13. Sacrifice

89 17 1
                                    

I would rather be alone with dignity than a relationship that requires me to sacrifice my self respect.

Kata-kata itulah yang Daniel pegang selama ini. Itulah sebab ia memilih berpisah dengan Sakura. Dignity and self respect. Dua hal yang jadi boomerang pada dirinya sendiri. Apa ia bisa disebut orang yang menjungjung martabat dan harga diri. Daniel sendiri sudah mencoret kata-kata itu dari dalam dirinya.

Bagaimana bisa dia melupakan bahwa 'sacrifice' atau pengorbanan begitu agung dalam sebuah hubungan. Memang tak masuk akal, tapi bukankah ada yang lebih esensi daripada martabat dan harga diri, terutama untuk seseorang yang begitu berharga dan ia cintai.

Omong kosong! Daniel memaki dirinya sendiri didalam hati. Ia ingin merusak dirinya sendiri sebagai hukuman. Atas apa yang tidak ia perjuangkan. Bodoh!

Tiga hari, Daniel hidup seperti zombie. Ia keluar rumah sampai tengah malam, lalu pulang dengan gontai. Melewatkan makan dan tidur. Alkohol jadi temannya setiap saat ia kembali kerumah. 

Pekerjaannya ia serahkan pada kuasa hukumnya dan pihak menagemennya. Apa yang Daniel kerjakan?

Fikiran dan tenaganya ia curahkan untuk mencari sosok Sakura yang hilang entah kemana. Tak ada satupun petunjuk yang bisa dia temukan.
Sepanjang hari ia habiskan berkeliling Seoul, tak jelas arah dan tujuan. Yang membuatnya begitu hancur adalah pada kenyataanya dialah penyebab hilangnya Sakura. Jika saja ia tak melakukan tindakan bodoh itu. Sakura tidak akan pergi sendiri tanpa Guan Lin, hingga ia tak dapat ditemukan dimana pun.

Daniel meyalahkan dirinya sendiri. Dia mengakui dia lebih brengsek, daripada siapapun yang membawa Sakura pergi.
Dia pantas menerima hukuman apapun. Rasanya juga pantas jika ia diberikan takdir untuk tak bisa bersama Sakura selamanya. Ia rela menyerahkan Sakura pada Guan Lin. Orang yang memperlakukan Sakura dengan jauh lebih baik dan sepantasnya.

Daniel berbaring diatas lantai kamar tidurnya. Matanya memandang langit-langit kamar berwarna putih. Menerawang seakan-akan ia bisa melihat langit penuh bintang runtuh diatasnya.

Disisi kanan kirinya botol bekas bir dan alkohol tergeletak sama naasnya dengan pemuda itu.
Dari sudut matanya mengalir kesedihan menganak sungai, tanpa bermuara sepanjang sisa malam. Ekspresi dan tatapan pemuda itu kosong. Sama hampanya dengan apa yang berdenyut di rongga dada. Seonggok alat yang menopang hidupnya. Tapi tidak dengan kewarasannya.

Sungguh ia tak bisa memaafkan dirinya bahkan selama sisa hidupnya. Jika ia tak bisa menemukan gadis itu. Terakhir kali bertemu, mereka bertengkar, Daniel berbuat kasar dan kurang ajar. Dia menyakitinya. Daniel mengingat kata-kata Sakura ia membenci untuk bertemu dengannya. Bertemu dengan Daniel yang saat itu dalam keadaan fisik kurang makan dan tidur. Sakura begitu mengkhawatirkan diri Daniel.

Jika beruntung saat Sakura ditemukan, ia ingin bertemu gadis itu, bersujud meminta maafnya. Jika perlu, ia akan menyerahkan seluruh hidupnya. Seperti omong kosong yang ia ucapkan ketika mencegah gadis itu pergi. Ia akan melakukannya dengan sungguh-sungguh kali ini, bukan hanya kata-kata yang ia sampaikan saat merajuk penuh kecemburuan.

Tapi itu jika Sakura ingin bertemu dengannya. Sepertinya Sakura akan kembali membenci bertemu lagi dengannya. Dengan alasan lain tentunya.

"Aaaarrggghht" Daniel mencengkram kepalanya. Suara-suara dan telunjuk yang menuduhnya, datang berulang kali di kepalanya. Juga suara tangisan Sakura.

Nothing Without You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang