Chapter 15

4.2K 279 9
                                    

Braakkk!!

Taehyung menggebrak meja di hadapannya. Mengacuhkan tatapan Jongin yang memuakkan baginya. Rahangnya mengeras. Emosi menguasainya sekarang. Tatapan matanya berubah jadi tidak bersahabat. Tajam dan menusuk. Tangannya mengepal di atas meja hingga kuku jarinya memutih. Jongin tersenyum licik di sana. Dia suka Taehyung yang seperti ini! Liar dan haus darah!

"Aku sedikit kecewa padamu, nak. Padahal aku sudah merawat hyung mu dengan baik" Jongin menunduk. Kemudian menatap Taehyung dengan wajah sedih. Sumpah, Taehyung muak!
"Tapi kau malah membuatku kesal" lanjutnya.

"Ugh.." Taeyong meringis saat rantai yang terpasang di lehernya ditarik paksa oleh sang ayah. Jongin membelai garis wajah Taeyong dengan pelan. Dari pelipis, hingga dagu.

Plak!

Satu tamparan sukses membuat pipi kanan Taeyong merah. Darah segar keluar dari sudut bibirnya. Taehyung tercekat kala melihat bagaimana berantakannya kondisi hyungnya itu. Pakaian yang kusut dan robek, memar di beberapa bagian tubuh, dan ada banyak luka di lengan serta wajahnya.

'Keparat bajingan'

Taehyung ingin sekali memukul wajah ayahnya itu hingga tak berbentuk. Namun ia tak bisa gegabah, ia kalah jumlah di sini. Ada sekitar 10 bodyguard yang berjaga di sekitar Jongin. Ia memang kuat, tapi kalau di keroyok juga dia tidak akan menang. Terlebih tubuh para bodyguard itu dua kali lebih besar darinya.

"Jadi apa mau mu" ucap Taehyung dingin. Tak ada gunanya berbaik hati disini. Tidak di sarang iblis ini. Tempat di mana Jongin mengeksekusi para korbannya. Memperkosanya lalu menyiksanya. Para korbannya itu tidak akan dibiarkan mati dengan mudah, Jongin akan berhenti kala korbannya sudah sekarat. Ia akan mengobatinya, merawatnya hingga sembuh, lalu mengulanginya. Jongin menyukai saat-saat di mana korbannya sekarat dan meminta agar dibunuh saja. Ah, isakan Taeyong membangkitkan gairahnya.

"Bawa Jungkook padaku, maka hyung mu akan selamat" Jongin menyeringai di akhir kalimatnya.

"Sudah kubilang aku tak bisa!"

"Itu sih terserahmu. Tapi mungkin hyung mu akan berakhir di rumah pelacuran seperti para jalang disana. Pfftt–"

"Keparat!" Taehyung siap meluncurkan sebuah pukulan sebelum para bodyguard itu memukul telak rahangnya. Taehyung tersungkur. Sudut bibirnya mengeluarkan darah segar.

Cuih!

Taehyung meludah di wajah salah satu bodyguard di sana. Bodyguard itu nampak terkejut sebelum mengepalkan tangannya. Siap memberi pelajaran pada Taehyung untuk kedua kalinya.

Bugh!

Suara pukulan meramaikan ruang basement itu. Taehyung membalas pukulan bodyguard itu tepat di ulu hatinya. Bodyguard itu terhuyung kebelakang. Taehyung dapat merasakan lagi nyeri yang ia rasakan di pipi kanannya. Ia kewalahan menghadapi lima orang sekaligus yang menyerangnya.

Jongin tersenyum puas di sana. Menyaksikan anak kesayangannya itu tersungkur karna pukulan serta tendangan yang menghajarnya tampa ampun. Seolah tak ada jeda di antaranya.

"Uhuk!" darah segar keluar dari mulut Taehyung. Kepalanya pening seolah ingin pecah. Seluruh tubuhnya nyeri. Pandangannya mulai berkunang.
"Sudah menyerah, huh?"

"Ugh.." Bodyguard itu menjambak rambut Taehyung agar mereka bisa bertatap wajah. Taehyung tersenyum remeh saat bertatapan dengannya. Ia kembali meludahi wajah bodyguard itu.
"Brengsek!" satu pukulan kembali mengenai pipi kirinya. Tak lupa tendangan di perutnya.

"Sudah cukup" Jongin bersuara. Mengisyaratkan agar anak buahnya menyudahi permainan mereka. Bodyguard itu mendecih dan kembali berjejer di belakang Jongin. Sayu-sayu Taehyung dapat melihat raut wajah Taeyong dengan derai air matanya yang tak berhenti mengalir.

"Kau menikmati tontonannya, yongie? Lihatlah, adik tersayangmu itu tergeletak tak berdaya. Mereka sangat jahat 'kan, yongie? Ingin menolongnya, hm?" Taeyong yang mendengar itu langsung mengangguk dengan cepat. Manik malamnya tak hentinya mengeluarkan air mata. Menyiratkan kata mohon agar ia di bebaskan. Bahkan hanya untuk memeluk adik kecilnya.

"Pergilah, jalang! Pergi kesana dan tolong adikmu itu! Hahaha..." Taeyong sempat menerima beberapa tamparan di kedua pipinya, sebelum Jongin melepaskan rantai di leher dan kakinya. Ia langsung berlari dan memeluk Taehyung yang setengah sadar itu. Ia menghantarkan Taehyung kedalam pelukannya. Tangannya mengusak sayang rambut belakang Taehyung. Tangisnya semakin menjadi kala sang adik membalas pelukannya. Bibirnya dengan setia mengucapkan banyak maaf, walau ia tau, Taehyung tak akan mendengarnya.

"Sudahlah, hyung. Aku tak apa. Kau tak perlu khawatir" gumam Taehyung dengan nada pelan. Taeyong melepaskan pelukannya. Ia menatap tajam tepat di manik hazel adiknya, walau masih dengan derai air mata.

Plak!

Taehyung membeku. Menatap tak percaya bahwa kakaknya itu barusan menamparnya.

'Pabo!'

Kata itulah yang bisa ia baca dari pergerakan mulut Taeyong.
"Aku juga menyayangimu, hyung" Taehyung memamerkan senyum konyolnya yang membuat Taeyong semakin kesal. Yah, bagaimanapun mereka adalah saudara.

"Cih" Jongin mendecih. Merasa muak akan drama adik dan kakak itu. Ia keluar ruangan diikutin para bodyguardnya.

***

Hallo, lama tidak berjumpa. Maaf atas keterlambatan yang sangat terlambat ini. Bulan-bulan ini kami sedang sibuk mengurus tugas sekolah kami ditambah beberapa simulasi dan Try Out yang akhir-akhir ini sering terjadi. Sekali lagi, kami meminta maaf.

Have fan with our story, readers~

미안해, 정국 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang