13. It's You

3.2K 262 7
                                    

Play the multimedia! The song its great and cocok sama part ini;). Btw, saya merasa cerita ini agak lambat ya alurnya? Iya gak sih? Kayak masih jauh bgt sama inti konfliknya nih. I need saran nih gaes..

🧩

Here you are!” sebuah bunga menghalangi wajah Liviana ketika ia baru saja tiba di agensinya, ia pun baru sadar bahwa lantai ini terasa sepi tidak seperti biasanya. “Do you love them?”

Jaiden datang dengan membawa sebuket bunga mawar yang indah ke agensinya, padahal ia belum mengirimkan pesan kepadanya tapi pria tersebut sudah berdiri dengan senyum hangat dengan mengulurkan buket cantik itu. Tanpa sadar Jaiden sudah menyudutkannya di balik pintu ruangan Brian, menguncinya dengan salah satu lengannya yang bebas sambil menatapnya tajam.

“Livi, kau tahu? In my eyes, you’re as beautiful as the roses,” bisik Jaiden dengan wajahnya yang sangat dekat dengannya. “I can’t wait the day you become mine.” Tangan Jaiden mulai memegang pipi Liviana dengan lembut.

“Tu-tunggu!” Liviana mendorong tubuh Jaiden yang berniat menciumnya, untungnya ia segera sadar dari tatapan meluluhkan dari seorang iblis seperti Jaiden. “Untuk apa kau ke sini?” tanyanya.

“Menurutmu?” Jaiden bertanya balik lalu memberikan bunga tersebut, ia melangkah duduk di tempat kekuasaan Brian, kakinya diangkat kemeja dan dengan santai menatap Liviana. “Aku berniat  membeli agensimu agar aku tahu segala aktivitasmu.”

Mata Liviana terbuka lebar, ia menghampiri Jaiden. “Kau gila?!”

Jaiden menurunkan kakinya dan menarik tangan Liviana. “Ya, cause... you drive me crazy, Livi.” Katanya dan tanpa diduga Liviana, kepala Jaiden bersandar di perutnya bahkan kedua tangannya menggenggam erat tangan Liviana. “Aku benar-benar sudah gila padamu, Livi.”

Liviana mendorong tubuh Jaiden, namun tidak semudah yang ia bayangkan, malah tangan Jaiden langsung menarik pinggangnya hingga ia tidak bisa berkutik.

“Aku mengerti tentang kejahatan sampai bisnis,” ucap Jaiden dengan tatapan tajam dari kedua matanya yang mengunci mata biru Liviana. “But the one thing I can’t understand is you, Liviana.”

Seorang Jaiden Kalandra yang tampan, kaya, dan memiliki segalanya yang tanpa cela itu menunduk kepadanya, bahkan terlihat putus asa ketika mengatakan kalimat terakhir. Liviana bertaruh, tak ada yang pernah melihat sisi seorang Jaiden seperti yang baru saja ia lihat. Tanpa sadar ia mengelus rambut Jaiden dengan lembut.

“Sebentar lagi,” ucap Liviana, ia sendiri sejujurnya tidak yakin dengan ucapannya. “Aku harus menyelesaikan masalahku. Setelah itu, kita bisa bersama.”

Jaiden berdiri dan memandang Liviana. “Aku pegang ucapanmu.” Katanya lalu memeluk Liviana begitu erat. “Aku bahkan berani menikahimu, bukankah itu sebuah keputusan yang ekstrim untuk seseorang sepertiku?”

Liviana terkekeh tanpa menolak pelukan Jaiden. “Benar, donjuan sejuta umat mengambil keputusan yang sangat ekstrim.”

“Boleh aku tahu masalah apa yang sedang kau selesaikan? Aku bisa membantumu.” Jaiden melepas pelukkannya dan memandang Liviana dengan hangat. “Apa kau terlibat menjadi simpanan seorang pejabat atau –”

“Bukan!” ucap Liviana cepat, tidak mungkin ia terlibat dengan hal menjijikan tersebut. “Masalah ini mungkin nantinya memudahkan kita untuk lebih serius.”

Jaiden terdiam, lalu tersenyum. “Baiklah.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Liviana's BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang