Tekad Lelaki

269 39 0
                                    

Pagi hari datang begitu lama. Berkali-kali Yein terbangun dan matahari belum menampakkan sinarnya. Entah, Yein tak pernah nyaman tidur di tempat asing. Ingin segera pulang saja rasanya.

Beruntung sekarang matahari sudah merangkak naik perlahan. Yein melirik Sujeong yang tertidur tak anggun di atas sofa, sedangkan di sofa lainnya Yunho tidur dengan posisi duduk. Yein jadi merasa bersalah merepotkan mereka berdua.

Tengah disibukkan dengan pemikiran tentang Sujeong dan Yunho, suara knop pintu yang terbuka membuat netra Yein teralihkan.

Seorang perawat yang bisa dikategorikan tampan masuk. Pertama kalinya Yein melihat perawat satu ini. Karena setahunya perawat yang semalam memberikan obat padanya adalah perempuan.

"Ah, saya kira Anda masih tidur," gumam perawat yang ketika Yein intip nametag-nya ternyata bernama Kim Taehyung.

"Saya kemari untuk memeriksa perban Anda," lanjutnya.

Yein hanya mengangguk pelan dan membiarkan Taehyung memeriksa perban di kepala dan kakinya.

"Apa ada keluhan sakit kepala yang Anda rasakan?" tanya Taehyung, mengeluarkan sebuah catatan kecil di dalam sakunya.

"Sedikit," balas Yein.

"Bagaimana dengan penglihatan Anda?"

"Kemarin sedikit buram, tapi sekarang sepertinya normal."

"Ah, baiklah. Beberapa jam lagi saya akan kembali untuk mengganti perban Anda. Silakan istirahat kembali." Taehyung tersenyum ramah, membungkuk sedikit, dan ketika ia berbalik, tak sengaja ia menyenggol gelas di atas nakas sehingga menimbulkan bunyi pecahan yang nyaring.

Sontak ia panik. Harus memunguti pecahan gelas ataukah meminta maaf dulu kepada pasiennya. Namun belum sempat Taehyung berpikir, pantatnya tiba-tiba terasa tersengat listrik dengan suara debuman keras. Amat sakit.

"Ya! Kenapa kamu nendang saya?" pekik Taehyung kesal.

"Lo penyusup, ha?" Ternyata Sujeong yang menendang pantat Taehyung dan dilanjutkan dengan menendang kakinya dari belakang sehingga Taehyung ambruk dengan menyedihkan.

"Kak!" bisik Yein, tapi tak dihiraukan Sujeong.

"Penyusup? Saya perawat. Lihat!" Taehyung menunjukkan ID card-nya ke depan seraya berusaha menormalkan napasnya. Sakit bor, diserang bertubi-tubi.

"Serius?" delik Sujeong.

"Iya. Kamu gak lihat ID saya asli!" ketus Taehyung seraya berusaha berdiri.

"Ya udah, gak usah ngegas, dong. Lagian kan gak sengaja." Sujeong menguap tanpa risih kemudian mensedekapkan tangannya di depan dada dengan pongah.

"Bukannya minta maaf malah balik marah," desis Taehyung seraya mengusap-usap pantatnya yang bukan hanya sakit tapi juga basah.

"Suruh siapa mecahin gelas, bikin orang kaget."

"Gak sengaja! Tau gak sengaja gak?"

Cekcoklah dua manusia itu akhirnya.

"Dasar. Cantik-cantik ngeselin," gerutu Taehyung, keluar ruangan sambil terus mengusap-usap pantatnya yang sakit.

"Daripada lo, ganteng-ganteng bego!" balas Sujeong.

"Kak. Gak pernah berubah, ya." Yein geleng-geleng kepala.

Ya anggaplah Sujeong dan Yein adalah dua orang yang hidupnya bertolak belakang. Jika Yein semasa sekolah adalah siswi pendiam yang banyak mencetak prestasi karena tekanan dari ibunya maka, Sujeong adalah siswi yang paling banyak catatan kasus entah itu bolos atau berkelahi. Makanya, setelah lulus SMA Sujeong dipaksa sekolah di LA. Dan ya, bisa ditebak. Hidupnya pasti tidak jauh dengan ketika di Korea, membuat masalah adalah hobinya. Menurut yang Yein dengar, Sujeong bahkan dua kali pindah Universitas.

"Berubah lah. Makin cantik," Sujeong terkekeh. "Eh, cepetan sembuh, dong. Gabut nih. Pengen ke tempat karaoke."

"Sembuh juga tetep aja gak bakalan bisa ke tempat gituan."

"Kenapa? Karena Mama? Lagi? Hell, percaya sama aku. Kamu gak akan kena masalah kalau keluar sekali-kali. Lagian bentar lagi juga mau jadi Presdir sesuai impian mama kamu yang ambisius itu!"

"Belum, Kak. Ada dua kandidat, aku sama Seonghwa. Keputusan aku jadi Presdir atau nggak tergantung suara di rapat Dewan nanti," jelas Yein yang sama sekali tak dimengerti Sujeong.

"Iya, deh. Gak paham soal begituan. Yang pasti Seonghwa pasti ngalah buat kamu." Sujeong duduk santai di kursi, menopang sebelah kakinya di paha.

"O ya, soal Mama... dia tau aku kecelakaan?"

Sujeong bergeming sesaat, kemudian mengangguk.

"Nanti siang dia ke sini," balas Sujeong akhirnya.

Dan Yein hanya bisa menghela napas panjangnya. Apakah dosa jika sebagai anak Yein begitu enggan untuk menemui ibunya sendiri?

***

Jungkook menepikan skuternya di depan sebuah bangunan yang lumayan besar. Dengan senyuman lebarnya Jungkook masuk ke dalam bangunan tersebut. Aroma cat basah khas bangunan baru tercium begitu menyengat.

"Sebentar lagi. Sebentar lagi." Jungkook bergumam pelan.

Jungkook masuk ke dalam bangunan tersebut semakin dalam. Di sana masih kosong. Semakin dalam dan semakin dalam hingga sampailah Jungkook di suatu ruangan panjang yang telah terisi beberapa barang seperti meja pantry, lemari gantung, dan kompor-kompor yang masih baru.

Jungkook mengeluarkan buku catatan kecil di dalam saku celananya. Buku yang berisi tentang seluruh cita-cita dan persiapannya. Piring-piring, gelas, bangku, mesin kasir, dan hal-hal lainnya belum terealisasikan untuk Jungkook beli.

Membuka halaman belakang di mana tertulis catatan tabungan yang ia simpan selama bertahun-tahun demi terwujudnya cita-cita tersebut. Jungkook menghela napas panjang. Masih belum cukup, pikirnya.

"Gak apa-apa. Demi impian Ayah, Kookie akan terus berjuang." Jungkook menghibur dirinya sendiri.

Jungkook keluar dari ruangan tersebut dan melihat bangunan yang baru selesai beberapa bulan lalu tersebut dari kejauhan. Ini hasil kerja kerasnya, hasil jerih payahnya menjadi pesuruh orang lain. Dalam hati ia berjanji, apapun keadaannya tempat tersebut harus berjalan. Jungkook akan jadi orang yang membuka lapangan pekerjaan, bukan lagi orang yang mencari pekerjaan. Dan ketika saat itu tiba, ia berjanji akan memperlakukan bawahannya sebagai manusia, bukan hewan seperti bos-bosnya yang terdahulu.

"Restauran Mandu Jeon Jungkook. Yah, sebentar lagi nama itu akan dikenal di seluruh penjuru Gangnam dan Seoul, bahkan se-Korea Selatan akan mengetahuinya." Jungkook mengangguk mantap dan meninggalkan tempat tersebut untuk kembali mengumpulkan pundi-pundi uang agar restauran tersebut dapat segera buka.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Fall and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang