“Cut!” teriak produser ketika dialog berakhir, Liviana menghela nafas lega karena syuting iklan ini berakhir lebih cepat dari biasanya. Gaby, asistennya, datang membawa payung karena sinar matahari kali ini sangat terik.
“Bukankah itu Tuan Kalandra? Untuk apa ke sini?”
“Mungkin untuk bertemu Liviana, aku dengar mereka sedang masa pendekatan.”
“Benarkah? Tidak menyangka Tuan Kalandra juga melebarkan sayap playboynya ke entertaiment.”
Liviana menahan diri untuk tidak melempar sesuatu karena kesal dengan para kru yang tidak sadar akan kehadiran dirinya, mereka terang-terangan berbisik di dekatnya. Namun bukan itu yang penting, karena kali ini ia melihat pria tampan dengan wajah arogan yang mereka bicarakan sedang melangkah mendekatinya. Liviana hampir tersedak dengan air liurnya sendiri ketika melihat Jaiden tersenyum dari jauh kepadanya.
“Matahari sangat panas hari ini, aku pikir orange juice bisa menyegarkan.” Ucap pria itu dan memberikan orange juice itu kepadanya, benar-benar diluar ekspektasinya ketika melihat wajah arogan berubah menjadi hangat.
“Terima kasih Tuan Kalandra,” jawab Liviana dan menerima minuman tersebut sebelum para kru menghujatnya karena membiarkan tuan muda itu memegang terlalu lama minuman murahan ini. “Ada kepentingan apa ya?”
“Aku ingin mengajakmu makan malam,” jawab Jaiden dengan santai bahkan memberikan sebuah senyuman dengan membentuk matanya yang indah menjadi bulan sabit.
Sepertinya Liviana akan mati tersedak untuk kedua kalinya karena reaksi alami Jaiden yang benar-benar tampan. “Kau benar-benar tidak menyerah ya?”
“Jangan lupa, aku adalah pengusaha. Apa yang kuinginkan harus kudapatkan.” Jawab Jaiden begitu percaya diri.
“Benar,” Liviana menyadari fakta tersebut. “Tapi sepertinya sekarang aku benar-benar tidak bisa. Ada hal penting yang harus kuurus.”
“Kau sedang tidak berusaha menghindariku kan, Ms. Bronwyn?” tanya Jaiden dengan tatapan mengintimidasi.
Sebelumnya Liviana melihat wajah menggemaskan yang amat tampan dari wajah Jaiden namun sedetik kemudian berubah menjadi dingin dan arogan, secepat itu berubah. Namun tiba-tiba ponselnya berdering, kontak tanpa nama tertera di sana. “Maaf aku mengangkatnya dulu.”
“Baiklah.”
Liviana melangkah jauh, sesekali melihat Jaiden yang mulai didekati oleh para kru dan produser yang mencoba mencari kesempatan untuk mendapatkan modal atau perhatian dari pria tersebut. Ia merasa takjub karena Jaiden sangat mampu mengendalikan diri ketika banyak orang-orang yang akan menjilatnya.
“Ada apa?” tanya Livi dengan khawatir dan kembali fokus pada panggilan telfonnya.
“Nothing,” jawab seseorang di seberang sana. “Bagaimana kabarmu? Kau tidak lupa kan kalau kakakmu akan menikah tiga bulan lagi?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Liviana's Boyfriend
RomanceSejak awal, bertemu dengan Jaiden adalah kesalahan. Pria manis dan hangat ternyata memiliki sifat lain yang menyeramkan, bahkan menurutnya hampir seperti seorang maniak. Liviana berusaha keras menjauh dari Jaiden, mengorbankan karir cemerlangnya, d...