Part 9

1.1K 81 55
                                    

Teman-teman Naya semua terdiam. Situasinya menjadi hening. Rivan dan Naya tengah berhadapan. Gadis itu terlihat berkaca-kaca memandangnya. Rivan seperti sengaja membuat Naya penasaran, ia senang melihatnya.

"Buahahaa" tiba-tiba gelak tawa memecahkan keheningan. Ibaratnya tak ada mendung, eh malah hujan?
Bahkan tidak sedang stand up comedy disana. Bagi Rivan mungkin lucu, melihat ekspresi Naya dihadapannya yang sangat serius.

Naya mengernyit kening, menatap Rivan yang tertawa.

"Gue cuma cedera saat naik motor kok" Ucapnya.

Naya sempat terdiam sebelum akhirnya menghembus nafas lega. Ia menarik senyum tipis dan menatap mata Rivan penuh arti.

"Seharusnya lo lebih hati-hati lagi nanti!" Tutur Bayu.

"Oke bos!"

"Lo bilang lo pilek kan waktu itu?" Tanya Yani mengalih pembicaraan.

"Oh gue cuma masuk angin kok itu."

"Tapi sekarang gapapa?"

"Gue gapapa Yani, sekarang gantian gue yang nanya. Lo gapapa?"

"Yessss" Jawab Yani bersemangat.

Naya memperhatikan mereka. Terutama Rivan. Ia tak pernah lupa sesekali melihat wajahnya. Ia suka saat Rivan berbicara, saat tertawa.

Melihat dia baginya seperti waktu berjalan lambat, seperti datangnya musim panas sehingga dia dapatkan kehangattan. Saat tiba-tiba Rivan melihatnya. Ia menundukkan kepalanya karena malu.pipi itu bersemu.

"Oh iya Naya, lo baik-baik aja kan?"

"Alhamdulillah, seperti yang lo lihat"

Naya malah menyibukkan diri membuka buku, padahal bukannya kesempatan bagus saat Rivan memandang kearahnya?

"Gaada lu gaada yg gue ajak muter-muter dikantin." Kata Yani.

"Lainkali gue gamau bareng kekantin sama lu"

"Lah kenapa?"

"Karena gue mau sama Naya, ya kan Nay?"

Naya tersenyum simpul mendengar namanya disebutkan Rivan. Ia menoleh kearah Rivan, kemudian dibalas dengan tatapan itu.
Tatapan yang hangat dan teduh. Tatapan teduh kedua yang Naya tau setelah tatapan Ayahnya padanya.

Naya terdiam, tapi kerjapan matanya cukup mengatakan segalanya. Ia terlihat tidak perduli sama sekali. Padahal telinganya ia fokuskan untuk mendengarkan pembicaraan mereka.

"Enak aja lu!" Ketus Bayu.

Rivan mengambil remot tv di sisi sofa. Lalu menyalakan televisi miliknya.

"Biar gak bosen?" Ia mengangkat satu alisnya, menunggu feedback teman-temannya.

"Upin-ipin dong" Ujar Ardi.

"Kek adek gue anjay" Kata Bayu.

Rivan terkekeh "Oke" Jawabnya.
Dia menyetel kartun Upin-ipin, dan mereka tampak siap menyaksikan.

Daripada berita gosip dan infotaiment, kartun ini pilihan yang tepat bagi mereka. Tidak ngebosenin meski sangat kekanak-kanakkan.

"Kalian lagi apa?" Tanya Ibu Rivan.

"Nonton Upin-Ipin nih Tant" Jawab Rendi.

Ibu Rivan tiba-tiba datang membawakan cemilan, ia sibuk sekali bahkan sampai 2x balikkan membawa beberapa toples cemilan.

"Tak usah repot-repot tante" Kata Naya.

"Gapapa sayang, tante malah seneng kalau bisa nyediain makanan lebih dari ini!" Ibu Rivan tersenyum ramah.

Ratu DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang