Sekarang pertandingan terakhir. Giliran Bayu dan Yani yang bertanding.
Yani dengan sengaja menjatuhkan kok dikawasannya sendiri, tangannya menutup mulutnya. "Ups"
"Yang benerlah, bisa main gak?" Ketus Bayu.
"Iya maaf" Yani mengambil koknya, melanjutkan permainan.
Berharap waktu cepat-cepat mengakhiri pertandingan mereka. Bayu bermain tanpa perasaan senang sedikitpun, Naya nya sedang duduk didekati Rivan. Semakin gerah saja Bayu melihatnya, ingin segera menggantikan posisi Rivan disana.
Pertandingan berakhir, Bayu yang menang. Pemenang senang, yang kalah juga tersenyum tidak terlihat raut wajah kecewa. Yani bahagia jika Bayu bahagia.
"Naya, gue menang!" Bayu menghampiri Naya, duduk disampingya. Lagi-lagi Bayu berada ditengah-tengah keduanya, menggeser duduk Rivan.
"Nih minum! Seneng?"
"Enggak gue sedih."
"Why?" Tanya Naya.
"Menangin pertandingan basket udah biasa, badminton gue bisa, menangin hati lo masa gak bisa."
"Gak semua pemenang bisa terus menang dalam setiap kesempatan."
"Maksudnya gue ditolak lagi?"
"Gue gak bilang gitu."
Bayu cukup peka untuk mengerti sebuah makna dalam ucapan Naya. Naya ingin ia berhenti membahas itu.
Membicarakan perasaan atau hubungan hanya bisa membuat Naya badmood. Harap-harap perasaannya dibalas, justru ketidak kepastian yang menjadi cemilan sehari-hari bagi Bayu.
"Rivan mana?" Naya menatap kearah Rivan berada tadi. Menghilang, tidak ada Rivan disana.
Naya pergi melangkahkan kaki kekoridor seraya berniat mencari penguat suasana hati yang menghilang tadi.
Bayu mengikuti dari belakang, mengendap-ngendap. Dan saat Naya menengok kebelakang, dia tak punya cukup waktu untuk bersembunyi. Wajah Bayu terlihat panik, hanya senyumnya mengembang dengan manis.
"Mau kemana?"
"Gue..." Ucapan Bayu terjeda.
"Gue lagi gak pengen diikutin, Bayu!" Teriak Naya.
Bayu mengangguk, dia memutar balik badannya. Berjalan kearah seorang gadis yang sudah lama berdiri disana.
"Laras ya? Yang Dm aku?"
"Kak Bayu? Aku penggemar kakak banget."
"Makasih ya!"
Naya memperhatikan dari kejauhan. "Penggemar?" Ujar Naya. Ia tersenyum miring dan berlalu pergi.
"Sama-sama Kak Bayu." Lirih, gadis itu membalikan badannya, malu.
"Balik sini gak sopan tau."
"Maaf, aku suka Kakak."
Bayu terdiam beberapa detik, melihat kebelakang dimana Naya berlalu tadi Tidak ada Naya. Kemudian menatap gadis dihadapannya dan tersenyum.
"Lo tau yang tadi gue ikutin?"
"Yang tadi neriakin kakak kan?
"Iya. Itu Ratu gue. Gue suka sama dia, gak ada yang lain. Makasih udah jadi penggemar gue, gue juga tau lo gak pernah absen buat nontonin gue kalo lagi tanding basket. Thanks ya!"
"Iya kak."
Gadis lugu itu termengu. Parasnya lembut dan cantik tapi tak cukup buat Bayu tertarik padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Dingin
RomanceApakah ada perempuan yang bersikap biasa saja meski ada orang yang berjuang mencari perhatiannya tanpa lelah? Apakah ada perempuan yang memilih berharap pada ketidakpastian meski cinta itu hadir didepan mata? Ada.... Namanya Naya Nur Faizah. Biasa d...