Ch 08: Sofa

15.2K 705 13
                                    

***

Pagi ini Arvin tak ada jadwal kuliah dan Iva sengaja kembali keluar kota sore hari karena ingin bicara dengan adiknya itu. Wajah kesal Raka masih terlihat meski kini ia telah sampai di sekolah. Matanya melirik kearah kakaknya, ingin segera berbalik masuk ke gerbang namun topi jaket yang dipakainya ditarik. "Heh, mulai gak sopan ya habis diantar langsung pergi."

"Sudah telat."

"Omong kosong. Kau masih marah padaku kan?"

"...."

"Raka, aku sudah minta maaf dan–.."

"RAKA!! Eh, kemarin kau tak membalas pesanku, kenapa?! Eh?? Ada seseorang?" Sapa seorang gadis sambil tersenyum lebar. Dia melirik kearah Arvin, melihatnya dari atas sampai bawah lalu kembali menatap Raka. "Ayo ke kelas."

"Aku pergi dulu." Ujar Raka sebelum pergi.

Berdecak sekali namun berusaha tenang, Arvin berteriak akan menjemput namun adiknya itu tak menanggapi, tetap berjalan beriringan dengan temannya menuju kelas.

0o0

Dirumah.

Disambut dengan wajah kesal dan omelan singkat karena tak kunjung kembali kerumah, Arvin meletakkan sebotol kecil alkohol dosis rendah di meja lalu duduk di sofa samping, tangannya membuka sebuah botol lalu meneguknya sekali. "Kalau kau merusak Raka, aku akan memukulmu."

"Hmm.."

"Jangan memberinya alkohol, rokok dan sejenisnya." Lanjut Iva.

"Tch, tidak. Kau tau kan aku tak pernah membawa alkohol kerumah, lagipula aku tak sampai mabuk."

Iva melirik lalu meraih botol anggur dari meja, membaca presentase alkohol dan memang kali ini Arvin berkata jujur. "Kalian sudah melakukan itu?"

"Hah? Ngomong yang jelas, itu apa?"

"Sex."

Hampir tersedak alkohol hingga merasakan hidung dan tenggorokannya panas, Arvin terbatuk sambil mengumpat, "Sialan, tidak! Dia masih kecil, yang benar saja aku berhubungan dengannya!!"

"Serius kau menganggapnya anak kecil?? Kita di kota, bukan pedalaman. Jangan bercanda bahkan anak lain seusianya sudah tau tentang–.."

"Lalu maksudmu apa?! Kau mau aku menyentuhnya dihadapanmu begitu?!!"

"JANGAN GILA!"

"Yasudah kalau begitu diam!"

Iva kembali menghela napas namun kali ini terasa lebih putus asa. Dia bersandar dengan masih memainkan botol itu. "Oke baiklah maaf."

"Mau bicara apa tadi?" Tanya Arvin mengingat kakaknya ini ingin mengajak bicara setelah Raka pergi sekolah.

"Kapan memberitau Raka soal kematian ayah? M maksudku aku berpikir dia berhak tau.."

"Yah sampai sekarang dia masih marah padaku."

"Hah? Marah?"

"Raka mengira dia diadopsi karena terpaksa, begitulah, aku malas bicara."

Iva berusaha sesabar mungkin dan kini posisi duduknya menghadap Arvin, "Tolong bicara yang benar."

My Big Bro! (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang