11. Family

3.1K 295 9
                                    

Liviana membaca pesan yang dikirim Jaiden semalam setelah pertemuan mereka dan pagi ini ia terbangun cukup normal dengan matahari yang sudah tinggi, kehidupan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Liviana membaca pesan yang dikirim Jaiden semalam setelah pertemuan mereka dan pagi ini ia terbangun cukup normal dengan matahari yang sudah tinggi, kehidupan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Ponsel tersebut ia masukkan ke dalam laci lalu melangkah meninggalkan kamar tidur, ia melihat seseorang sedang duduk santai sambil menonton televisi.

"Ada apa?" tanyanya sambil menuangkan segelas air putih dan duduk di mini bar miliknya, matanya menatap orang tersebut.

"Kau bisa memakai kesempatan ini untuk berkunjung ke London dan menghadiri pernikahan Serena." Brian memberikan saran kepada Liviana agar rencana pensiunnya terlihat natural, sebuah undangan acara amal yang dilaksanakan di London.

Ia berpikir sejenak, pernikahan Serena memang tersisa seminggu lagi dan sepertinya sangat sulit jika tidak disiapkan jauh-jauh hari. Namun bukan hal tersebut yang membuat Liviana masih berpikir, ada satu hal yang tidak bisa Liviana langsung setujui yaitu bertemu dengan keluarganya kembali. Sejak ia menetap di Amerika hubungannya tidak berjalan lancar, kedua orang tuanya benar-benar sudah memutuskan hubungan dengannya dan hanya Serena yang masih bertanya kabar.

"Liv, ada panggilan." Tiba-tiba Gaby datang dengan membawa ponsel miliknya. "Nomornya sangat asing, sepertinya nomor luar." Tambah Gaby.

Dahi Liviana berkerut dan mengambil ponsel tersebut.

"Hallo?" kata Liviana dengan ragu.

"Nona Livi, kembalilah ke London. Ini sangat darurat." Suara diseberang sana sangat dikenal olehnya, salah satu pelayan yang dulu menjaganya bersama Serena.

"Ada apa? Aku tidak bisa datang tanpa rencana." Jawabnya masih santai, meskipun matanya memandang undangan yang sengaja diletakkan di atas meja oleh Brian.

"Nona Serena dalam keadaan kritis."

Ponsel tersebut terjatuh dari genggaman Liviana, kakinya tidak mampu menopang berat badannya ketika mendengar berita tersebut. Brian dan Gaby yang berada di tempat ikut terkejut dan membantu Liviana menenangkan diri, bahkan Brian membatalkan rapat yang seharusnya lima menit lagi dimulai. Untuk kedua kalinya bagi Brian melihat Liviana terlihat shock dengan tatapan kosong, sebelumnya ia pernah melihat Liviana dalam keadaan yang sama ketika bibinya meninggal karena sakit. Dan entah apa yang dikatakan penelpon itu sampai membuat Liviana down.

"Serena..." gumam Liviana menatap ke depan namun memegang erat lengan kemeja Brian.

"Kenapa Serena?" tanya Brian.

"Kondisinya sedang buruk dan kritis." Ucap Liviana yang langsung menangis, Brian menariknya ke dalam pelukkannya dan membiarkan Liviana menangis.

🧩

"Jareth?" Jaiden terkejut melihat kakak laki-lakinya berdiri di ambang pintu ruang kerjanya, pria tampan dengan tatapan hangat itu melangkah dengan senyum kecilnya. "Kenapa tidak menghubungiku lebih dulu kalau ingin ke kantorku?"

Liviana's BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang