“Ini pesanan anda Mr Kalandra, semoga kekasihmu makin cinta.”
Jaiden tersenyum ketika pelayan pria itu memberikan barang yang sudah ia pesan selama dua hari, sebuah kalung yang sangat cantik untuk Liviana dan mungkin ini bisa menjadi kesempatannya bertemu dengan perempuan itu setelah janji makan malam mereka batal beberapa hari yang lalu. Meskipun Liviana mengatakan ia tidak marah, namun ia merasa sebaliknya karena perempuan itu sampai saat ini tidak menghubunginya sama sekali. Sebelum meninggalkan tempat, Jaiden sekali lagi membuka kotak perhiasan tersebut untuk memastikan bahwa memang cantik.
Drrt...drrt...
Sebuah getaran dari ponselnya menyadarkannya, ia melihat sebuah panggilan dari Logan untuk pertama kali. Ia langsung menyalakan mesin mobil dan memasang headset.
“Kenapa hanya membeli 10%?” suara Logan mulai menyambut telinganya, ia yakin saat ini Logan sedang kesal.
“Aku tidak ingin menjatuhkan Dixie dengan cara rendahan seperti ini.” jawabnya.
“Tidak peduli rendahan atau apa, ini kesempatan untuk memiliki kontrol terhadap perusahaan tersebut.”
“Terserah kau, ini pilihanku.”
“Kau harus ingat Jai, keluarga Dixie yang membuat kita seperti ini.”
Setelah mengatakan hal tersebut panggilan berakhir, Jaiden mengerti maksud Logan namun rasanya saat ini ia tidak ingin melukai Jareth yang sedang sakit hati. Ponselnya kembali bergetar, kali ini panggilan dari asistennya.
“Pak, ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda.”
Jaiden menghela napas. “Sudah kukatakan kalau hari ini aku tidak akan ke kantor.” Katanya dengan kesal, sebelumnya pun ia sudah bilang kalau hari ini ia tidak akan ke kantor karena ingin bertemu dengan Liviana.
“Dia bilang dia salah satu anggota keluarga Dixie.”
Mendengar hal tersebut Jaiden terkejut, menebak-nebak siapa orang yang mendatanginya dari pihak Dixie. “Namanya?”
“Yolanda Dixie.”
Pikiran Jaiden langsung blank ketika mendengar nama yang selama ini ia benci, bahkan ia hampir lupa bagaimana bentuk wajah orang tersebut.
💥💥
Tenang, relax, santai.
Berulang kali Liviana mengucapkan mantra tersebut, beberapa menit lagi ia akan melangsungkan konferensi pers dan sudah banyak awak media yang menunggu di ruangan yang sudah disediakan oleh Brian. Sebenarnya ini lebih cepat dibandingkan jadwal sebelumnya, bahkan Brian terus mengumpat kesal karena keputusannya yang mendadak.
“Gab, bisa ambilkan ponselku?” mintanya pada Gaby yang sedang merapikan rambut Liviana.
“Kau akan menghubungi Mr Kalandra?” tanya Gaby seraya memberikan ponsel Liviana.
Liviana mengangguk, ia mulai mencari kontak Jaiden. Ini juga salah satu tindakan yang memerlukan keberanian dalam dirinya, ia berharap Jaiden tidak mengangkatnya karena ia tidak mampu lagi menutup diri pada pria itu. Kali ini doanya terkabul, nomor Jaiden tidak aktif dan ia berniat meninggalkan pesan suara.
Hay, kau sedang sibuk? Maaf mengganggumu, aku hanya ingin pamit dan terima kasih untuk cinta yang kau berikan. Maaf aku tidak bisa membalasnya, aku harap kau bisa menemukan wanita yang baik untukmu. Don’t give up, you can do it day by day.
Entah kenapa hati Liviana terasa perih meninggalkan Jaiden dengan seperti ini, ia ingat Jaiden datang dengan gentle ke hidupnya namun ia memutuskannya dengan cara yang tidak sama sekali keren melalui telpon. Namun ini keputusannya, ia tidak bisa lebih jauh dengan Jaiden dan bahkan impian yang selama ini ia impikan harus ia akhiri saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Liviana's Boyfriend
RomantikSejak awal, bertemu dengan Jaiden adalah kesalahan. Pria manis dan hangat ternyata memiliki sifat lain yang menyeramkan, bahkan menurutnya hampir seperti seorang maniak. Liviana berusaha keras menjauh dari Jaiden, mengorbankan karir cemerlangnya, d...