Author POV
Mata itu menatap tajam kecermin besar didepannya, tatapannya tak bisa menyembunyikan mata merah dan sembabnya. Dia melihat pantulan dirinya dicermin. Wajahnya benar-benar kacau. Ada begitu banyak emosi dalam tatapan tajamnya.
Marah, sedih, hancur, jijik, dan penyesalan yang begitu besar membuatnya perlahan menghancurkan jiwanya.
Dia marah, sedih, hancur dan sangat menyesal telah meyakiti Amoura terlalu dalam. Dan itu membuatnya sangat jijik pada dirinya sendiri.Pintu ruangan itu terbuka dan nampaklah Azka yang menghampiri Sean. Azka hanya bisa menghela napas kasar melihat Alpha sekaligus sahabatnya itu diujung kehancuran.
Niat awalnya Azka ingin memarahi Sean. Karena akhir-akhir ini Sean tidak pernah melakukan tugasnya sebagai Alpha dan itu membuat Azka kelimpungan karena tugasnya berlipat ganda. Yang Sean lakukan hanya mengunci diri dan berdiam di kamar Amoura. Melihat Sean seperti ini niatnya buyar seketika.
Azka hanya melihat Sean diam, objek yang dilihatnya sekarang acuh tidak peduli seperti menganggap Azka tidak ada. Sejujurnya Azka kasihan dengan kondisi Sean sekarang. Namun bagaimana lagi Sean sendiri yang menciptakan kehancuran untuk dirinya.
Azka duduk di ranjang kecil samping Sean. Dia mengkuti arah pandang Sean.
"Apa sekarang kau mencoba melihat sehancur apa dirimu, hah?"
Azka melihat Sean melaului pantulan cermin besar didepannya. Tak ada jawaban atau lirikan dari Sean. Azka kembali mendesah pasrah.
"Ayolah Sean, kau bersikap seolah dunia mau kiamat! Jangan terus-terusan mengunci dirimu di kamar Amoura" Kali ini Azka menatap langsung mata Sean dengan kesal.
"Keluar Azka! Kau bisa mencemari aroma Amoura!" Sean berbicara tanpa melihat kearah Azka.
Kali ini Azka merogoh sesuatu dikantong jaketnya. Dia menjulurkan sesuatu kepada Sean.
"Sepertinya ini untukmu. Aku mengambilnya saat pesta itu. Dia menjatuhkan ini saat kau merejectnya"
Sebuah kotak kecil berwarna hitam dengan pita merah yang cantik. Kado Amoura untuk Sean.
"Amoura?"
Sean menerima kotak itu. Azka menepuk pundak Sean dan berjalan pergi. Saat diambang pintu Azka berhenti.
"Sepertinya kau harus tau ini Sean. Para warrior tidak bisa menemukan Amoura. Aroma Amoura hilang di jurang, ini hanya dugaan saja. Kau harus siap jika Amoura..." Belum sempat Azka menyelesaikan kalimtanya Sean langsung memotong.
"KELUAR!!"
Sean tidak sanggup mendengar apa yang akan dikatakan Azka. Dia tidak mau dihukum seperti ini. Sean bisa menerima hukuman apapun asal Amouranya tetap hidup.
Azka menutup pintu dan pergi.
Sean menatap sedih kado ditangannya. Sekali lagi, dia tak kuasa menahan air matanya. Sepertinya ini rekor tertinggi dalam hal menangis dihidup Sean, bahkan saat ayahnya pergi dulu dia masih bisa menahan semuanya dan tidak menangis sama sekali walaupun saat itu dia masih kecil.
Sean membuka kado tersebut dan tersenyum getir melihat isinya. Sapu tangan buatan Amoura yang sangat cantk. Sean mengambil sapu tangan itu dan menghirupnya dalam-dalam mencoba mengisi semua penciumannya dengan aroma Amoura.
Sean melihat kado itu kembali dan ternyata ada sebuah lipatan kertas didalamnya. Sean mencoba membuka kertas itu yang ternyata adalah surat. Sean menghapus kasar wajahnya saat membaca isi surat itu.
Hai Sean, Selamat ulang tahun!...
Aku harap surat ini sampai ditanganmu. Banyak sekali yang ingin aku katakan, tapi aku tak bisa melakukannya secara langsung. Makanya aku mencoba menulis surat ini. Tapi anehnya saat aku mencoba mulai menulis, aku bingung harus mengatakan apa.Tenang saja, aku tidak akan memintamu untuk menerimaku. Aku hanya ingin kau tau jika aku sangat mencintaimu. Mungkin bagimu ini hanya surat cinta yang tak berguna, namun aku menulis ini dengan ketulusan perasaan yang kupunya untukmu.
Kau tau Sean, sepertinya perasaanku sudah tidak tertolong lagi. Dengan gencarnya kau selalu memberiku luka tapi bodohnya aku tidak bisa menghentikan perasaanku, rasanya perasaanku semakin dalam setiap harinya.
Aku tak ingin kau punya penyesalan kelak. Karena aku tau itu akan sangat menyakitimu. Seandainya saja kita bisa berbagi luka dan saling mengobati, maka hatimu pasti akan lebih damai. Aku tidak pandai merangkai puisi yang indah, yang bisa kutulis hanyalah kata-kata sederhana. Yang kuinginkan hanyalah satu Sean, yaitu kebahagiaanmu.
Aku mencintaimu Sean, sangat. Aku harap kau tidak jijik dengan surat yang kutulis ini karena surat ini adalah doaku untukmu. Jika dengan melukaiku itu bisa mengurangi sakitmu, maka tak apa aku bisa menerimanya. Karena kaulah satu-satunya tujuan hidupku.
Sekali lagi aku mengatakan dengan segala kekuranganku, Aku mencintaimu Sean, Mateku...
-Amoura
Sean terisak membaca surat itu. Kehancuran yang nyata benar-benar mendatanginya. Sean mengusap kasar wajahnya. Setiap tulisan yang ditorehkan Amoura berhasil menjadi tombak yang menusuk Sean.
"AARRGH"
Teriakan pilu terdengar nyaring diruangan itu. Sean memegangi dadanya kuat berharap bisa mengurangi rasa sakitnya. Namun percuma saja rasa sakitnya malah bertambah.
Seumur hidupnya dia belum pernah merasa sehancur ini. Jika dia bisa memilih, dia akan bertarung dengan ratusan werewolf daripada mendapatkan rasa sakit karena Amoura meninggalkannya.
Pintu kamar terbuka kembali, dan terlihat Luna Rose dan Alpha Jack dengan raut khawatirnya melihat Sean.
Melihat putranya seperti ini membuat mereka tidak tega.Memang benar jika Luna Rose dan Alpha Jack masih marah dengan keputusan Sean, tapi sekarang kemarahan itu luluh menjadi kesedihan melihat putranya hancur.
Luna Rose mendekat dan langsung mendekap Sean. Luna Rose ikut menahan tangisnya melihat keadaan putranya. Alpha Jack ikut mendekat.
"Jika kau memang menyesal dan bersungguh-sungguh mencintainya maka bangkitlah! Kau tidak akan mendapatkan apapun jika hanya duduk merenungi penyesalanmu Sean! Cari dia bagaimanapun caranya. Bawa dia pulang dengan tanganmu sendiri. Amoura tidak akan kembali jika kau terus seperti ini"
Alpha Jack mencoba menyadarkan Sean. Alpha Jack berharap ini bisa menjadi tamparan keras untuk putranya karena telah menyia-nyiakan gadis yang sangat berharga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reject My Luna Queen
Fantasy(start: 28 Juni 2019) (end: 2 september 2019) "I'm Sean Read Palmer Aplha from Red Moon Pack..." TIDAK!! Kumohon jangan diteruskan Sean. Aku hanya bisa menggeleng-geleng kuat berharap Sean tidak meneruskan kalimat sakral itu. Air mataku mengalir se...