"Bang Tae?"
Larut malam saat baru saja pulang bekerja, Jungkook melongok ke pintu kamar Taehyung sambil membawa beberapa camilan yang ia beli di minimarket depan. Dilihatnya kamar Taehyung kosong.
"Bang?" panggil Jungkook sekali lagi. Karena masih tak ada jawaban, Jungkook putuskan untuk masuk saja. Siapa tahu Taehyung nyempil di bawah karpet.
Kamar Taehyung lumayan rapi dan bersih ---ya, setidaknya di mata Jungkook. Kendati begitu, Jungkook sering kali tak suka dengan bau antiseptik di kamar Taehyung. Namanya perawat ya, kebersihan diri yang utama. Tapi ya gitu, kerap kali Taehyung keterlaluan dalam menggunakan antiseptik. Kalau sudah giliran dia beberes, dijamin rumah sudah seperti bau rumah sakit!
Kebalikannya dengan Jungkook. Sebenarnya Jungkook tidak jorok, hanya terkadang malas saja membersihkan kamar. Apalagi Jungkook kerja serabutan, pulang dari pekerjaan siang, sorenya berangkat lagi pulang malam, bahkan sekali-kali ia juga bekerja malam dan pulang pagi. Jungkook yang termuda tapi tersibuk di antara yang lain.
"Bang--- sat!" Jungkook memekik kaget saat Taehyung ke dalam kamar dengan muka yang penuh sabun. Kebetulan memang letak kamar mandi tepat berada di pinggir kamar pemuda Kim itu. "Lo apaan, sih, anjir. Bang!"
"Air mati, bego. Ambilin air cepetan!" seloroh Taehyung sambil merem melek karena matanya perih.
Jungkook mendesah panjang. Lain kali Jungkook harus membujuk Seokjin untuk membenarkan keran di kamar mandi, bukan hanya keran westafel saja.
***
"Apaan? Nyari tahu kehidupan pribadi pasien? Hell, lo gila? Itu melanggar privasi!" ujar Taehyung setelah ia membilas wajahnya dan duduk di atas kursi sedangkan Jungkook duduk di pinggiran ranjang. Lantas Taehyung mengangkat sebelah kakinya ke atas paha Jungkook, minta dipijat.
"Yaelah, Bang. Lo cukup cari tahu siapa aja yang berkunjung ke kamarnya dan apa hubungannya sama pasien itu. Gak ngelanggar privasi, kok." Jungkook masih berusaha meyakinkan Taehyung untuk mewujudkan permintaannya terkait pasien di rumah sakit tempat Taehyung jadi perawat. Ya, pasti Yein. Siapa lagi?
"Ini urusan cewek?" Taehyung menelisik. Dan saat menemukan semburat merah dari pipi Jungkook, ingin rasanya Taehyung tertawa terbahak-bahak sampai nyuksruk di bawah kasur. Serius, wajah Jungkook terlampau polos hingga tentang perasaannya saja bisa se-transparan itu!
"Siapa? Siapa yang bakal jadi korban php lo lagi?" ledek Taehyung seraya berusaha mengulum tawanya.
"Tai lo, Bang!" Jungkook meninju kesal kaki Taehyung yang sedang ia pijat. Begitulah Jungkook, rela jadi babu asal keinginannya bisa terwujud.
"Ya ya... Sorry. So, siapa dia?"
"Yein. Namanya Jeong Yein," balas Jungkook seraya tersenyum, menatap lurus ke depan seolah di depan benar-benar ada sosok yang ia sebutkan. Hingga, suara gedebuk keras beserta kaki yang sempat tak sengaja menendang wajahnya membuat Jungkook terkejut.
Taehyung terjatuh, ngejengkang di bawah sana.
"Bang, lo kenapa?" Jungkook menyahut polos. Ingin marah karena kaki Taehyung menendang dagunya, tapi di sisi lain juga terkejut dan kasihan melihat Taehyung meringis sakit memegangi kepala belakang dan bokongnya.
"ELO YANG KENAPA, BEGO!"
Lah, kenapa Taehyung ngegas?:(
"Gue? Kenapa?" Jungkook bingung, berjongkok untuk membantu Taehyung duduk di atas ranjang dan menyingkirkan kursi kayu yang sebelah kakinya patah karena ikut terjatuh dengan Taehyung barusan.
"Jeong Yein, nama itu. Cuma ada satu pasien dengan nama Jeong Yein, dan dia... pasien yang amat dijaga dan diwanti-wanti oleh Direktur Rumah Sakit!" jelas Taehyung sambil terus mengusap kepalanya yang sakit.
"Terus?"
"Dia bukan pasien biasa! Dia anak dari pemilik saham terbesar ketiga di rumah sakit tempat gue kerja! Bahkan di perusahaannya sekarang, dia nyalonin diri jadi wakil presdir. Dan lo? Anjir, gue harap lo jauh-jauh, deh, dari dia. Jangan nekad, Kook. Cari mangsa lain aja!"
Jungkook sempat bergeming, berpikir. Tapi ucapan yang keluar dari mulut Jungkook selanjutnya hanya membuat Taehyung menghela napas frustrasi. "Siapa pun dia, gue gak akan nyerah," gumam Jungkook.
"Gila lo!" pekik Taehyung.
"Pokoknya tolong selidikin ya, Bang. Gue bakal ngelakuin apa pun buat lo."
"Gak. Dia punya anjing galak yang sering ngegigit," tolak Taehyung tegas.
"Ya, gigit balik. Biasanya juga lo gitu." Jungkook tertawa pelan.
"Yang ini anjingnya beda, anjingnya bawel, gonggongannya keras, suka nendang, suka ninju, ngeselin pula."
"Lah?" Jungkook berpikir, bingung. Memang tendangan sama tinjuan anjing sakit, ya? Terus emangnya anjing bisa bawel? Kirain cuma Jimin dan Seokjin saja yang bisa bawel. Ternyata anjing juga bisa.
***
Kelopak mata Yein bergetar saat suara air yang dituang ke dalam gelas terdengar. Perlahan tapi pasti, kelopak mata Yein terbuka dan masuklah cahaya putih ke dalam matanya. Mengerjapkan mata beberapa kali, Yein mulai mengedarkan pandangan karena mencium aroma yang menyenangkan.
Bunga. Yein tersenyum menatap bunga lily yang tergeletak di sisinya.
"Udah bangun?" Suara lembut itu mengalun merdu menggetarkan gendang telinga Yein sekaligus menggetarkan hatinya.
"Sejak kapan kamu di sini?" tanya Yein alih-alih menjawab pertanyaan pria manis yang kemudian duduk di kursi dekat ranjang.
"Sekitar lima belas menit lalu mungkin?" balasnya ragu.
"Nggak ke kantor?" Yein tanya.
"Sebentar lagi, setelah mastiin kamu sarapan dan minum obat."
"Jungwoo! Aku bukan anak kecil!" desis Yein.
Jungwoo mengangkat bahu santai kemudian membalas, "Memang bukan, tapi terkadang kamu kayak anak kecil."
"Ihs." Yein berdecak, dan Jungwoo malah terkekeh mendengar decakkan Yein tersebut.
Suara pintu terbuka menginterupsi percakapan mereka. Seorang perawat masuk membawa sarapan dan obat untuk Yein.
"Ah, sarapannya datang!" Jungwoo tersenyum dan bergegas meraih sarapan yang disodorkan perawat padanya.
"Terimakasih. Biar saya yang menyuapinya sarapan," ucap Jungwoo, sehingga perawat lelaki itu hanya mengangguk sopan dan kemudian pamit.
Yein mulai menerima suapan dari Jungwoo dengan senang hati meski sebenarnya ada rasa mual untuk menelan sarapan tersebut. Setelahnya Yein meminum obat, meski tak benar-benar meminumnya. Ketahuilah, Yein sangat membenci obat. Apalagi rasa dan baunya.
"Makasih mau nyempatin ke sini meski kamu sibuk," ucap Yein setelah diam-diam memasukkan obat yang tak ia telan ke dalam tisu dan membuangnya ke dalam tong sampah.
"Gak apa-apa." Jungwoo menggenggam tangan Yein dan menatap perempuan itu dengan senyumannya. "Aku minta maaf karena hal ini terjadi waktu kamu mau nemuin aku. Seharusnya aku jemput kamu," bisik Jungwoo penuh rasa sesal.
Yein menggeleng pelan. "Ini bukan salah kamu. Memang udah takdirnya aku harus celaka."
"Cepet sembuh." Jungwoo mengusap pipi Yein dengan ibu jarinya. "Ada orang yang mau ketemu sama perempuan kuat ini," lanjut Jungwoo.
"Siapa?"
"Perempuan yang sama kuatnya sama kamu," ucap Jungwoo membuat Yein bergeming lama.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Fall and Love
FanfictionJungkook dan Yein dipertemukan dengan berbagai kebetulan yang pada akhirnya Jungkook yakini sebagai takdir. Pertama, saat Jungkook kabur dari kejaran mantannya yang mengamuk karena Jungkook ketauan selingkuh. Kedua, saat Yein dicampakkan oleh kekasi...