Baekhyun melotot menatap layar laptopnya. Sudah sejak pagi dia duduk tak tergoyahkan, mencari profil seluruh universitas di Korea Selatan. Selebaran universitas pun menumpuk di meja kerjanya."Tes praktek? Ah, Huang bodoh itu pasti bisa melewatinya." Baekhyun mencatat nama Renjun di bukunya
Huang Renjun, Universitas Parang, Jurusan Seni Rupa.
Dia menghela nafas berat. Dari sekian banyak siswanya, hanya Renjun yang kemungkinan memenuhi syarat masuk Universitas. Masih ada 29 murid yang entah bagaimana nasibnya.
Saat ingin beristirahat sejenak, ia teringat akan Haechan. Bukankah anak itu pernah masuk peringkat 100 besar? Ah, mungkin saja ada Universitas yang cocok dengannya. Dengan cepat dia menelpon Haechan.
"Lee Donghyuck, kamu ingin kuliah tidak?" Tanya Baekhyun serius kepada Haechan yang duduk di hadapannya.
Haechan mengangguk. Tentu ia ingin kuliah. Bukan karena ingin belajar sih, hanya saja anak remaja seusianya akan pergi kuliah setelah lulus SMA. Jadi Haechan pun ingin begitu.
Baekhyun mulai membuka website berbagai kampus. Jika hanya memanfaatkan nilai, sudah pasti Haechan akan didepak sebelum mendaftar.
"Tenang saja, masih ada jalur khusus. Kita pasti menemukan cara agar kau bisa kuliah!"
Jalur khusus memang biasanya diberikan pada anak-anak yang memenuhi syarat tertentu.
"Donghyuck, apakah Kakekmu itu seorang pejuang?"
Haechan mengingat Kakeknya yang seorang tukang penutup toko. Dia pun menggeleng.
Baekhyun mencari universitas lain. Saat melihat salah satu jalur khusus, dia melirik ke kanan kiri, kemudian memajukan tubuhnya dan berbisik di telinga Haechan "Apakah Ayahmu seorang agen rahasia?"
Haechan mengingat ayahnya yang memiliki resep rahasia mie namun bukan seorang agen rahasia. Bahkan dia hampir tertawa membayangkan ayahnya mengenakan pakaian serba hitam dan membawa senjata bak seorang agen. Tidak cocok sama sekali!
Guru Byun kembali bertanya, "Apakah kau berasal dari keluarga beda budaya?"
Haechan menerawang, mengingat wajah ibunya. Tiba-tiba terlintas bayangan ibunya berbicara bahasa Thailand. Ah, tidak-tidak. Yang merek tau dari Thailand hanya istilah "TomYam"
Guru Byun putus asa. Sepertinya Haechan memang tidak bisa melanjutkan ke universitas. Dengan sedih, Haechan merengut kesal.
"Ah, sialan. Kenapa pulpen ini macet!!" Oceh Baekhyun saat ingin menulis. Saat suasana hatinya tidak baik begini, kenapa pulpennya malah tidak bisa bekerja sama???
Dengan baik hati Haechan menyodorka pulpen dari tasnya.
Saat Baekhyun sedang menulis, dia memperhatikan pulpen tersebut. Dia memandang wajah polos Haechan, kemudian memandang pulpen itu kembali.
"Apa ini milikmu?" Tanya guru Byun penasaran.
"Iya. Bapak mau? Aku punya banyak di rumah." Jawab Haechan dengan santai.
Pulpen itu souvenir dari Palang Merah, di pusat donor darah. Jika Haechan punya banyak pulpen itu, artinya...
"Kau sering mendonorkan darah?"
Haechan mengangguk. Dia melakukan donor 2 bulan sekali. Dibanding memberi sumbangan uang, Haechan lebih senang memberikan darahnya pada yang membutuhkan.
"Aigoo...kenapa tidak bilang dari tadi!!"
"Bapak kan tidak tanya!"
Jurusan sosial Universitas Parang mempunyai jalur khusus bagi mereka yang melakukan pelayanan sosial selama 100 jam. 1 kali donor darah terhitung 10 jam pelayanan sosial. Haechan yang telah 10 kali melakukan donor darah pastinya memenuhi syarat pendaftaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISSING YOU (MARKHYUCK)
FanfictionHaechan yang selalu menempati 4 besar ranking terbawah di sekolahnya tak pernah menganggap pelajaran dan sekolah adalah hal yang penting, hingga seorang siswa pindahan dari Vancouver membuatnya bersemangat berangkat sekolah setiap pagi. Sebuah kisah...