Seperti biasa Naya selalu cuek dan tak perduli oranglain. Pikirannya juga simple sekali, hidupnya datar saja.
Hanya saja sekarang senyum tipisnya seringkali timbul karena teman sebangkunya Rivan.
Jam istirahat menjadi momentum baik bagi Rivan untuk mencairkan suasana. Rasanya diem-diemman itu kaya orang marahan. Gak enak.
"Lo taukan si Ardi kemarin kepeleset kulit pisang doang sampe masuk UKS?"
"Iya."
"Dan tau waktu Pak Ahmad ngecek di UKS, ternyata dia lagi ngopi."
Rivan mengecek ekpresi Naya. Dia tetap acuh padanya, bingung menghadapi gadis seperti Naya. Daya tarik seperti apa yang akan membuat dia peka terhadap oranglain.
"Ketawa dong?" Rivan mengangkat satu halisnya, menatap gadis itu.
"Gak lucu."
Tapi nampak jelas seorang Naya tersenyum tipis. Dia tetap membaca novel, menjadi kebiasaan tidak baik saat diajak mengobrol.
"Nay, yang cewek suka sebenarnya apasih?"
"Lo punya cewek?" Naya menutup buku Novel yang ia baca dan meletakannya dimeja. Ia mulai menatap Rivan dengan serius. Baginya ini topik menarik, entahlah Naya penasaran saja.
"Gak ada, tapi calonnya sih ada dideket gue"
"Boleh kepo?" Tanya Naya.
"Gue juga mau tau dong." Tiba-tiba Yani ada didekat mereka.
"Kalo lo gak boleh tau." Jawab Rivan.
"Kenapa?"
"Pokoknya jangan, nanti gak bisa tidur"
"Apaansih gak jelas banget" Yani mencubit gemas tangan Rivan.
"Sakit, jangan sakittin gue dong."
"Apa? Mau ngadu mama lo? Manja banget"
"Iya gue mau ngadu. Naya dia nyakitiin aku." Rivan merengek seperti anak kecil. Usaha mencari perhatian sampai segitunya.
Naya tersenyum miring meninggalkan mereka berdua, perasaannya mendadak abu-abu. Entahlah, dia membenci situasi dimana Rivan berbicara dengan gadis lain. Padahal tak seharusnya Naya cemburu.
"Tuh kan mama gue kabur" Rivan memanyunkan bibirnya memasang ekspresi sedih layaknya bocah yang mengambek ditinggal mamanya.
"Biar apa ngaku Naya mama lo?" Tanya Yani.
"Biar bisa deket sama dia." Jawab Rivan santai.
"Terus bapaknya siapa?"
"Si Bayu!"
"Kenapa gak gue aja yang bersanding sama Bayu?" Kata Yani dalam hati.
"Gue aja yang jadi mama lo!"
"Jangan."
"Nanti siapa yang bakal jadi mama bagi anak-anak kita?"
"Sumpah jijik kali, bercanda lo gak lucu!"
"Yang bercanda siapa?"
"Lo serius?"
"Bercanda."
"Buset iya lu nyebelin."
Rivan tertawa dan Yani meninggalnya. Aneh saja baginya melihat perbedaan karakter dua gadis yang dekat dengannya kini. Kontras sekali, tapi ada yang begitu ia sukai. Sosoknya Bidadari.
"Rivannn" Sofia menghampiri diambang pintu. Dia membawa lolipop yang sedang ia makan.
"Apa?" Jawab Rivan datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Dingin
RomanceApakah ada perempuan yang bersikap biasa saja meski ada orang yang berjuang mencari perhatiannya tanpa lelah? Apakah ada perempuan yang memilih berharap pada ketidakpastian meski cinta itu hadir didepan mata? Ada.... Namanya Naya Nur Faizah. Biasa d...