CHAPTER 15

7.1K 975 71
                                    

Setelah kejadian di toilet tadi sore, Haechan masih merasa sangat malu bertemu dengan Mark. Jadi saat makan malam, dia melahap makanannya dengan sangat cepat dan meninggalkan meja makan secepat mungkin tanpa bertukar pandang sedikitpun dengan Mark.

"Terimakasih makan malamnya." Kata Haechan sebelum beranjak pergi.

"Loh kok sudah sih?? Haechanie kan belum makan es krim buatan kita??!!" Protes Taeyong saat melihat bocah gembul di depannya itu sudah ingin beranjak pergi.

"Ah... tidak apa-apa ibu. Aku mau belajar dulu."

"Ciihh..." Jisung berdecih meremehkan perkataan Haechan barusan. Sungguh tak masuk akal untuk seseorang seperti Haechan belajar.

"Apa kau??!!" Jisung mendapatkan hadiah pelototan mata dari Haechan.

"Tumben belajar. Kakak gendut tidak sedang mabuk kan??"

"Tentu saja tidak! Aku harus belajar karena bagaimanapun aku sekarang sudah kelas tiga. Sebagai generasi penerus bangsa yang sebentar lagi akan menghadapi ujian, tentu aku harus menyiapkan diriku. Walaupun nantinya aku mendapat nilai jelek, setidaknya aku puas karena pernah memperjuangkannya sampai titik darah penghabisan. Jadi aku pergi dulu!!" Haechan membusungkan dadanya dengan bangga seolah dia baru saja memberikan orasi kemerdekaan.

Taeyong bertepuk tangan memberi semangat. Sementara Jisung dan Jaehyun hanya bisa melongo dan Mark terlihat tak peduli sama sekali.

Semangat Haechan mengingatkan Taeyong pada jiwa mudanya yang sudah lama lenyap seiring waktu, terutama setelah mengurusi dua anak yang memiliki hati sedingin es kutub dan seekor suami tampan yang selalu terlihat menyebalkan.



"Lihat itu... lihat... Mark menyebalkan itu bahkan tak sedikitpun memandangku. Huh!! Pasti dia mengejekku di dalam hatinya yang suram itu. Untung saja dia tidak mengungkit kejadian sore tadi, menyebalkan. Memangnya dia tidak pernah buang air besar sampai mentertawakanku seperti itu? Tunggu saja Mark Lee, kau akan bertekuk lutut di bawahku setelah aku mengalahkanmu di ujian semester nanti!!"

Haechan mengomel sembari menatapi gambar wajah Mark di buku catatannya. Dia menusuk-nusuk gambar itu dengan pensil seolah dia bisa mengirim siksaan pada Mark melalui gambar itu.

Ah iya, kan dia mau belajar. Bagaimana sih!! Apa yang harus dipelajari duluan??

"Tentu saja kita harus belajar dari ibu segala ilmu. Yeah, matematika." Haechan meraih buku matematikanya. Semua orang tau kalau Matematika adalah yang paling penting. Balik... balik... balik...

Haechan membolak-balik halaman sambil menggaruk-garuk kepalanya. Pusing sekali. Kenapa buku ini hanya berisi angka-angka saja??!! Apa manfaatnya angka-angka itu di kehidupan manusia? Tidak berguna... memangnya siapa yang peduli pada integral dan limit selama kau punya uang untuk bertahan hidup?

Haechan membanting buku matematikanya dengan sebal.

"Matematika itu tidak penting. Sekarang kan era globalisasi, jadi yang terpenting adalah bahasa Internasional. Tentu saja kita harus mulai dengan bahasa Inggris." Tapi begitu Haechan membuka halaman pertama, dia langsung bersin-bersin.

Hatchiii!!!

"Ahh... tubuhku bahkan alergi dengan bahasa luar negeri. Pasti para nenek moyang sedang marah padaku karena lebih memilih bahasa asing. Bodoh sekali aku, harusnya yang ku utamakan adalah bahasa Korea. Maafkan aku para leluhur..." Haechan membanting buku bahasa Inggris dan membuka buku bahasa koreanya.

Balik...bolak...balik..

Haechan terbayang perkataan Mark saat menghina tulisannya. Apa dia sebodoh itu menulis aksara Korea? Nah kan, dia jadi tidak mood belajar bahasa Korea. Gara-gara Mark ini!!!

KISSING YOU (MARKHYUCK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang