Chapter 3

9.2K 587 16
                                    

"Mau apa kau kemari hah?! Pergi kau! Dasar pembunuh! Karena kau....hiks....karena kau! Anakku.......karena kau anakku mati!! Menjauh dari sini brengsek!!" Jungkook menunduk kala menerima makian dari Ahn Mirae yang tak terima anaknya meninggal. Beberpa orang menahannya agar tak menyerang Jungkook. Sudah berulang kali ia meminta maaf, namun sepertinya ibu dari pengemudi truk itu masih tidak bisa menerima kepergian anaknya. Jungkook sempat menawarkan sebagian uang dan itu langsung ditolak mentah-mentah.

"Heh, Sementang kau kaya, kau pikir kau bisa memandang rendah keluargaku, huh ?!" ucap Mirae dengan derai air mata yang terus mengalir.

"Bu-bukan begitu maksudku..."

"Kau pikir dengan uangmu itu nyawa anakku bisa kembali hah?! Coba kau pikir bagaimana sakitnya hatiku sekarang hiks...kau tak tau bagaimana hancurnya hatiku saat melihat anaku sendiri terbujur kaku tanpa nyawa. Bahkan aku melihat pemakamannya hiks. Kau tak akan pernah tau...."  Mirae kembali menangis. Jungkook hanya bisa menunduk karena jika dia berbicara maka wanita itu akan marah lagi.

"Aku tau bagaimana rasanya," Seokjin membuka suaranya. Sekarang seluruh atensi tertuju padanya.
"Bahkan aku belum sempat melihatnya merangkak dan berjalan, atau menggumamkan namaku dan ayahnya" lanjutnya. ia tersenyum miris mengingat kenangan pahit itu.
"Hyung...." tanpa sadar seokjin meneteskan air mata. Ia menyapunya dengan kasar lalu menarik tangan Jungkook.
"Ah, maaf mengganggu kalian. Kami turut berduka cita atas kematian anak anda. Dan asal anda tahu saja, kedua orang tua Jungkook juga meninggal dalam insiden itu. Kami permisi"

Mereka berdua masuk kedalam mobil. Mobil itu mulai melaju meninggalkan rumah duka keluarga Ahn. Suasana hening. Tak ada yang memulai percakapan. Mata Seokjin fokus pada jalanan walau sebenarnya fikiranya sedang berkeliaran. Jungkook terlalu canggung untuk memulai percakapan. Hanya ada musik akustik yang jadi latar keheningan mereka. Dan tanpa mereka sadari seorang pria memperhatikan mereka sedari tadi.

Melihat mobil Jungkook sudah pergi lumayan jauh, pria itu mulai melangkah kearah rumah Mirae
"Permisi, bisa kita bicara sebentar?" ucap pria itu. Mirae menatapnya bingung.
"Ah, aku Axel. Bisa kita bicara?" Mirae menghapus air matanya dan mengangguk setelahnya ia mengikuti kemana langkah Axel. Mereka menuju halaman belakang rumah yang tidak terlalu banyak orang berlalu lalang. Mirae masih menatap bingung pada Axel. Axel menghembuskan asap rokoknya dan sedikit membenarkan kacamata hitamnya.
"Mau bekerja sama denganku untuk membalas dendam pada Jeon?"

.

Seminggu sudah setelah kejadian memilukan yang mengakibatkan orang tua Jungkook meregang nyawa. Sekarang ia sudah bisa merelakan kepergian orang tuanya. Walau Sebenarnya ia ingin menangis setiap kali teringat insiden itu, tapi ia menahannya. Karna Seokjin bilang kita akan menambahkan beban pada orang yang sudah meninggal jika kita terus menangisinya. Fisiknya mungkin sudah sangat dewasa, namun sifat polosnya masih enggan pergi dari seorang Jeon Jungkook. Seokjin berkata maka Jungkook akan menurut. Karna seokjin lah sandaran Jungkook sekarang.

Sekarang Jungkook sudah siap dengan tuxedo hitam yang melekat pada tubuhnya. Ia bercermin dan sedikit membenahi dasi kupu-kupunya. Hari ini adalah hari peresmiannya sebagai CEO yang mewarisi seluruh kekayaan orang tuanya. Well, Jungkook anak tunggal ngomong-ngomong.

Semua orang bertepuk tangan ketika pita merah itu telah terpotong. Jungkook tersenyum lebar saat orang-orang bergantian mengucapkan selamat padanya. Hyungki? Dia aman bersama seokjin yang turut hadir hari ini.

Hyungki memakan cake-nya dengan semangat di pangkuan Seokjin. Jungkook tersenyum hangat melihat itu. Ya, ia tahu, kakaknya menginginkan seorang anak namun terlalu takut bila kejadian mengerikan itu terjadi lagi.
"Selamat ya, Jeon"Jungkook tersentak saat salah seorang dari tamu undangannya menghampirinya. Jungkook tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Sungguh, jantung namja dihadapannya berdetak dua kali lebih kencang saat ini.

"Eh? Apa kau demam?" Jungkook meletakkan punggung tanganya ke kening namja itu.
"He! Ada apa?! Kenapa semakin memerah?!"Jungkook kelimpungan sendiri tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Namja itu menggeleng pelan dan memberinya sebuah note kecil berisi nomor telfonnya.
"Telfon aku bila kau senggang" setelahnya namja itu menjauh tertelan kerumunan orang. Sungguh, Jungkook bingung sendiri.

Jungkook kembali menyapa tamu-tamu yang lain. Hingga atensinya tertuju pada seseorang yang tak jauh dari kantornya. Mereka saling bertatapan. Namja itu memperhatikannya lama. Jaket, topi, dan masker serba hitam yang dipakainya semakin membuat Jungkook curiga.

Huh, mungkin hanya pengemis yang ingin minta makan tapi gengsi. Tapi memangnya pengemis ada yang ganteng? Eh?!






















































Mommy sama anak sama aja:') Jungkook be like: Hyungki pan dari sel telur gue!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mommy sama anak sama aja:') Jungkook be like: Hyungki pan dari sel telur gue!


Nge-feel gak, yareobun?

KinnderJOY

미안해, 정국 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang