Sayembara (Extra)

244 24 31
                                    

Sugeng rawuh...

(Edisi lagi kanker a.k.a kantong kering)

#butuhduit
#turunkanlahhujanduityalord

*
*
*

Teruntuk hzlnt_ , ini yang kemaren kamu minta.

*
*
*

Sayembara (extra)

"Suami dan Istri"

***

Namjoon melihatnya, bagaimana Jiminnya menangis saat anak-anak panah itu menembus tubuh suaminya, Min Yoongi.

"Yoongi...Andwae..."

Jeritan pilu itu menembus jiwanya, begitu menyakitinya.

Namjoon juga melihatnya, bagaimana sang pangeran yang telah berganti marga itu memotong dan mencabut anak-anak panah dari tubuh Yoongi, suaminya, dengan hati-hati.

Tangannya mencengkeram busur panah itu erat. Tangis sang pangeran yang lirih itu begitu menyayat sanubarinya, menamparnya dengan keras, bahwa seharusnya ia tidak melakukan ini. Ia seharusnya tahu arti senyum pangeran Jimin saat pernikahan mereka, senyum bahagia yang tulus dan penuh cinta. Bahagia bersama suaminya.

"Apa yang telah kulakukan?"

Ia melangkah pergi, menjauh dari tangisan sang pangeran yang makin mengiris hatinya detik demi detik.

Ia pergi, karena sudah seharusnya begitu.

***

Tubuh Yoongi panas. Racun yang berada di ujung anak-anak panah itu sudah menyebar ke seluruh tubuh pucatnya. Sang pangeran segera mengambil dedaunan herbal yang sudah dikumpulkan Yoongi sejak lama, berharap dedaunan itu mampu meringankan rasa sakitnya.

Ia tidak terisak lagi, tapi air matanya masih terus menerus meluncur deras di pipi gembilnya. Hatinya terasa diremas kuat, saat melihat wajah Yoongi yang semakin pucat. Ia cium bibir pucat itu sekilas, bisa ia rasakan napas Yoongi yang terasa panas berhembus lemah.

"Berjanjilah kau akan kembali untukku."

Bulan mendekat, menatap bingung pada sang pangeran yang sibuk membalut luka di tubuh Yoongi. Sorot matanya yang bening menatap bingung pada sang pangeran. Tangan mungilnya mengelus kepala Bulan.

"Bulan, tolong jaga rumah. Aku akan berusaha mengobatinya." Bulan menurut dan keluar dari sana, menjaga rumah kedua tuannya dengan setia.

Pangeran Jimin mendudukkan suaminya, agak sulit karena suaminya itu masih dalam keadaan tidak sadar.

Ia berdoa, semoga Tuhan membiarkan suaminya hidup lebih lama, menemaninya membesarkan putra putrinya nanti, menemaninya hingga akhir hayat mereka.

"Jangan pergi. Tetaplah di sisiku." Ia cium lagi bibir pucat itu, berharap kekuatan hidupnya akan tersalurkan pada suaminya.

Ia menghela napas, memulai pengobatan dengan tenaga dalam sesuai petunjuk yang telah diajarkan sang guru. Telapak tangan mungilnya ia tempelkan di punggung pucat Yoongi, sepasang mata bulan sabitnya terpejam, berkonsentrasi untuk menyalurkan tenaga dalamnya untuk mengeluarkan racun mematikan itu dari tubuh suaminya. Tapi matanya tak bohong, mata bulan sabitnya terus mengalirkan air mata.

Sebaris KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang