Amoura POV
Aku menutup mataku membiarkan angin malam menampar halus wajahku. Saat ini aku berdiri di balkon kamar karena sedari tadi aku tidak bisa tidur. Ucapan Aaron terus terngiang dikepalaku.
"Enam hari lagi kau akan mendapatkan shiftmu. Tepat saat seluruh tata surya berada di satu garis lurus. Hari itu adalah hari kematian dan kebangkitan Sang Ratu. Jika sampai hari itu Batu Perantara tidak dicabut oleh pemiliknya, maka seluruh packku akan hancur dan kita semua akan mati."
Aku tidak setega itu membiarkan pack Aaron hancur. Tapi jika bukan aku yang mencabut Batu Perantara siapa lagi? Jika sampai aku membiarkan kaum Black Witch yang memilikinya maka sama saja aku menghancurkan dunia immortal.
Namun jika aku mencabut batu Perantara itu artinya aku harus menerima takdirku sebagai Ratu yang mengharuskanku kembali ke Sean. Bagaimana aku kembali jika Sean sangat membenciku? Aku tidak mau hatiku terus-menerus merasakan sakit.
Aku tidak bisa memungkiri jauh dihati kecilku masih tersimpan rasa untuknya, namun sayangnya kebencianku juga sama besarnya. Mencintai orang yang kau benci ternyata sangat tidak mudah.
Lengkap sudah! Sean membenciku dan aku membencinya. Hubungan kita tidak akan berhasil. Aku menghela nafas lelah memikirkan ini semua.
'Bagaimana menurutmu Vee?' Aku memindlink Vee ingin tahu pendapatnya.
'Entahlah Mou. Jujur saja aku merasa sedikit lega karena waktu itu Sean tidak mereject kita dengan sah dan membuatku masih bisa bertahan sampai sekarang. Kita tidak boleh egois hanya memikirkan perasaan kita saja. Seluruh dunia immortal bergantung ditangan kita'
Vee benar. Jika memang takdir menuntunku untuk kembali ke Sean maka apa boleh buat? Tapi bisakah aku bertahan dengan Sean?
Bertahan?
Diterima Sean saja belum pasti, dan sekarang sudah memikirkan bertahan disisinya.
Saat Sean melihatku kembali dia pasti akan langsung mendepakku dari hadapannya dan melanjutkan rejectannya yang tertunda.
Astaga semua ini hampir membuatku gila! Apa yang harus kulakukan sekarang?
'Aaron pasti punya solusinya, coba saja bicarakan ini dengannya Mou'
Vee memberiku saran. Aku akan bicara dengan Aaron besok. Saat ini dia pasti sedang tidur.
******
Aku mencari keberadaan Aaron saat ini. Dari tadi aku sudah mengelilingi hampir seluruh pack tapi dia tidak ada. Sebenarnya kemana dia? Akhirnya aku duduk dikursi taman pack. Aku sudah menanyakan ke banyak pelayan tapi tidak ada yang melihatnya. Mencarinya benar-benar butuh tenaga.
"Sepertinya kau kelelahan"
Aku menoleh kesumber suara dibelakangku. Ini dia akhirnya muncul juga.
"Sebenarnya kau dari mana saja? Aku sudah berlari kesana kemari hampir tiga jam mencarimu!"
Aku menggerutu kesal. Dan reaksi yang diberikan Aaron membuatku gemas. Dia tertawa melihatku.
"Waahh sepertinya aku adalah orang yang hebat dalam bersembunyi. Dari tadi kau tak lihat aku? Sungguh? Sejak kau keluar kamar aku mengikutimu dan bersembunyi di belakang. Melihatmu seperti orang kebingungan sangatlah lucu"
Aku menganga tak percaya. Ingin sekali aku menjedotkan kepalanya ke tembok. Bagaimana bisa dia berbicara seperti manusia tanpa dosa. Kesabaranku benar-benar diuji.
"Jadi selama ini kau bersembunyi dibelakangku dan melihatku mencarimu kemana-mana seperti orang bodoh?! Kenapa kau melakukannya?!" Aku mencoba menahan kekesalan yang akan meledak.
"Hanya mau saja"
Aaron bicara sangat santai sambil mengedikkan bahunya. Aku mencoba mengatur nafasku agar lebih tenang menghadapinya.
"Sepertinya kau sangat berbakat membuat orang naik darah" Aku menatapnya dengan kekesalan yang kutahan.
"Benakah? Baguslah kalau begitu" Aaron melihatku dengan cengiran menyebalkannya.
Sudahlah Amoura... Sabar.. Pembicaraan ini hanya akan membuatmu sakit kepala.
Aku mencoba melupakan kekesalanku pada Aaron. Aaron duduk disampingku. Kami diam untuk beberapa saat sampai aku membuka suara.
"Kau bilang harus aku yang mencabut batu perantara itu bukan? Dan kau menyuruhku untuk kembali kepada Sean?"
Aku berbicara mengarah kedepan tanpa melihat Aaron. Dari ujung mataku aku melihat Aaron hanya mengangguk.
Kesunyian menyerang kami kembali. Aaron menghela nafas dan menoleh kearahku."Kau sudah membuat keputusan?" Aaron berbicara dengan pelan.
"Kurasa begitu. Tapi aku tidak yakin dengan ini Aaron" Aku membalas tatapan Aaron.
"Apa itu?"
Aku bisa melihat dari tatapan Aaron harap-harap cemas dengan jawabanku.
"Aku akan mencabut batu itu dan.." Aku menggantungkan kalimatku.
"Kembali kepada Sean"
Aku melanjutkan kalimatku dengan ragu.
Terdengar helaan lega Aaron. Aaron langsung memegang pundakku dan mengunci mataku.
"Dengar Amoura! Kau akan mendapatkan Sean kembali. Kau bilang dia merejectmu demi gadis lain bukan? Maka kita harus membuatnya menyesal dan dia akan datang kesisimu lagi"
Aaron berbicara dengan penuh keyakinan. Aaron belum tau yang sebenarnya.
"Aaron.."
Aku menggantungkan kalimatku tidak yakin harus mengatakan ini atau tidak. Mengungkit ini hanya akan kembali menyakitiku.
"Sebenarnya alasan utama Sean merejectku bukan karena gadis lain. Tapi dia berpikir bahwa penyebab meninggalnya ayahnya karena mencoba melindungiku dari serangan rogue. Sejak saat itu dia sangat membenciku dan tidak pernah mau menerimaku sebagai matenya"
Aku susah payah mengatakan ini dengan tenggorokan yang rasanya tercekat.
Aaron hanya diam melihatku, dari tatapannya kurasa dia terkejut."Dan benarkah itu?" Aaron menatapku dalam. Aku hanya menggeleng menjawabnya.
"Sean salah paham. Aku tidak tau dimana dia mendengar itu semua. Sekeras apapun aku mencoba menjeaskan dia sama sekali tak memberiku kesempatan"
Mataku rasanya perih menahan tangis. Kupikir aku sudah lebih baik, namun nyatanya keadaanku masih sama.
Aaron memelukku. Usapan lembut tangan Aaron dipunggungku membuatku tak bisa menahan tangis. Ini pertama kalinya aku mengadu pada seseorang. Ini pertama kalinya ada yang menenangkanku saat menangis.
Aaron tak mengeluarkan kata apapun, namun pelukannya sudah mengungkapkan semuanya. Untuk pertama kalinya aku merasa ada tempat untukku berlari.
Walaupun terkadang Aaron membuatku kesal namun dia teman yang baik.Aaron melepaskan pelukannya saat aku sudah lebih tenang. Aaron menghapus sisa air mata dipelipisku.
"Itu artinya kau tidak bersalah. Maka langkah pertama kita harus menyadarkannya. Aku akan membantumu Amoura. Walaupun tugas utamaku adalah menjaga Batu Perantara tapi aku juga bertugas menjaga Sang Ratu"
Aaron tersenyum melihatku. Aku menatap Aaron diam, menurutku setiap sifat Aaron adalah kejutan. Ini pertama kalinya aku melihat Aaron yang penuh ketulusan seperti ini.
"Kau tau apa yang kusadari saat kau menangis?"
Aaron kembali menatapku dalam. Aku hanya menggelengkan kepalaku.
"Saat kau menangis kau itu... Jelek!! Hahah"
Aaron tertawa terbahak-bahak melihat wajahku kesal. Aku langsung memukul dadanya. Tak bisakah dia menjadi serius lebih lama.
Mendengar tawanya yang tak henti-henti membuatku ikut tertawa. Aaron punya cara yang unik untuk membuatku melupakan masalahku, yaitu mencari masalah denganku -_-
KAMU SEDANG MEMBACA
Reject My Luna Queen
Fantasy(start: 28 Juni 2019) (end: 2 september 2019) "I'm Sean Read Palmer Aplha from Red Moon Pack..." TIDAK!! Kumohon jangan diteruskan Sean. Aku hanya bisa menggeleng-geleng kuat berharap Sean tidak meneruskan kalimat sakral itu. Air mataku mengalir se...