-Raka-
***
Aku cukup menyenangkan meski kaum minoritas." Delete .
"Aku cukup baik dalam menjalin pertemanan." Delete.
"Aku baik dalam banyak hal." Delete.
"Ah, sial! Aku bingung!" Keluh Raka sambil membanting hp nya ke kasur. Ia mengambil guling lalu membungkam wajahnya dengan itu.
"Kenapa lagi hm?"
"Bingung.." Jawab Raka singkat dengan guling masih berada diatas wajahnya.
"Katakan padaku ada apa." Ujar Arvin sambil berbaring dan memeluk perut adiknya itu.
"Jangan memelukku!!" Spontan Raka berteriak karena sentuhan tiba-tiba ini, tentu saja, dia panik jika ada yang melihat.
"Ibu sedang pergi."
"..."
Selalu saja seperti ini dan Raka dibuat pasrah jika Arvin sudah mengatakan mereka hanya berdua dirumah. Saling berhadapan dengan jemari dimainkan, tangan Arvin cukup besar setidaknya mampu menggenggam tangan lelaki kecil berusia 16 tahun di depannya ini.
"Kali ini kesal karena apa?" Tanya Arvin ringan.
"Aku tidak bisa menjelaskan tentangku di sebuah bio."
"Tentangmu?"
Raka mengangguk.
"Boleh pinjam ponselmu?" Raka kembali mengangguk lalu Arvin bangkit lalu mengambil ponsel di ujung kasur.
Arvin tertawa kecil saat mengetahui adiknya memakai apk gay untuk mencari orang yang sejenis denganya. Sebenarnya Raka hanya iseng toh dia tak lancar berbahasa asing. Melirik Arvin yang malah terus memainkan ponselnya, kini raut wajah Raka tak bisa menyembunyikan rasa kesal lagi. Foto demi foto di geser beberapa kearah kanan lalu 'Match!!'
"Wah, kau dapat jodoh." Ujar Arvin sambil terkekeh geli namun tawanya memudar perlahan saat sadar Raka tak menanggapi. "Baiklah maaf, biar kubantu mengisi bio. Tapi apa kau serius ingin mencari yang seperti ini??"
"Yang benar saja!! Tentu saja tidak, aku cuma mau tau isinya seperti apa."
"Biasa saja, tak usah marahku. Ini ponselmu, kukembalikan."
"Aku bodoh."
"Hm?"
"Jadi gay itu tidak enak."
"Ngomong apasih?" Arvin membelai rambut Raka lalu mendekat hingga mampu mencium aroma sampo yang nikmat dari sana, sedikit manis.
"Kita tak seharusnya seperti ini. Aku memang gay, tapi kenapa denganmu? Sungguh bodoh."
"Maksudmu karena kita saudara?"
Raka mengangguk. Ia memejamkan mata, sengaja tak melihat Arvin.
"Hei, lihat aku." Tangan Arvin membelai pipi Raka.
"Kita tidak kandung, oke? Itu artinya kita bisa–"
"Tidak di negeri ini."
"Iya kau benar. Jika aku lulus kuliah dan bekerja, kita akan pindah ke luar negri dan menikah disana."
"KAU GILA?!"
"Tidak."
"Lalu?"
"Kau yang pilih negaranya."
"Bukan itu. Maksudku kau apa kalau tidak gila? Tidak waras? Sama saja!"
"Itu beda."
"Sama."
"Kubilang beda." Raka mendengus kesal. Ia kemudian bangkit dan hendak pergi namun Arvin menarik tangannya hingga terjatuh ke pangkuan. "L-lepas! Kau mau apa?!"
"Aku gila karenamu.." Bisik Arvin di telinga lalu mencium leher Raka sekali sebelum menjilatnya lembut.
"AH!! H-hentikan!"
Arvin menjauhkan wajahnya lalu menatap Raka. "Kau tidak aseksual kan?" Tanya Arvin.
"Tentu tidak."
"Tapi kenapa menolak?" Raka terdiam dan jika boleh jujur dia suka jika sedikit ada pemaksaan seperti hari sebelumnya saat bibirnya dilahap ketika sedang belajar. Cukup mengagetkan dan meski berkata 'lepaskan' namun tubuhnya ingin merasakan lebih.
"Aku tak akan memaksa, panggil aku jika kau membutuhkannya." Arvin melepas pelukan lalu bangkit dari kasur.
"Ah, tunggu!" Teriak Raka.
Arvin menghentikan langkahnya lalu berbalik.
"Aku ingin sekarang."
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
My Big Bro! (Complete)
Romance🔞 Brother Conflict. Kalimat singkat yang orang katakan jika melihat kami berdua. Namun tidak, sebenarnya tidak begitu. Aku tetap aku dan Arvin adalah orang lain. Dia bukan saudaraku. 🥇 1 #brotherconflict : 7 Maret 2024