Lima tahun berlalu dengan begitu cepat, membiasakan Yein dengan segala kerasnya kehidupan setelah hari penolakan itu. Membiasakan Yein menjadi wanita yang lebih tertutup dari sebelumnya.
Sepatu hak merah setinggi sembilan senti meter menghiasi kaki jenjang Yein yang indah. Suara hentakkan kaki yang dihasilkan membuat para karyawan di JJ Company sontak berdiri menyambut calon Presdir mereka dengan hormat.
Pundak tegap Yein dan tatapan tajamnya yang mematikan membuat para karyawan sering kali terintimidasi setiap mereka berhadapan dengan Yein. Selama dua tahun bekerja sebagai Direktur, Yein memang dikenal sebagai Direktur yang irit bicara dan amat tertutup. Jika seseorang membuatnya marah, siap-siap saja ia kehilangan pekerjaan. Yein dan tempramennya yang buruk, semua orang tahu itu.
"Kak, Kakak yakin mencalonkan diri jadi Presdir? Lawan Kakak adalah Om Seonghwa."
Yein menoleh singkat pada Yunho yang berjalan di sisinya, kemudian membalas, "Ini perjanjian Kakak dan Mama lima tahun lalu. Kakak akan bebas dari kekangan Mama kalau Kakak berhasil jadi Presdir."
"Tapi, Kak."
"Kakak pasti bisa. Jika 3 tahun lalu Kakak gagal maka, sekarang gak akan lagi. Jangan khawatir." Yein tersenyum singkat dan memasuki mobilnya.
"Kamu, kerja yang benar! Ingat, setelah Kakak memenangkan posisi ini, kamu akan gantiin Kakak tahun depan."
"Kak!"
"Nggak ada kata protes, Jeong Yunho!" Yein berkata tajam dan menutup pintu mobil, tak mengindahkan perkataan-perkataan Yunho yang syarat akan kekhawatirannya.
***
Yein mengeluarkan kaca dari dalam tas kecilnya. Memeriksa riasan wajah dan rambut panjangnya yang kini senantiasa diikat rapi, tidak seperti lima tahun lalu yang selalu ia gerai. Senyum Yein sedikit terbit mengingat bahwa saat ini ia akan menemui Jungwoo. Entahlah, Yein hanya merindukannya. Akhir-akhir ini mereka sangat jarang bertemu mengingat kesibukan Yein mempersiapkan diri sebagai calon Presdir dan Jungwoo yang juga tengah merintis kembali perusahaan ayahnya yang sempat pailit.
Rintik-rintik hujan turun. Hujan pertama di musim gugur. Jari-jari ramping Yein menyentuh kaca yang mengembun, mengusapnya dengan gerakan lamban. Tiba-tiba tatapan Yein menyendu, sesendu hatinya.
Ckiiiit!
Yein terhenyak kaget saat suara decitan rem dan ban mobilnya terdengar nyaring. Hampir saja Yein terjatuh jika saja tidak berpegangan pada kursi sopir.
"Ada apa ini?" pekik Yein panik karena mobil berubah oleng seolah tak terkendali.
"Sepertinya rem mobil rusak, Nona! Harap berpegangan--- arghhh!"
Bugh! Brak!
***
"Bang Cim, woy! Sempak gue yang dijemur di depan ke mana!"
Teriakkan Jungkook dari lantai dua terdengar hingga membangunkan satu makhluk kebo yang tertidur di atas pangkuan gadis cantik bergaun peach di lantai bawah.
Merasa tidak ada jawaban, Jungkook turun, masih mengenakan sehelai handuk yang melilit di pinggangnya.
"Bang! Bang---"
"Bangke!" lelaki sipit yang baru saja bangun tidur tadi menyahut kesal seraya melempar Jungkook dengan bantal.
"Yak! Bang Yoo--- eh, Kak Jiae!" Jungkook yang hendak meneriakki Yoongi malah meringis malu saat melihat Jiae ---pacar Yoongi, yang menatapnya heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall and Love
FanfictionJungkook dan Yein dipertemukan dengan berbagai kebetulan yang pada akhirnya Jungkook yakini sebagai takdir. Pertama, saat Jungkook kabur dari kejaran mantannya yang mengamuk karena Jungkook ketauan selingkuh. Kedua, saat Yein dicampakkan oleh kekasi...