Sudah seminggu sejak mereka berlibur di pantai. Hanya seminggu, namun sangat banyak yang tampak berubah di rumah itu. Entah kenapa, rumah menjadi sangat dingin. Bukan dalam artian suhu yang dingin, tapi suasana dalam rumah itu sangat tidak menyenangkan. Apa ini efek dari anak-anak yang sedang sibuk mempersiapkan ujian? Sepertinya tidak. Atau mungkin iya?
Mereka sekarang hanya akan makan bersama pada saat sarapan, setelah itu anak-anak akan berangkat sekolah dan pulang di waktu yang berbeda. Saat Haechan pulang cepat, Mark belum pulang. Saat ada Mark di saat makan malam, Haechan masih menghabiskan waktu di perpustakaan kota. Sungguh menyebalkan.
Dan yang paling menyedihkan tentang ini adalah sang ibu rumah tangga yang terlihat nampak kehilangan semangat hidup hanya karena merindukan anak-anak itu.
"Kenapa mereka tega sekali padaku? Hidupku terasa sangat hampa jika seperti ini terus." Gumam Taeyong sambil berbaring dalam posisi tengkurap di kasurnya. Jaehyun hanya menggeleng heran melihat tingkah istrinya itu. Maunya sih menghibur, tapi dia takut sang istri justru mengamuk.
"Aku pulang!!"
Mendengar suara manis menyapa, Taeyong bangkit dengan cepat dan segera berlari. Itu pasti Haechan.
"Haechanie sudah pulang... ibu rindu ~" Taeyong rindu sekali pada bayi beruangnya itu. Ia segera memeluk Haechan dengan gemas.
"Kau sudah makan?"
Haechan mengangguk.
Taeyong tentu tak bisa langsung percaya pada ucapan Haechan. Lihat saja, baru seminggu dan Haechan nampak lebih kurus dan menyedihkan.
"Kau yakin sudah makan? Kenapa kau jadi kurus begini? Ughh... kemana pipi menggemaskan itu pergi??"
"Bukankah kehilangan berat badan akan membuat seseorang menjadi menarik, ibu?"
"Siapa yang bilang begitu? Kau lihat ibu, sangat kurus sampai Jaehyun selalu protes dan meminta ibu menaikkan berat badan sepertimu. Jaehyun dan Mark itu mirip, mereka pasti punya selera yang sama. Jadi kau tidak boleh bertambah kurus!"
Haechan malah tertawa mendengarnya. Dia tipe Mark? Sungguh candaan yang sangat lucu. Haechan bahkan mendengar sendiri Mark tidak menyukainya. Sejak hari itu, dia berusaha keras menghapus Mark dari pikirannya. Dia mulai menjauhi Mark dan fokus pada ujian. Lagipula sepertinya Mark juga tidak merasa kehilangan sama sekali.
Di malam yang semakin larut, Haechan duduk di balkon atas rumah sambil mengamati bintang-bintang. Ah, jadi rindu Mark kan...
"Kau sedang apa?"
"Jisung? Kenapa belum tidur?"
"Aku bertanya, kenapa kau malah balas bertanya? Bodoh sekali."
Hechan tersenyum mendengar Jisung menggerutu. Dia menepuk kursi kosong di sampingnya mengkode agar Jisung duduk.
Setelah anak itu duduk, Haechan memandangi bintang-bintang lagi.
"Jisung, kau kan pintar. Beritahu aku, itu bintang apa?"
Mendengar pujian yang terselip dalam kata-kata Haechan membuat Jisung bersemangat menjelaskan segala yang dia tau tentang bintang-bintang.
"Jadi bintang itu dari 1000 tahun yang lalu dan cahayanya baru sampai ke sini? Kalau begitu aku tidak mau lagi melihat bintang. Aku tak mau melihat masa lalu!"
Mereka kembali terdiam hingga Haechab kembali berkata "Kurasa bintang itu pasti sangat senang karena setelah waktu yang sangat lama, akhirnya kita bisa menyadari keberadaannya dan mencintai keindahannya. Seperti sebuah keajaiban."
"Kau ini bicara apa sih?"
"Dua orang yang saling mencintai adalah sebuah keajaiban. Seperti bintang, walau butuh waktu yang sangat lama, dia akhirnya bisa menunjukkan cahayanya dan membuat kita mencintainya. Apa hal tersebut juga bisa terjadi padaku? Apa akhirnya aku akan dicintai jika aku menunggu untuk waktu yang lama?" Dalam situasi melow begini, Haechan tak ragu untuk memeluk Jisung dan menangis di pundaknya. Walaupun bocah kelas menengah itu merasa sangat jijik, dia tidak bisa beranjak karena Haechan memeluknya sangat erat.
"Lepaskaaannn!!"
"Tidak mau!! Aku kan sedang galau!"
*******
Hari sabtu adalah hari keluarga. Begitu kata Taeyong. Tapi Haechan sangat sulit dibujuk. Dia memilih mendekam di kamarnya. Namun semua niat itu menguap saat Haechan merasakan perutnya sakit dan ingin buang air besar.
Dengan cepat dia berlari ke luar kamar dan kemudian...
Brakkk!!!
Dia menabrak seseorang. Dan orang itu tengah meringis menahan sakit karena Haechan menindih tubuhnya.
"Maaf, Mark."
Baru saja Mark ingin mengatakan sesuatu, Haechan sudah berlari kencang ke arah toilet. Dan tak lama kemudian, suara aliran air kencang terdengar.
Hal ini membuat Mark otomatis mengingat saat dia mendengar suara Haechan saat buang air besar. Dengan iseng, Mark mengetuk pintu toilet.
"Jangan membuang-buang air jika tidam digunakan. Percuma kau berusaha menutupi suara itu, aku masih bisa mendengarnya."
Haechan ingin mengumpat saja rasanya!! Apa Mark barusan mendengar suara kentutnya?
"Mark!! Awas kau yaa!!!!"
Mark pergi tanpa mempedulikan omelan Haechan. Setelah seminggu tak bertegur sapa, akhirnya dia mendengar suara memekakan telinga itu lagi.
*******
"Tadaaaaa!!!" Lucas membuka tirai penutup dinding yang ternyata cermin berukuran sangat besar yang menempel di dinding.
"Kau tidak perlu melakukan ini." Kata Hyunjin.
Lucas menggeleng tak setuju. Kemarin dia meminta paman sebelah rumah memasangkan kaca besar sisa dari pembangunan rumah mewah di dinding gudang rumahnya. Dia juga membersihkan gudang itu dan menjadikannya tempat yang lebih layak tanpa sepengetahuan Felix dan Hyunjin.
"Kalian terlalu tua untuk hidup di panti. Aku dan ibuku kan sudah bilang tak keberatan kalian tinggal di sini. Dan ini, aku sudah berusaha keras membuatnya jadi kalian harus berlatih dengan sangat keras. Berlatihlah hingga kaki kalian sakit. Tidak peduli berapa kali audisi gagal yang telah kalian ikuti, teruslah berlatih hingga kalian bisa menggenggam Big 3 di tangan dan membuatku bersorak paling depan di konser kalian."
Felix yang tercengeng di antara mereka tak bisa menahan tangisnya. Dia memeluk tubuh raksasa Lucas. Tak lama kemudian Hyunjin ikut berpelukan.
Mereka memang hanyalah kumpulan orang bodoh. Jika Lucas dulu tak menyembunyikan mereka berdua saat dikejar polisi karena mencopet, mungkin mereka berdua kini mendekam dalam penjara. Hidup di panti asuhan kecil sangatlah menyedihkan. Mereka seringkali tak punya uang saku dan harus menahan lapar karena makanan hanya cukup untuk adik-adik yang lebih muda.
Mereka hanyalah pemuda naif yang bermimpi menjadi idol. Mereka telah patah semangat karena telah gagal audisi 35 kali. Dan hari ini, Lucas melakukan hal baik untuk mereka.
"Jika aku adalah seorang wanita, sudah pasti aku akan mengajakmu menikah. Kau sangat baikk!!" Kata Hyunjin.
"Kalau aku adalah Haechan sudah pasti aku hanya akan mencintaimu seumur hidupku!!!" Felix menimpali.
Ibu Lucas yang baru saja lewat langsung mematung mendengar samar-samar perkataan Felix dan Hyunjin. Aneh... apa mereka bertiga saling mencintai? Hubungan tidak sehat macam apa itu? Akhirnya ibu Lucas mengerti kenapa Hyunjin dan Felix sering menginap dan tidur bersama Lucas. Ini tidak bisa dibiarkan!!!
**************
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
KISSING YOU (MARKHYUCK)
Fiksi PenggemarHaechan yang selalu menempati 4 besar ranking terbawah di sekolahnya tak pernah menganggap pelajaran dan sekolah adalah hal yang penting, hingga seorang siswa pindahan dari Vancouver membuatnya bersemangat berangkat sekolah setiap pagi. Sebuah kisah...