Ch 04: Playing

24.9K 1K 6
                                    

***

Kembali ke waktu sekarang.

"Aku menginginkannya." Ujar Raka sambil menatap Arvin yang masih diam terpaku tak percaya apa yang baru saja didengar. Sejujurnya Arvin hanya bercanda namun adiknya justru menganggap serius.
"M mungkin kita bisa mencoba.. sekarang.." Lanjut Raka pelan, kini ia melepas genggamannya.

"Jangan bercanda, kau belum 18."

"T tapi aku sudah matang.."

"Kau kira masakan, sudah matang? ahahahah.." Tawa Arvin pecah, ia ikut duduk di samping Raka sambil menyentuh perutnya terasa sakit karena tawa namun disampingnya, si adik hanya melihat dengan raut kesal.

"Kak.."

"Hm? Maaf, maaf. Gini loh, emm.. bagaimana ya. Bukannya aku tak mau, cuma kau masih kecil, ah bukan kecil sih. Apa ya yang pantas.."

"Kau selalu menggodaku, kita juga pernah ciuman. Lalu apa yang salah?"

"Ini first time untukmu kan?"

"Unn.." Raka mengangguk.

"Aku agak ragu."

"Tch. Kau menyebalkan. Setiap hari menggoda tapi saat aku meminta kau malah seperti ini." Raka mengerucutkan bibir dan melipat tangan, tubuhnya kini condong kearah berlawanan.

"Maaf, maaf. Baiklah. Sekali ini, oke? Tapi aku ada permintaan"

"Apa itu?"

"Panggil namaku langsung."

Mata Raka membesar, kini ia kembali ke posisi semula menghadap sang kakak. "Maksudnya?"

"Arvin. Cukup panggil seperti itu, gausah pakai 'kak' "

Butuh beberapa saat untuk Raka mengerti dan matanya yang bulat sempurna kini semakin melebar, ia menggeleng beberapa kali sambil mengatakan, "tidak, tidak bisa.. mana mungkin, itu sungguh tak sopan."

"Yasudah kita jadi saudara saja."

"Bukan begitu. Kak, aku tak biasa memanggil yang lebih tua langsung namanya. Rasanya aneh.."

"Kalau begitu jadikan aku special."

"..." Raka terdiam lalu menunduk perlahan, jemarinya menyentuh dagu berpikir sejenak lalu menelan ludah. Dia kembali mendongak, sedikit mendekat kearah Arvin lalu dengan pelan menyentuh leher sang kakak, memberi ciuman lembut. "A arvin.."

"Aku tak dengar."

"Tch. Kau sudah dengar!!"😡

"Belum jelas. Ayo katakan lagi."

Raka tak tau harus menangis atau tertawa, ia sangat menginginkan tubuhnya merasa nikmat namun syarat ini sungguh membuatnya sedikit tertekan. "A arvin.. Arvin.. aku ingin.."

"Iya Raka sayang? Ingin apa?"

"AHH!! KAU MENYEBALKAN!!"

Tawa Arvin kembali pecah, kali ini lengannya menarik Raka dalam pelukan erat, mencium rambut dan pipinya beberapa kali sebelum mulai membelai. Sentuhan lembut di leher dan telinga membuat uke ini mengerang pelan, kedua matanya terpejam menahan geli.

Napas beradu di udara dan Arvin mulai mendekatkan wajah, menjilat bibir mungil namun kenyal milik Raka lalu dengan perlahan memasukkan lidahnya. Mengabsen setiap sela mulut Raka hingga membuat lelaki kecil itu gila hanya dengan ciuman. Perut Raka seakan hampir meledak karena geli, ribuan kupu-kupu siap keluar kapanpun dan sensasi aneh lain terasa saat tangan Arvin menyentuh punggung dan pantat.

Ahh..

Lidahnya sangat lembut.

Cukup lama hingga tubuh Raka mati rasa, Arvin melepas ciuman sambil tetap memeluk Raka agar tak terjatuh. Kembali membelai rambutnya, Arvin terkekeh merasakan tonjolan keras dibawah. "Cepet banget ya.."

My Big Bro! (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang