Part 8

1.2K 85 84
                                    

Mereka dengan motornya masing-masing melaju dengan disuguhi pemandangan pasar yang dilewati.

Disaat yang lain sudah melaju agak jauh, Bayu melajukan motornya dengan pelan. Hati-hati sekali takutnya Naya celaka. Padahal saat dia mengendarai motor dijalan, dia suka melaju dengan kecepatan tinggi.

"Kamu gak bisa pegangan ke pinggang aku aja Nay?" Ucap Bayu.

Suaranya terdengar samar-samar dengan angin yang rasanya memenuhi telinganya.

"Apa?" Tanya Naya.

Bayu membawa motornya kepinggir jalan, yang tentunya membuat Naya kebingungan.

"Loh kenapa berhenti?" Tanyanya.

Bayu tak menjawab, dia menoleh kearahnya sambil tersenyum. Tangan Naya ia lingkarkan dipinggangnya, sambil memegangnya erat agar tidak lepas.

"Gue gak mau" Naya mencoba menolak, melepaskan tangan Bayu.

"Ya udah terserah, soalnya Gue mau bawain motornya cepet. Kalau lo kenapa-napa, Gue kan udah ngingettin." Kata Bayu.

Naya berdecik sebal. Dia melihat Bayu dengan senyum miringnya.

"Yaudah iya!" Kata Naya menyerah.
Ia tidak mau jika dia celaka dan akhirnya memutuskan menurut saja.

"Tapi dengan satu perjanjian!" Kata Bayu yang tentunya membuat Naya semakin kesal.

"Apaan?" Tanyanya. Ingin buru-buru pergi. Jujur saja, Naya kangen Rivan dan ingin secepatnya melihat dia dalam kondisi baik-baik saja.

"Lo gak boleh lepas tangan lo sampe nyampe!" Kata Bayu.

"Iya!" Jawab Naya malas. Dia tidak ingin berbasa-basi lagi, jadi dia mengucapkan itu tanpa pikir panjang.

Mereka kembali membelah jalanan, tapi dengan sedikit perbedaan. Naya memegangi sedikit pinggang Bayu dengan canggung.

Bayu kembali memberhentikan motornya untuk kedua kalinya.

"Lo mau jatuh? Peluk dong, gue kan gak nyuruh tangan lo nyubit gue?"

Naya menampakan barisan giginya seperti tertawa tapi ini tidak lucu. Ia memang memegang pinggang tapi hanya sedikit sehingga hampir dikatakan mencubit.

Bayu membenarkan tangan Naya agar memeganginya dengan benar. Naya diam saja, walau sebenarnya dia kesal.

"Pemaksaan banget sih?"

"Gak boleh lepas, inget perjanjian kita!"

Bayu tersenyum puas. Bahagia tentunya saat Naya bisa memeluk pinggangnya. Ia jadi senyum-senyum sendiri saat perempuan yang ia sukai memeluknya dari belakang.

"Katanya mau ngebut?" Tanya Naya.
Laju motornya tak ada perubahan, sama saja seperti tadi. Dia berdecak sebal, saat dia sadar ternyata ini modus Bayu saja.

"Jangan lepasin, perjanjian?"

"Ugh dasar!"

"Hahaha"

***

Teman-teman yang lain sudah berada tidak jauh dari rumah Rivan. Tentu saja tidak dengan tangan kosong, mereka membawa jinjingan buah sebagai bingkisan.

Harganya juga tidak mahal, karena dibeli di Bapaknya Ridwan yang kebetulan penjual bingkisan buah.

"Sampe juga." Kata Bayu dengan mematikan mesin motornya.

"Turun say!" Suruh Bayu, yang justru membuat teman-teman yang ada disana tertawa.

"Pacaran teros." Teriak Rendi.

Ratu DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang