Cahaya Part 9

4 1 0
                                    

Aku bagaikan seorang maling yang tertangkap basah dihadapan bu Melly. Tak berkutik dan tak berani menatap wajahnya. Namun tidak begitu dengan pak Ilham, dia bagaikan menantang bu Melly, tidak ada rasa bersalah, ataupun risi karena memergoki kami yang tengah bermesraan. Dia malah menjawab dengan tenang.
"Sudahlah Mell, tidak perlu diperpanjang, ini kan antara aku dengan Cahaya dan Cahaya pun tidak berkeberatan dengan hubungan ini, dan sudah berapa lama kamu tidak melayani aku sebagai suamimu. Aku butuh juga kasih sayang dari seorang wanita."
"Aku sangat tidak keberatan  bila kamu bermesraan dengan siapapun, namun  aku sangat tahu apa yang kamu kehendaki dari Cahaya, dia masih muda, polos tidak mengerti siapa kamu sebenarnya. Cukup kamu memeras aku. Kamu sangat tega, mau menjerumuskan Cahaya. Kamu harusnya sadar kenapa aku tidak pernah mau melayani kamu. Aku sangat jijik terhadapmu dan kamu hanya layak bergaul dan dilayani seorang pelacur!" Bu Melly setengah berteriak memaki pak Ilham. Pak ilham malah tertawa sinis mendengar ucapan bu Melly.
"Aah, Melly sayang,  kamu sudah lupa ya.. kalau kamu tidak boleh berlaku kasar pada suamimu?" Pak Ilham menjawab ucapan bu Melly dengan nada penuh ancaman. Aku semakin tidak mengerti dengan drama yang tengah terjadi pada keluarga ini.
"Ilham rupanya kecerdasanmu hanya sampai disini ya, kamu tidak pernah memikirkan resiko lain, bila kamu masih menjalankan kejahatan kamu. Kamu pikir aku akan diam saja, aku memikirkan bagaimana agar aku bisa terlepas dari jeratanmu. Dan melalui Cahaya aku dapat melepaskan diri. Sekarang semua yang telah kamu perbuat akan ada pertanggung jawabannya. Dan ancamanmu tidak akan  berlaku lagi padaku. Kita akan bertemu dipengadilan." Bu Melly menjawab dengan tenang ancaman pak Ilham.
"Oo, sudah pandai ternyata istriku yang cantik ini ya, sudah siap rupanya namamu akan hancur dimata masyarakat?" Pak Ilham membalas ucapan bu melly dengan nada pelan namun penuh ancaman.
"Kita buktikan sekarang aku atau kamu yang akan malu." Bu melly menantang.
Pak ilham segera beranjak dan berusaha mengambil handphone nya. Namun belum sampai tangannya mencapai handphone, beberapa orang polisi telah datang dan mengacungkan senjatanya ke arah pak Ilham.
"Jangan bergerak pak, anda telah kami kepung." Seorang polisi meringkus tangannya dan seorang lain mengambil handphonenya. Kemudian seorang lagi menarik tirai dibelakang kamar bu Melly yang kebetulan berhadapan dengan ruang tamu. Aku sangat terkejut ketila tirai itu disibak ada sebuah camera video terarah pada tempat duduk dimana aku dicumbu pak Ilham. Aku benar-benar terkejut, dan tak mampu berkata apa-apa, berbagai tanda tanya berkecamuk didalam pikiranku. Kenapa ada kamera Video terarah pada tempat dudukku. Aku tak habis pikir. Bibirku melongo dan pak Ilham hanya memandangku sekilas dengan tersenyum samar. Tanpa sadar air mataku meleleh aku bagaikan dihantam pukulan yang sangat telak. Hampir aku jatuh pingsan. Namun tak lama bu Melly mendekati dan menggenggam tanganku.

Bersambung

CAHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang