Chapter 4

7.8K 495 22
                                    


Axel memasuki sebuah mansion di salah satu sudut kota. Para maid menunduk sopan saat melewatinya. Sekarang tujuannya hanya satu, ruang direktur.

Tok tok tok

"Masuklah.." setelah mendapat persetujuan, Axel masuk kedalam ruangan itu. Pria paruh baya yang duduk di depannya tersenyum kearahnya.
"Berhenti tersenyum, senyumanmu tidak cocok pada wajah iblismu" Axel berucap dengan sarkas. Pria itu tertawa remeh.
"Apa kau berhasil?" ucapnya.
"Pernahkah aku gagal?" pria tadi kembali tersenyum.
"Menghasut wanita itu adalah hal yang mudah untukku, terlebih jika keadaan mentalnya sedang rapuh" lanjut Axel.
"Hahaha, kau memang hebat Taehyung, atau.........

Axel?"

"Tch, jika tidak ada yang penting lagi aku akan keluar"

"Baiklah kau boleh pergi"

"Tak perlu kau perintah aku juga akan keluar dari sini" Axel berbalik dan berjalan kearah pintu.

"Oh, dan sampaikan salamku pada Taeyong, kudengar tadi dia pingsan"  Taehyung membeku di tempat. Matanya membola seketika. Dunianya seakan terhenti saat mendengar nama Taeyong. Ia berbalik, melangkah cepat mencengkram kerah pria itu, atau bisa dibilang ayahnya. Tidak! Taehyung tidak sudi jika iblis ini dianggap ayahnya!

"Kau! Apa yang kau lakukan pada hyung ku, huh?!" ucap Taehyung dengan nafas memburu. Pria itu menyeringai.
"Apa kau melihat aku yang melakukannya?" cengkraman dikerahnya sedikit melonggar. Taehyung melepaskannya dan keluar dari ruangan. Sebelum keluar ia mengucapkan kalimat gertakan yang kesekian kalinya membuat ayahnya tersenyum.
"Jika kau berani menyentuh Taeyong hyung dengan tangan kotormu, maka besoknya kau akan tinggal nama. Ingat itu,

Kim Jongin."

"Hei, sopan lah sedikit dengan ayahmu ini"

"Tak sudi!" Taehyung membanting pintunya keras. Nafasnya masih memburu. Takut suatu hal buruk terjadi pada hyungnya. Ia melangkah cepat menuju suatu kamar. Dan sampailah ia didepan pintu besar bercat putih. Ia menetralkan nafasnya dan membuka pintu perlahan.

"Hyung?" panggilnya. Nafasnya begitu lega saat mendapati seorang namja duduk nyaman di atas kasur dengan buku di pangkuannya. Sesekali namja itu membenahi kaca matanya. Taehyung tersenyum dengan niat jahil.

"Hyung!" Taehyung tertawa lantang saat berhasil mengagetkan Taeyong. Taeyong menggeleng lalu mengelus dadanya. Bagaimana bisa dia memiliki adik macam Taehyung begini?!

"Hyung aku lelah, si kecap hitam itu menyuruhku ini itu" adu Taehyung merebahkan kepalanya diatas paha kakaknya. Taeyong mati matian menahan tawa saat mendengar nama julukan dari mulut Taehyung. Ia mengelus sayang kepala Taehyung. Sedangkan si empu hanya menikmati sembari bercurhat ria. Taeyong hanya terkekeh kecil mendengar curhatan adiknya yang kadang aneh. Ia tersenyum miris karna tidak bisa mengurangi beban Taehyung. Ya dia tidak bisa, ia lumpuh dan bisu karna tragedi dimasa lalu.

"Aku tak akan membiarkan Jongin gosong itu menyentuhmu!" Taehyung masih menikmati elusan yang diberikan Taeyong. Hanya di depan kakaknya lah iya bisa melepas penat dan bermanja. Seperti halnya Jungkook pada Seokjin, Taeyong adalah satu satunya tempat Taehyung untuk pulang dan mengadu.
"Aigoo, hyung aku baru menyadari sesuatu..." ucap Taehyung. Taeyong memandangnya bingung.
"Kau tambah cantik saja" Taehyung tergelak saat berhasil mengerjai Taeyong untuk kesekian kalinya. Walau harus merelakan beberapa bagian tubuhnya terkena lempar buku juga bantal dari Taeyong.

.

"Kejar dia!! Jangan sampai lolos!!"

'Ck! Sial. Menyusahkan saja'

Bunyi hentakan kaki menggema di suatu gang. Sekelompok orang berbadan kekar mengejar seorang pemuda yang sedari tadi lari menghindari mereka.

"Cih! Kemana Axel brengsek itu. Temukan dia atau satu persatu jari kalian hilang!!" ucap sang pemimpin, memerintah anak buahnya disertai ancaman.

'Apa mereka sudah pergi? Bagus lah'

.

"Mau isi pulsa sekalian, Sir?"  ucap seorang kasir wanita itu dengan malu-malu. Jungkook menggeleng pelan dan tersenyum.
"Tidak, terimakasih"
"Baiklah. Datang lagi tampan!" ia tersenyum canggung. Lalu keluar dari minimarket. Entah kenapa aura para wanita itu menyeramkan.

Awan yang tadinya putih berlalu menjadi sedikit gelap. Seorang namja manis keluar dari minimarket membawa barang belanjaannya.

Dengan langkah gontai ia berjalan. Kakinya menendang-nendang kerikil yang ada di depannya. Sesekali bersiul untuk sekedar menghilangkan rasa kesepiannya. Mungkin sekarang jalanan sedang ramai tapi dia kesepian. Tidak ada teman untuk diajak ngobrol sambil jalan. Ya, dia sengaja tidak membawa mobil. Sekali-kali jalan kaki, toh itu menyehatkan.

Bruk.

Seseorang menarik tubuhnya. Memeluknya erat. Ia bisa mencium bau mint yang menyengat dari tubuh orang yang dengan seenak jidat main peluk ini.

Beberapa menit berlalu. Pelukan melonggar.

"Dasar merepotkan, untung aku berhasil mengcopy semua datanya. Terimakasih ya, manis. Dah!"



















































Beuh! Jubaedah pasti kepicut ama yang begituan!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beuh! Jubaedah pasti kepicut ama yang begituan!

Next tidak, yh?

KinnderJOY

미안해, 정국 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang