Part 10

1K 57 30
                                    

"Rivan gue kangen" Sofia memasang ekspresi paling ceria disana. Ia tertawa kecil sehingga matanya terlihat lebih sipit dari biasanya. Ia mengikal rambutnya dengan tangannya, siapa yang tak kenal Sofia yang terkenal centil ini?

"Gue enggak!" ketus Rivan.
Ekspresi Sofia tidak berubah hanya sedikit manyun. Rivan tertawa dan mengabaikannya, dengan cepat ia duduk dikursinya.

"Hai Naya" sapa Rivan. Sekilas ia melihat senyuman tergaris tipis dibibir Naya. Itu balasan indah dari sapaannya, tentu saja.

"Udah diizinin mamah lo sekolah?" Tanya Naya.

"Diizinin, gue juga gak kenapa-napa"

"Alhamdulillah." jawab Naya.

Mereka sempat terdiam ditengah keriuhan kelas. Naya yang sibuk dengan buku yang dibacanya, dan Rivan dengan ponselnya.

Yang terjadi hanya pembicaraan singkat dan selanjutnya awkward. Dekat dengan Naya yang dingin, membuat Rivan salting. Rivan sempat menjilat bibirnya yang kering karena gugup, sebelum matanya melirik gadis disebelahnya.

"Pfft" Rivan tampak menahan tawa setelah memperhatikan wajah gadis disebelahnya lebih jelas.

"Kenapa ada yang lucu?" Tanya Naya.

"Ada"

"Mana?" Tanya Naya penasaran.

"Kamu!"

Naya terdiam, pipinya bersemu, perasaannya jadi aneh. Dia terlalu sulit untuk tidak bawa perasaan. Apalagi saat Rivan menyebut nama "kamu" itu terlalu sesuatu. Saat ini sulit baginya mengartikan ucapan Rivan, terlalu ambigu. Lucu bisa berarti penghinaan atau pujian.

"Lo habis makan coklat ya? Ini bekasnya masih ada, lo jadi lucu haha" Tangan kanan Rivan menyentuh ujung bibir Naya, mengusap sedikit coklat disana dengan hati-hati.

Naya tertegun jantungnya tak bisa kompromi ia berdetak cepat. Sempat ia berpikir dalam hati, kenapa sebahagia ini?

Disisi lain,
Menuju kelas aura semangat yang membara dirasakan Bayu. Bukan semangat belajar, tapi bertemu dengan seseorang yang ia anggap gadisnya.

"Bro!" sapa Bayu ke temannya Ardi, saat ia memasuki kelas. Baru beberapa detik ia begitu damai, wajahnya jadi memerah memendam emosi. Ia mengampiri penyebab emosinya kian menguasai.

"Lo mau cari masalah sama gue?" Emosi Bayu tak terbendung saat itu. Ia mencengkram kerah baju Rivan.

Cemburu yang dirasakan Bayu sekarang. Apalagi yang membuat dia bisa seemosi ini? Padahal sepele sekali.

"Apa masalahnya?" Rivan terkejut saat Bayu melabraknya. Dia agak takut dengan situasi ini. Semua mata menatap kearahnya.

Bisa diakui, fisik Bayu lebih baik daripada Rivan. Tapi bukan berarti Rivan tak bisa melawan. Rivan jago beladiri, hanya saja dia tak mau imagenya sebagai murid baru menjadi buruk.

"Sabar Bay, sebaiknya lo kontrol emosi lo" kata Ardi menahan Bayu.
Teman yang lain juga menahan Bayu agar tidak terjadi hal yang tidak-tidak.

"Udah, kenapa jadi gini?" Naya mencoba melerai diantar keduanya.

"Gue gasuka lo diganggu dia, Nay" Bayu menunjuk kearah Rivan dengan emosi.

"Lo gak harus kaya gini, dia gak ganggu gue" Jawab Naya.

"Tapi gue liat dia sentuh wajah lo" Kata Bayu.

"Dia gak ganggu, itu salah paham!"

"Gue gak suka dia sentuh wajah lo"

"Tapi lo gak harus emosi kaya gini" Kata Naya menahan luapan kekesalan, ia menangis sembari berlari keluar kelas.

"Nay" Panggil Bayu, saat gadis itu pergi keluar. Bayu mengejarnya dan dengan cepat diraih tangan Naya. Dengan lembut ia membuat gadis itu menghadap kearahnya.

Ratu DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang