***
Hari berikutnya seperti yang sudah dikatakan Arvin sebelumnya, setelah pertama kali sex maka keduanya akan sakit. Raka meringis saat merasakan tubuhnya perih tak karuan. Ia bangkit mengambil posisi duduk dengan sebelah tangan menyentuh kepala, kedua matanya mengernyit seakan sinar mentari membuat kedua bola itu berubah menjadi bubuk.
"Kak.. kak!! Kak Arvin..!!"
Mendengar namanya dipanggil, segera Arvin mengecilkan api kompor lalu berlari menuju kamar. "Sudah bangun??"
"Tolong bantu ke kamar mandi. Astaga rasanya aku tak akan bisa berjalan lagi."
"Hahahah.. jangan berlebihan, kemari biar kugendong."
Seharian hanya duduk di sofa dengan tambahan bantal, terkadang di kasur, Raka tak masuk sekolah hari ini. Sampai sore hanya itu kegiatannya, lebih tepatnya memilih tak banyak bergerak. Pantatnya sudah diberi obat merah karena sedikit lecet dan bengkak juga kedua kaki tengah dipijat sekarang namun Raka masih putus asa, ia takut jika sakitnya tak bisa sembuh.
"Tenanglah, besok juga sembuh."
"Aku tau.."
"Lalu kenapa menangis?"
"Keluar sendiri. Tch, ini semua salahmu."
"Hah?? Aku???"
"Iya. Kau membuka pantatku terlalu lebar jadi kakiku terpaksa menahan, jadi sakit sekarang."
Arvin menghela napas sabar mendengar semua tuduhan yang diarahkan padanya. Namun jika diingat memang untuk pertama kali permainan kemarin terlalu kasar bagi Raka yang notabene masih vanilla saat ini. "Sejujurnya milikku agak kebas."
"Hah???"
"Kamu masih sempit banget gila, salahmu juga kan."
"Kau.. ahh, kak.. bukankah seharusnya jari masuk lebih lama? Dilonggarkan? Entahlah aku melihat itu di video."
"Lain kali sex dengan video saja." Ujar Arvin ketus. Sadar perubahan ekspresi semenya ini, spontan Raka bersikap manja namun Arvin tak bergeming, tetap mengalihkan muka tak mau menatap langsung.
"Maaf..""Kau terus menyalahkanku padahal pantatmu juga salah."
"Aku sudah minta maaf.."
Arvin tak marah, tentu saja tidak. Hanya karena ia dituduh tak akan membuatnya kesal apalagi Raka mengatakan itu secara tak sengaja, tubuhnya sedang tak nyaman jadi kalimat apapun bisa keluar. Arvin terkekeh namun wajahnya masih berpaling dan saat berbalik, kedua matanya melebar kaget menatap Raka menangis di depannya, benar-benar deras sampai wajahnya memerah.
"Eh?? Ada apa??"
"Kau marah padaku.."
"Tidak, astaga. Aku tidak marah."
"Nanti aku sendiri.. kak, jangan marah, jangan tinggalkan aku. Semua pergi begitu saja, ibu, Iva.. aku selalu sendirian. Menakutkan.. sungguh." Bukannya tenang setelah menghapus air mata, isakan justru terdengar dan kini dadanya sedikit sesak. Entah apa yang terjadi jika Arvin tetap bersikap seperti dulu saat mereka belum dekat, jelas Raka yang takut sendiri akan terus tersiksa sampai dia tak tinggal lagi dirumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Big Bro! (Complete)
Romance🔞 Brother Conflict. Kalimat singkat yang orang katakan jika melihat kami berdua. Namun tidak, sebenarnya tidak begitu. Aku tetap aku dan Arvin adalah orang lain. Dia bukan saudaraku. 🥇 1 #brotherconflict : 7 Maret 2024