Cahaya Part 6

10 2 0
                                    

Hubunganku dengan pak Ilham semakin dekat. Perasaan dilindungi, diperhatikan dan disayang sangat terasa, dan akupun merasa dimanjakan. Lambat laun aku merasa  tergantung padanya. Aku sangat menyadari, bahwa perasaan ini tidak boleh terjadi. Namun aku menutup mata, aku merasa diawang-awang, pak Ilham memperlakukanku bagaikan seorang putri. Tutur kata, tatapan lembut dan perhatiannya seolah tertumpah hanya padaku. Diapun menceritakan akan hidupnya yang kesepian dan kosong karena istri yang sibuk dan tak dapat membagi waktu dengannya. Dia mengatakan bahwa perkawinannya telah hambar, dan dia bertahan hanya karena Zahra anak semata wayangnya. Dengan keluh kesah dan ceritanya yang mengiba membuat hatiku terenyuh. Aku semakin sayang padanya. Sehingga selalu kubuat alasan untuk dapat bertemu dengannya. Perasaan rindu dan kata-kata mesranya selalu aku impikan. Tak dapat aku pungkiri aku jatuh cinta dan tergila-gila padanya.

Aku mabuk kepayang, dan tak lagi melihat sekitar. Aku semakin dekat dan selalu ingin berdua dengan pak Ilham. Aku berlama-lama bila memberikan les pada Zahra. Bahkan aku mulai berani membuat janji diluar, hanya untuk makan siang bersama bahkan sesekali aku mau diajaknya untuk makan malam. Hidupku terasa lebih indah. Bunga-bunga bermekaran dan tak jarang aku selalu tersenyum sendiri. Aku wanita lajang yang belum berpengalaman, merasa menjadi wanita paling cantik sedunia, aku merasa dibutuhkan, disanjung dan dimanja. Pak Ilham adalah sosok lelaki paling sempurna dimataku. Aku merasa bahwa kami saling mencintai dan membutuhkan. Hubungan cinta terlarang ini semakin menjadi aku sudah tak memikirkan pak Ilham yang telah mempunyai istri dan anak. Dan aku sudah tak dapat menyembunyikan lagi rasa cintaku padanya. Apa yang dia ucapkan tentang janjinya dan sanjungannya terhadapku, adalah kebenaran bagiku. Aku mulai berani menunjukkan sikap manjaku padanya didepan Zahra, anak polos itu hanya menatap heran dan penuh tanda tanya padaku. Kadang terlihat sorot mata tidak suka terhadapku. Dan  aku tak ambil perduli dengan semua itu.

Aku tak pernah sekalipun tersentuh tangan lelaki dengan penuh hasrat. Kali ini aku membiarkan tanganku dalam genggaman pak Ilham yang menjanjikan sejuta ketenangan dan kebahagiaan padaku. Desiran halus sentuhannya membùatku melayang-layang, aku terbuai dan kubiarkan dia merayu dan mengelusku, aku menikmati semua yang tak pernah kurasakan dan semua membuatku ingin merasakan lagi belaiannya. Aku mabuk kepayang dan tak lagi ingat akan dosa.

Bersambung

CAHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang