Cahaya Part 15

4 1 0
                                    


Kami resmi pindah ke Depok, aku mencari tempat kost yang tidak jauh dari kampus Anna. Aku mulai mencari pekerjaan. Dengan uang tabungan yang cukup kami bisa hidup dengan layak. Tidak sulit aku mendapatkan pekerjaan, dengan pengalaman yang aku miliki aku diterima menjadi salah satu pengajar pada suatu lembaga bimbingan belajar yang cukup ternama di kota Depok. Aku sangat bersyukur jarak tempatku mengajar tidaklah terlalu jauh. Aku masih bisa mengantar Anna pergi kuliah dengan mengendarai sepeda motor bekas yang aku beli.

Anna menjadi mahasiswa termuda di kampusnya. Dia mulai berbaur dan mempunyai banyak teman. Pada usia enam belas tahun, dia telah menjadi mahasiswi fakultas kedokteran yang sangat dia idamkan. Dengan usia yang belia Anna tumbuh menjadi gadis cantik dan lembut, siapapun yang memandang Anna akan jatuh sayang padanya. Anna sungguh menjadi gadis yang mempesona, kecantikannya semakin menonjol dengan tutur bahasa yang halus dan lembut membuat Anna disukai banyak orang. Sungguh  berbeda denganku. Aku telah terlanjur tumbuh menjadi wanita yang tegas, raut wajahku malah terlihat keras. Namun begitu aku sangat bangga dan menjaga  Anna sebisa mungkin. Bagiku Anna adalah harta yang sangat berharga. Tak jarang beberapa teman-teman lelakinya berusaha untuk mendekati Anna, bahkan kepincangan Anna seolah tidak terlihat didepan mata mereka. Aku mulai membatasi pergaulannya, dengan pengalaman pahit yang aku miliki, aku tidak akan mèmbiarkan Anna salah dalam menilai kebaikan lawan jenisnya. Berkali-kali aku menasehati dan mengingatkan agar Anna selalu berhati-hati terhadap lawa jenisnya. Sungguh pengalaman burukku telah menjadikan aku sulit untuk percaya pada kaum lelaki. Namun diluar dugaan, Anna menjawab bahwa dia tidak akan pernah berpacaran karena berpacaran dilarang dalam islam. Jawabannya sangat membuatku terkejut dan malu, Anna lebih mendalami islam dibanding aku. Dan kini dia mulai aktif dalam berbàgai kegiatan mesjid di kampusnya..

Anna telah merubah penampilannya, dia mulai menggunakan jilbab yang cukup panjang dan pakaian muslimah lainnya yang sesuai dengan aturan fakultasnya. Aku disibukkan dengan pekerjaan mengajar dan masuk pada kelompok pengajar khusus dengan target murid yang akan mengikuti ujian akhir dengan harapan mendapat nilai yang tinggi. Kegiatan yang cukup padat membuat kami jarang berkomunikasi dengan optimal.

Hidupku terasa datar sampai aku bertèmu dengan guru bahasa Arab pada lembaga bimbingan belajar tempatķu bekerja. Dia berumur dua tahun dibawahku, aku mulai teŕusik ketika dia mulai nyinyir melihat penampilanku. Dan aku memandangnya dengan tatàpan tidak menghargài, seorang leĺaki muda yang berumur dàn berpeńdidikan dibawah aku, sudah berani mengkritikku. Sungguh suatu perbuatan yang meńyebalkan. Aku selalu menghindar dan tidak peŕnah mengindahkan kehadirannya, yang membuat aku heran hampir semua temanku suka padanya. Hanya karena dia mempunyai suara yang merdu dikala mengaji. padahal masih banyak orng yang lebih bagus suàranya dibanding dia.

Tanpa terasa kami tèĺah tiga tàhun tìngģal di kota Depok. Pagi hari ketika aku tegah bersiap untuk menjalqnka aktifitas sebagaimana biasaya. Aku dibùat hampir pingsàn oleh Anna. Dia menģàtakan ada seòrang dokter muda yang ingin melamarnya, aku terbèngoñg-bengong melihatnya. Dan hampir sàja aķu tèrtawa ngakàk bila tidak melihat wajah Anna yang beģitù serius.

Bersambùnģ

CAHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang