Part 4

1.8K 195 213
                                    

Dari sepulang sekolah sampai malam tiba Naya tak bisa tenang. Ada rasa bersalah, ada juga rasa senangnya. Yang pasti perasaannya tak ia mengerti.

Malam ini Naya tak bisa tidur. Ada seseorang yang selalu terngiang-ngiang dikepalanya, Rivan.

Naya bertanya-tanya apa yang dirasakannya sekarang, sehingga  merasa bersalah.

"Urusan Rivan gak perlu gue pikirin deh, gak penting kayanya! Lagipula gue gak punya urusan apa-apa sama dia." Pikir Naya yang akhirnya tersadar.

Naya berniat mendengarkan musik kesukaannya untuk menemani ia tidur. Ia menggapai hp yang tergeletak dimeja dekat dengan tempat tidurnya.

Saat membuka hpnya ia ihat banyak sekali notif yang masuk. Naya lupa mematikan data hpnya, sehingga pesan yang masuk bisa sebanyak itu. Naya membuka salah satu kontak yang mengirimi ia pesan.

"Assalamualaikum.."
"Ini Naya kan?"
"Ini gue Yani. Save nomor gue ya?"

"Waalaikumsalam"
"Iya, gue Naya"
"Oke, ada apa?"

"Bisa ngobrol gak besok? Ada yang mau gue omongin."

"Bisa, dimana?"

"Dikantin ya? Pas istirahat ya!"

"Oke!"

"Ada apa ya? Kok tumben mau ngobrol pake acara ngechat dulu. Ngomong langsung kan bisa." Pikir Naya.

Naya tak membalas satu persatu pesan yang masuk, karena ia mengantuk. Ia menaruh kembali hpnya dimeja untuk ia charger. Dan kemudian kembali ke tempat tidur.

Padahal tadinya, Naya mau mendengarkan musik dulu. Karena ia mengantuk sekali, ia mengurungkan niatnya.

Sebelum tidur Naya berdoa terlebih dahulu, berharap agar dia bermimpi indah malam ini. Setelah itu Naya tidur, dia harus bangun pagi-pagi sekali.

***

Seperti biasa Naya bangun pagi untuk pergi ke sekolah dengan bersemangat. Sebelumnya Naya  sudah sarapan dirumahnya, dan Mama Nayapun sudah menyimpan bekal makan ditas Naya.

"Hari ini dingin banget." Pikir Naya.

Naya berjalan dikoridor sekolah, menuju ke kelasnya. Ia Berjalan di tengah-tengah para siswa yang sedang bercengkrama, tertawa, bercanda.

Naya berjalan dengan santainya tanpa ragu. Semua pasang mata melihat Naya.

Ya, dia dikenal semua siswa disana. Bukan hanya cewek, cowok saja kagum dengan Naya.

Bagaimana tidak? Naya yang selalu dipuji guru, lalu dengan prestasinya yang baik. Banyak orang yang menginginkannya juga bukan?

Antara menghormati dan segan, tidak ada yang berani mendekati Naya. Mereka memberi jalan yang cukup untuk Naya berjalan.

"Udaranya dingin, gue lupa bawa jaket lagi." Eluh Naya merasakan udara menusuk kulitnya.

Lalu seketika dia merasa hangat dalam sekejap. Naya dikejutkan dengan jaket yang tiba-tiba dipakaikan seseorang dipunggungnya.

"Selamat pagi Naya! jaketnya lo pakai ya takutnya lo kedinginan." Bayu tiba-tiba muncul dihadapan Naya.

Ia tersenyum dan sesekali mengangkat-ngangkat alisnya kananya dengan gaya tengil.

Lagi-lagi Bayu begitu. Kebiasaan so kegantengan sih, tapi kok lucu baginya.

Sebenarnya Naya senang ada orang seperhatian Bayu, tapi entah kenapa sulit untuk ditunjukan.

"Makasih Bay, tapi gak perlu. Mending lo pake aja, lo juga kedinginan kan?" Naya menolak, dia cuma merasa gak enak pada Bayu.

"Gue gapapa kok, gue gak mau lo sakit Nay. Jadi pake aja!" Kata Bayu sambil tersenyum.

"Oke"

Bayu menatap Naya lagi, berharap tatapannya direspon. Tapi ternyata Naya malah memperhatikan jalan.

"Yaudah mau gue anter gak ke kelas? dan gue pastikan Ratu duduk dengan selamat." Kata Bayu. Tingkah Bayu saat bicara lucu sekali. Nada bicaranya didayu-dayukan, yang akhirnya mengundang tawa Naya.

"Ppfftt apasih, Ratu? Dan lagi kita kan sekelas, bareng aja kali aturan anter-anteran." Ketus Naya.

"Garing ya?" Bayu mengusap tengkuknya.

Sesampainya dikelas Naya melihat Rivan yang tengah duduk dibangkunya.

Rivan tersenyum melihat Naya datang. Dia sedang duduk dibangku Naya dengan menggunakan earphone mendengarkan lagu kesukaannya.

"Awas, Naya gue mau duduk." Kata Bayu dengan nada mengusir.

Rivan beranjak keluar meja untuk membiarkan Naya duduk lalu disebelahnya.

"Eh ini jaket lo, makasih." Naya membuka jaketnya lalu memberikannya ke Bayu.

"Sama-sama Nay." Bayu menerima Jaketnya dengan tetap berdiri dihadapan Naya.

"Duduk dibangku lo sana!" Suruh Naya pada Bayu.

"Gue masih pengen liat lo Nay." Kata Bayu. Bayu yang semula melihat Naya, kemudian melirik Rivan.

"Apa lu?" Kata Bayu dengan cengengesan.

"Kalian pacaran ya?" Tanya Rivan tiba-tiba.

Naya tak menjawab pertanyaan Rivan. Ia tampak membuka bukunya. Seperti biasa, Naya sibuk membaca buku tak menghiraukan apapun.

"Enggak, kita gak pacaran." jawab Bayu.

"Ppfftt.. engga pacaran ya? Tapi kaya orang pacaran aja."

"Gue memang bukan pacarnya, tapi gue jodohnya." Kata Bayu dengan percaya diri.

"Emang Naya mau jodoh sama lo? Haha"

"Gue gak mau." Jawab Naya yang masih tetap dengan pandangan ke bukunya.

"Hahaha, lo denger kan Bay?" Kata Rivan.

Bayu ikut tertawa. Padahal baginya itu tidak lucu, agak menyakitkan memang.

"Dia memang bilang gak mau, tapi hati orang itu gak ada yang tau."

Bayu memang tak kenal penolakan tak mungkin ia bisa menyerah begitu saja.

Naya yang mendengarnya memasang wajah sinis. Ia mengangkat satu halisnya, tapi direspon Bayu dengan senyuman.

"Terserah lo deh, Good luck!"

"Woiya dong!" Jawab Bayu dengan percaya diri.

Naya berpikir sejenak, seraya melirik Rivan. "Good luck? Jadi maksudnya dia mau gue pacaran sama Bayu?"

"Gue mau duduk aja ya Nay, bentar lagi juga bel." Ucapan Bayu dibalas Naya dengan anggukkan kecil.

Bayu berjalan ke bangkunya, lalu kemudian duduk disana. Disamping Yani.

Yani pun tersenyum kearah Bayu. Bayu tak membalas, menatap matapun tidak. Bagi Bayu tidak ada yang begitu menarik perhatian selain Naya.

"Tettttt... tettttt...." Bunyi bel yang menandakan jam pelajaran akan segera dimulai.

"Sekarang pelajaran apa?" Tanya Bayu dengan pandangannya yang masih tertuju ke arah Naya.

"PPKN." Jawab Yani.

Yani tau Bayu tak akan membalas tatapannya, apalagi perasaanya. Yani sadar diri!

***

Hallo semuanya...
Mau dinext gak ceritanya?

Jangan lupa vote dan komen ya^^
Makasih sudah membaca

Ratu DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang