Ch 13: Telepon Rumah [END]

9K 520 18
                                    

***

"Hmm.. yah itu bertaun-taun yang lalu. Harusnya dia sudah melupakannya, bajingan kejam." Ketus Ellina. Kedua tangannya terlipat di dada, matanya menatap malas kearah Raka. Suasana kelas sepi hanya ada beberapa murid karena sekarang jam istirahat, kebanyakan berada di kantin.

"Raka? Kau dengar aku kan?"

"Mnhh.." Angguk Raka pelan sambil mengunyah nasi goreng buatan Arvin.

"Itu dia yang masak?" Tanya Ellina dibalas anggukan lagi.

Jelas Raka sengaja menjaga jarak bukan karena Ellina datang tiba-tiba kerumahnya waktu itu tapi setelah tau di masa lalu temannya ini pernah menggoda Arvin, sungguh Raka merasa tak nyaman meski waktu itu sudah berlalu sekalipun.
Sedangkan Ellina yang mulai merasakan ada perubahan dalam sikap Raka, dia perlahan menyesuaikan diri.

"Kau pacaran dengan kakakmu??"

"UHUK!! Uhuk!! Hahh??!"

"Apa? Iyakan? Ah.. okay, dunia ini sempit. Dulu saudaraku yang pacaran dengan Arvin sekarang kau, entah besok siapa lagi."

Mengambil tissu dari laci lalu membersihkan nasi yang menempel di bibir, Raka berusaha mencerna apa maksud 'entah besok siapa lagi' namun belum sempat bertanya, gerombolan gadis mendekati Ellina lalu mengajak perempuan itu keluar kelas dan dia tak menolak.

Dan.. jika diingat.. tak pernah ada kata pacaran dalam kamus hidup Raka selama ini.

"...."

0o0

Sore hari sekitar pukul 4, di salah satu lorong sekolah berjalan pelan menuju gerbang keluar.

"Maaf, aku masih belum selesai. Pulang dan makanlah duluan jangan menungguku." Ujar Arvin di telepon.

"Kau pulang terlambat?"

"Hmm, sedikit. Akan kuselesaikan semua disini, nanti sampai rumah biar bisa langsung memelukmu. Ah, sial. Bateraiku mau habis. Sudah dulu ya."

"Jangan terlalu malam.." Ujar Raka pelan putus asa, sejujurnya ia tak suka naik angkutan umum.

"Tentu."

Telepon dimatikan dan pandangan Raka langsung tertuju pada lorong yang mulai sepi. Sedikit berlari agar tak ketinggalan bus pada jam ini, tepat saat sampai luar gerbang bus hampir berangkat.

Drrttt

Kembali membuka ponsel setelah bersandar menemukan bangku kosong paling belakang, kedua mata Raka menatap bingung pesan yang tertulis di layar. "Nanti buka kotak surat, ada sesuatu untukmu. Wajib kau pakai saat aku pulang oke?" Ketik Arvin.

Kotak surat?

Memangnya ada apa disana?

Bus berhenti di halte dekat rumah setelah sekian menit perjalanan. Sebuah bungkusan kecil paket terlihat rapih dan menarik dari luar, seperti kotak kado dengan nama, alamat, nomor ponsel dan resi disana. Segera mengambil lalu berlari ke dalam rumah, mengambil gunting untuk membuka bagian kecil ujung takut mengenai barang. "Hah??? Ini kan..?"

Tak tau harus senang atau sebaliknya, "Untuk apa kakak memberi bunny hat?? Untukku? Yang benar saja dia ingin melihatku pakai ini."

Pukul delapan malam.

Masih dengan perut lapar dan rasa penasaran, Raka dari sore sibuk mencari maksud kenapa Arvin membeli bunny hat. Barang berbulu sangat lembut warna abu-abu cerah dengan wajah kelinci dan telinga panjang yang bisa digerakkan ini diangkat lalu diputar dijadikan mainan olehnya.

My Big Bro! (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang