Ch 12: Waktu yang Padat

8.7K 501 4
                                    

***

Sekitar seminggu dan kini genap 23hari, lengan Raka jauh lebih membaik meski belum bisa melakukan banyak aktivitas. Minggu lalu sebenarnya rumah sudah benar-benar bersih maksudnya sudah tak ada bau anyir atau noda darah disana juga Iva sudah mengurus semua jadi layak ditinggali lagi.

Mereka bertiga datang berniat melihat kamar Raka yang beberapa furniture nya baru karena rusak pada malam itu namun diluar dugaan, Raka yang semula tampak baik-baik saja mendadak hampir terjatuh saat mobil sampai di depan gerbang. Tangannya memegang erat lengan Arvin sambil tertunduk dalam seperti meminta perlindungan.

"Ada apa?"

Jelas Raka tak bisa lagi tinggal dirumah yang telah memberi ingatan menyakitkan sekaligus menakutkan ini.

Dia berusaha baik-baik saja namun tubuhnya bereaksi lain. Iva dan Arvin saling pandang, keduanya memutuskan menjual rumah ini lalu membeli rumah baru yang letaknya sedikit lebih jauh. "Ini berat, sungguh. Banyak kenangan disini tapi hidup harus berlanjut kan. Kita harus mengutamakan Raka." Ujar Iva pelan dibalas amggukan dari Arvin.

Sekarang kembali ke seminggu setelah usaha penjualan rumah.

"Maafkan aku kak.." Ujar Raka sambil menenggelamkan wajah ke dada Arvin berusaha mencium aroma tubuh yang mampu membuatnya mabuk itu.

"Kenapa minta maaf?"

"Soal semua. Aku membebani semua, maafkan aku."

"Soal rumah lagi?" 

"Unmm.."

Arvin menghela napas lalu bergeser agar mampu menatap wajah Raka. Meski terhalang gelapnya kamar namun kilau mata Raka seakan mampu menembusnya, "Sudah kubilang aku dan Iva tak masalah."

"Tapi tetap saja.."

"Kondisimu lebih penting daripada rumah tua itu. Sudah ya? Ayo tidur."

Banyak menit berlalu namun Raka tetap tak bisa tidur. Bergerak gusar ke kanan dan kiri, memeluk lengan Arvin lalu memberi jarak, pergi ke dapur minum lalu kembali terus seperti itu hingga terdengar suara burung cabak kota berkicau diluar tanda waktu menunjukkan dini hari. Sudah satu bulan dia tak bertemu ibu dan meski tau wanita itu tengah mendapat perawatan tetap saja Raka merasa tak nyaman.

Dia kembali bergeser sedikit mendongak menatap wajah Arvin yang tampak lelah dengan kantung mata sedikit menghitam. "Maaf.." Kesekian kali kata itu dilontarkan dari bibir kecilnya. Raka mendekat, membelai pipi Arvin lalu mengecup ujung hidung sekali sebelum menjadikan dada seme itu sebagai bantal.

Perlahan memejamkan mata namun sebuah suara kembali membuat Raka terjaga, dia segera bangkit setelah tau Arvin bangun dan memanggil namanya. "A apa aku membangunkanmu?! Ahh.. maaf.."

"Kenapa tidak tidur?" Tanya Arvin sambil mengusap mata berusaha sadar sepenuhnya. Jemarinya mengusap bagian hidung dimana lip mask Raka menempel disana. "Kau mulai nakal ya."

Raka menggeleng cepat lalu meraih sehelai tissu dari meja berniat membersihkan namun Arvin menyentuh pergelangan tangannya, "Tidak usah. Kamu mikir apasih?"

"..." 

"Sudah jam berapa ini, kalau kurang tidur nanti bisa sakit loh."

My Big Bro! (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang