Suara media player mengalun, disebuah kamar bernuansa serba pastel dengan jendela besar bergaya victorian.
Pemilik kamar itu terduduk dilantai beralaskan karpet bulu yang tebal. Wajahnya tampak sedang menerawang. Tapi mulutnya ikut menyanyikan lagu yang sedang ia putar.
Lagu ballad dengan penyanyi sebuah girl grup pendatang baru, berjudul memory. Tentang waktu yang berlalu. Saat sebuah mimpi yang sulit untuk diwujudkan, bersama dicapai. Sampai rasanya mustahil dan membuat putus asa. Namun waktu sulit itu terlewati begitu saja.
Sakura bersenandung mengikuti liriknya.
Jogeum himdeulji molla
Uljido molla
Andoel georaneun shiseondeul
Geureol ttaemada naega kkumkkweoon
Meon miraereul geuryeobwaHimdeureotteon shiganeun ije sarajyeo beorigo
Balkeun bichi doeeo norae halge neol wihan Harmony
Neomunado sojunghage kkumkkweowatteon bimire shigan
Neowa na (uriga) ganjeolhi
Gido hhaetjana((It may be a little tough
I may cry
The looks I got saying it's not gonna work
Whenever that happens
Draw the far future I have always dreamed ofThe hard times are now disappearing
I'll become a bright light and sing songs for you, harmony
A very secret time of mine where I preciously have dreamed
You and I (we) have desperately
Prayed for it))Lagu selesai, Sakura kembali melakukan aktifitasnya yang tertunda. Sebuah koper besar sudah siap didepannya, barang-barang yang dibutuhkan pun sudah masuk semua.
Dia memandangi sebuah foto berukuran kecil. Foto seorang pemuda dengan matanya yang menghilang saat sedang tertawa.
Memandanginya dengan pandangan nanar, sebuah air mata jatuh diikuti isakan."Aku merindukanmu." gumamnya pelan, seraya memeluk foto itu.
Tok. Tok.
Mendengar ketukan dipintu, dia mengalihkan pandangan. Menghapus jejak tangisannya dengan panik. Segera saja ia sembunyikan foto itu. Jangan sampai orang yang mengetuk pintu itu tau jika ia bersedih kembali karena pemuda yang dirindukannya.
Orang itu membuka pintu, manampakkan dirinya yang sudah siap dengan pakaian bepergian. Tubuh jangkungnya tampak seperti model, dibalut pakaian berkualitas tinggi pula. Ia menyunggingkan senyum yang tak pernah berubah kekhasannya.
"Kau sudah siap?"
"Tinggal memasukkan ini."
Tunjuknya pada barang yang masih berserakan. Orang itu duduk didepan Sakura membantunya mengemas sisa barang yang belum masuk.
"Noona baik-baik saja? Kita bisa memundurkan waktunya jika noona belum siap."
"Aku siap sekali. Aku tak sabar menginjakkan kaki di Jepang." Sakura memaksakan senyumnya.
"Noona menangis lagi."
Bukan sebuah pertanyaan tapi pernyataan.
Disembunyikan pun, kebiasaan baru Sakura yang ini sudah diketahui Guan Lin."Aku tidak" ucapan sakura terpotong
"Ya, tentu saja. Kau masih merindukannya. Mau mengunjinginya sebelum berangkat?"
"Yah, kau ingin mati ditanganku? Memangnya bisa aku bertemu dengannya" Sakura memasang raut marahnya.
"Noona tahu, kalian dari dulu pasangan yang menyebalkan suka sekali membully-ku." Guan Lin mengusak rambut Sakura.
"Hei, tidak sopan sekali aku kan noona mu. Jangan ungkit yang dulu saat moodku sedang jelek begini ya!"
"Nee, ajumma. Hobi sekali marah."
Guan Lin berdiri menuju pintu.
"Aku menunggu dibawah. Pesawat kita take off besok jam 5 sore."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Without You (Completed)
FanfictionHubungan mereka memang tak begitu akrab. Sebagai rival, dulu mereka saling bersaing juga saling ejek. Karena sebuah masalah ia harus menemui pemuda yang sudah 2 tahun tak bertemu dengannya. Apakah masalah itu akan mereka selesaikan bersama?