101 University.
Hari telah menunjukkan sore. Langit jingga bergelayut memayungi kota Seoul. Mata kuliah terakhir baru saja selesai.
Suara gaduh terdengar disebuah ruangan. Orang-orang berhamburan keluar dari sana, menghindari telinga mereka dari kerusakan. Memang ruangan itu kedap suara. Suara dari dalam tidak akan terdengar sampai keluar. Tetapi diam bersama dengan dua orang yang sedang perang argumen tak akan menyehatkan gendang telinga. Kecuali seseorang dengan tawa riang tampak menikmati moment beradunya argumen antara cewek berambut pendek yang tomboi dan cowok dengan rambut pink mencolok didepannya."Hahahaha, ini menghibur sekali." tawanya membahana diantara adu argumen dua orang terpintar diangkatan itu.
"Hyunggg. Aku mendukungmu. Kalahkan cewek sok tahu itu."
Sambil terus tertawa. Orang ketiga yang menonton itu tampak bersemangat memanas-manasi keadaan. Dia lebih muda dari dua orang yang sedang memperdebatkan sesuatu itu. Tetapi mengambil mata kuliah dua angkatan diatasnya. Sehingga mereka bisa satu kelas. Ketiganya tergolong cerdas dan memiliki kekayaan dari orang tua mereka yang mencukupi. Entah sejak kapan orang ketiga itu selalu mengganggu dan menjahili Sakura. Terutama saat Sakura tidak sedang bersama teman-temannya. Menakut-nakuti, mengejek, hingga suatu hari Sakura sampai terluka karena ulah cowok itu. Menyebalkan memang tapi Sakura tak pernah menghiraukannya.
Cowok yang berdebat itu mengalihkan perhatiannya sebentar ke arah pemuda yang memiliki tubuh lebih kecil tapi lebih tinggi darinya itu.
"Mengapa kau masih di sini?"
"Aku mendapatkan tontonan gratis dan menyenangkan. Mana mungkin aku melewatkan ini."
Kang Daniel kembali melanjutkan atensinya pada gadis bersurai pendek dihadapannya. Tanpa memperdulikan pemuda yang masih asik menonton mereka sambil sesekali bertepuk tangan. Dan melontarkan beberapa cemoohan pada gadis yang sudah mulai habis kesabarannya.
Gadis itu bangkit dari bangkunya, sambil menggebrak meja.
Tatapan matanya fokus mencurahkan amarannya pada Kang Daniel, rivalnya yang memandangnya balik dengan penuh intimidasi."Sudah kubilang kan kita akan mengerjakannya dengan cara itu. Daniel, aku mengerti. Dan kau, Guan Lin mengapa kau diam disini seperti lalat yang mengganggu?"
Ia menggeram. Sakura menunjuk orang ketiga yang memanas-manasi keadaan dari tadi.
"Wow daebak, aku sampai kaget. Amarahmu luar biasa."
"Kau mengganggu sekali, Guan Lin. Dan jangan sebut aku cewek sok tahu. Berhentilah menggangguku."
"Aku hanya mengungkapkan kenyataan. Cewek nerd. Adukan saja pada ayah dan ibumu yang payah itu. Mereka tahu sekali caranya menjilat pada ayahku yang kaya raya."
Sakura menurunkan tangannya, mengepalkannya erat di kedua sisi tubuhnya.
"Aku dan Daniel memang sering bertengkar. Dan itu bukan urusanmu. Tapi ia tak pernah menggangguku dengan menyebut orang tuaku yang kau bilang payah itu."
"Kenapa? Kau tersinggung? Aku mengungkapkan dua fakta. Pertama kau sok tahu. Kedua orang tuamu memang penjilat."
Sakura mengeraskan kepalan tangannya. Ia melangkah maju dengan kepalan tangan yang siap menerjang wajah baby face Guan Lin yang menyeringai dengan penuh ejekan.
Daniel menahan bahu gadis itu. Terlihat dari sisi pandang Daniel. Mata gadis itu memerah ia tampak menahan tangis dan amarahnya yang akan meluap saat itu juga.
"Guan Lin, cukup. Kau keterlaluan, untuk apa kau mencampuri urusan kami."
Daniel memapah tubuh Sakura menjauh dari Guan Lin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Without You (Completed)
Hayran KurguHubungan mereka memang tak begitu akrab. Sebagai rival, dulu mereka saling bersaing juga saling ejek. Karena sebuah masalah ia harus menemui pemuda yang sudah 2 tahun tak bertemu dengannya. Apakah masalah itu akan mereka selesaikan bersama?