Chapter 14

4.6K 347 23
                                    

Selamat malam sayangkuu.

Ready?

Go!

╌╌╌╌╼⃘۪۪❁⃘̸۪۪⃗╾╌╌╌╌╸

Hembusan nafas yang terdengar berat melatari suasana ruang kerja Jungkook siang itu. Dirinya sangat lelah. Lelah fisik dan mental. Seokjin menceramahinya habis-habisan tadi malam. Untung saja ada Taehyung yang menemani buah hatinya di rumah. Dan untuk kasus narkobanya, pihak kepolisian sudah memprosesnya.

Ketukan pelan terdengar. Menandakan ada seseorang yang meminta izinnya untuk masuk. Jungkook bergumam sebagai balasan. Pintu itu terbuka menampilkan sekertaris pribadinya. Kim Jennie, sekertaris sekaligus saksi mata atas kasusnya. Ah sudahlah, persetan dengan itu.
"Maaf mengganggu, saya hanya akan menyampaikan data hasil research perusahaan. Saham kita menurun drastis. Beberapa investor berencana akan mencabut dana mereka dari perusahaan" jelasnya.

Oh Tuhan, apalagi ini..

"Tch, sialan. Bagaimana bisa!?" Jennie terlonjak saat Jungkook tiba-tiba menggebrak mejanya.
"S-sepertinya ada reporter yang diam-diam mengikuti anda ke kepolisian kemarin" namja bermarga Jeon itu mengacak rambutnya frustasi. Kenapa akhir-akhir ini banyak masalah yang menimpanya sih!?
"Lanjutkan"

"Wilayah pemasaran kita juga menurun, sepertinya berita soal kasus itu sudah menyebar"

"Fck!" melihat sang atasan dalam keadaan kacau, Jennie pamit meninggalkan ruangan bernuansa abu itu.

Eomma... Appa.... Sekarang aku harus bagaimana?

.

"Tch, bisakah kau berhenti mengikuti ku!?"

"Siapa? Aku?"

"Monyet. Jelas saja kau!" namja manis berkulit putih itu nampak frustasi mengahadapi anggota baru di timnya itu. Bagaimana dia tidak kesal? Jimin selalu mengekor padanya!

"Biasa saja dong. Lagian Mayor menugaskanmu untuk membimbingku 'kan?"

"Ck! Terserah kau" ujar Suga sebelum melanjutkan jalannya. Jimin tetap setia mengekor di belakangnya. Hingga mereka sampai di depan pintu toilet.
"Mau apa?" Suga memincingkan matanya.
"Mau kencing lah. Kau kira mau apa, hm?" pemuda bermarga Park itu menaikturunkan alisnya. Seringai jahil terbentuk di belah bibirnya kala mendapati Suga yang terpojok di dinding dan menatapnya tajam.

"Sialan" pemuda putih itu membanting pintu toilet dan masuk kedalamnya dengan wajah merah padam. Entah karena marah atau tersipu malu. Meninggalkan Jimin yang meringis memegang adiknya di bawah sana. Tendangan Suga bukan main. Ah, Jimin jadi khawatir kalau kualitas bibit yang diproduksinya akan menurun.
"Hehe, tipe tsundere memang yang terbaik"

.

Klek

"Mommy pulang" Seru Jungkook saat ia telah tiba di kediamannya. Suaranya begitu kecil dikarenakan lelah juga rumah terasa tak berpenghuni, hanya suara TV menyala yang terdengar. Jungkook berjalan menuju kamar Hyungki untuk memastikan Hyungki ada di sana atau tidak.

Samar-samar terdengar gelak tawa Hyungki yang mungkin sudah lama tak ia dengar. Ia mengintip sedikit dari depan pintu, terlihat Taehyung tengah menggelitik perut Hyungki hingga Hyungki tergelak kegelian. Lengkungan kecil ke atas terlihat dari wajah Jungkook, ia memutuskan untuk mengetuk pintu.

Tok...

Tok...

Tok...

"Mommy!!" Hyungki berlari kecil menghampiri Jungkook di depan pintu. Jungkook merendahkan dirinya agar putranya dapat memeluknya.
"I miss you, mommy. So much" keluhnya dalam pelukan. Jungkook mengelus pelan kepala putranya, menyalurkan rasa rindu juga kasih sayang yang kerap kali kurang ia berikan.

"I miss you too, baby"

Jungkook melepaskan pelukannya dan menggendong Hyungki naik ke kasur. Taehyung hanya memperhatikan interaksi ibu dan anak itu dalam diam sembari merebahkan diri di kasur. Posisi saat ini yaitu Taehyung yang berada di pinggiran kasur sebelah kanan, dilanjutkan Hyungki di tengah, dan Jungkook di pinggiran kasur sebelah kiri. Mereka terlihat seperti sepasang suami istri yang tengah menidurkan putranya. Taehyung mengharapkan itu. Namun sayang, itu hanya angannya, haha.

Tangan kiri Jungkook bergerak mengelus rambut Hyungki, tangan kanannya ia gerakan untuk menepuk pantat Hyungki. Perlahan demi perlahan Hyungki tertidur hingga terdengar suara dengkuran kecil darinya. Jungkook mengecup sayang kening Hyungki sebelum membisikan 'Selamat tidur putra kecilku' di telinga kiri Hyungki.

Jungkook membenahi posisi tidurnya menghadap ke plafon kamar Hyungki. Ia menghembuskan nafas lelahnya berulang kali, mencoba memejamkan mata namun rasa kantuk tak kunjung tiba.

"Kau nampak lelah. Ada apa?" Taehyung melemparkan sebuah pertanyaan di antara keheningan. Jungkook mengalihkan pandangan ke arah sumber suara berasal. Taehyung masih memejamkan matanya, ia pikir namja itu sudah terlelap.

"Ada masalah di perusahaan"

Taehyung membuka matanya, mengubah posisinya mengarah ke Jungkook "Katakan"

"Para investor mencabut saham mereka dari perusahaanku, kini perusahaan sedang diambang kebangkrutan" tutur Jungkook.

"Apa rencanamu?" Taehyung bertanya setelah beberapa menit dilanda keheningan.

"Mencari investor ke beberapa negara"

"Membawa Hyungki?" tanya Taehyung.

"Itu yang aku bingungkan. Ia harus sekolah mulai esok. Apakah kau bisa menjaganya?"

"Maaf, kuarasa tidak. Banyak pekerjaan yang akhir-akhir ini aku abaikan" tolak Taehyung dengan suara rendahnya.

"Besok akan aku diskusikan bersama Jin Hyung" Suara gumaman pelan menjadi jawaban. Jungkook masih setia menepuk-nepuk pelan pantat Hyungki yang sudah tertidur. Sesekali ia mengalunkan lagu pengantaran tidur untuk sang buah hati.

"Kau boleh cerita padaku kalau kau mau" ucap Taehyung yang kembali menutup matanya. Atensi Jungkook kini berpusat pada wajah namja di hadaapnnya. Maniknya mengobservasi bagaimana sempurnanya Tuhan mengukir wajah itu. Seolah Taehyung adalah adalah bagian dari dewa Olimpus. Namun ada yang janggal, ia seperti pernah bertemu dengan Taehyung sebelumnya. Tapi sungguh, ia benar-benar lupa itu. Ah sudah lah, ia perlu istirahat juga.

.

Tiga puluh menit sudah berlalu. Taehyung tetap pada posisinya. Enggan bergerak karena takut mengusik tidur sang kelinci. Perlahan ia membuka matanya. Yang pertama kali dilihatnya adalah wajah Jungkook yang tertidur pulas memeluk Hyungki. Manik indah yang terpejam dengan berhiaskan bulu halus yang lentik. Bibir yang sedikit terbuka. Dan nafas teratur yang menandakan si empu sudah jauh berkelana dalam mimpinya.

Senyum getir tercipta di belah bibirnya. Senyum yang menyiratkan penyesalan dan begitu banyak luka. Hatinya seakan ingin menangis kala memandang sosok itu tertidur dengan tenangnya. Mengingat bagaimana bisa namja sebaik Jungkook bisa bertahan di kerasnya kehidupan dunia. Taehyung kembali menutup matanya. Berlatarkan penerangan yang remang serta bisingnya angin malam, kata itu kembali mengudara.

"Maafkan aku"






_______________________________
TBC

미안해, 정국 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang