenti mencari Darrel. Dan pada saat istirahat ke dua, ia mencari Darrel dikantin dan di rooftop sekolah, namun Nihil, lagi-lagi sosok itu tak ditemukannya.

Dan tadi saat bel pulang berbunyi, Gracia langsung melesat kearah Parkiran, disana terlihat mobil Darrel yang masih terparkir rapi. Itu artinya Darrel belum pulang kan yah, dan Gracia kembali mencari Darrel ke kelasnya, beralih ke lapangan basket indoor, tak ada juga akhirnya ke taman belakang sekolah, juga disana tak ditemukan sosoknya, ia bahkan berlari menaiki tangga rooftop, namun sosok Darrel tak ditemukannya lagi, juga.

Hingga saat ini Gracia berjalan dengan lesu kearah lapangan outdor, berniat ingin pulang saja,namun langkahnya terhenti saat segerombolan orang menariknya dengan paksa. Ia ingin memberontak, namun itu tak memungkinkan. Jumlah mereka lebih dari sepuluh orang, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Tanpa Gracia sadari, ia dihentikan di bawah balkon lantai dua. Tepat saat mereka melihat air dijatuhkan dari sana, mereka langsung berlari menjauh. Gracia tersentak kaget, bahkan ia sangat shok menerima perlakuan seperti ini. Ia ingin berteriak memaki mereka semua, namun ia tahan.

POSSESSIVE COUPLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang