"Bobby."
"Bobbae."
"Ibob."
"Kimbab."
"Babbo."Bobby menghiraukan hanbin yang mengucapkan berbagai macam nama panggilannya karena sedang merapihkan toko sebelum ditutup.
Hujan sudah selesai sejak sore tadi, tapi entah kenapa hanbin belum juga bersiap pulang meski sekarang sudah cukup malam. Hanbin malah menghabiskan waktu menemani bobby. Dan bobby juga tidak enak hati untuk mengusir hanbin.
Sejak tadi hanbin terus mengulang memanggil nama panggilan bobby karena melihat tulisan-tulisan teman bobby di buku kuliahnya. Hanbin seperti sedang benar-benar menghafal semua nama panggilannya.
Hanbin berhenti cukup lama, membuat bobby mengalihkan pandangannya ke hanbin. "Kim Jiwon? Siapa?"
"Nama lahir gue."
"Terus 'bobby' itu nama apa?" tanya hanbin terlihat benar-benar bingung. "Apa hanbin harus punya nama lain juga?"
"Bobby itu nama gue selama di amerika. Dan gue terbiasa pake nama itu buat keseharian juga." jelas bobby.
Hanbin hanya mengangguk mengerti sebagai balasan. Lalu keduanya diam, bibby menimbang-nimbang lagi untuk menyuruh hanbin pulang.
"Lo ga mau pulang?"
Hanbin mengangguk ragu, sebelum bertanya "Hanbin tidur disini aja, boleh?" tanya hanbin masih memperhatikan bobby rapih-rapih.
"Gak boleh, bin. Nanti bos gue ngiranya macem-macem. Kenapa?" jawab bobby sambil mengunci toko.
Hanbin berjalan mengikuti bobby. "Hanbin ikut ya? Soalnya hanbin udah ga punya rumah."
"Hah, kita aja baru kenal-" jawab bobby. Melihat hanbin masih ikut dia jalan kerumahnya dia mengernyit. "Lo serius?"
Hanbin mengangguk lagi sebagai jawaban. Lalu keduanya terdiam- lebih tepatnya bobby yang diam karena masih berpikir soal permintaan hanbin.
"Bobby rumahnya nyewa atau punya sendiri?"
"Nyewa. Kenapa?"
"Hanbin bayarin sewanya deh."
"Emang tau harganya berapa?" tanya bobby, karena jujur saja ia tergiur dengan uang sewa. Karena dia cukup melarat. Salahkan dirinya yang sok menolak uang jajan tambahan dari orangtuanya.
"Memangnya berapa?" Hanbin mengeluarkan amplop dari tas kecilnya. "Kalo segini bisa buat berapa lama?"
Bobby membuka amplop tebal itu. Dan wOWIE ISINYA 3 GEPOK UANG dOLLAR.
"WOI GILA!" ucap bobby shock bukan main, jiwa miskinnya terguncang hebat ngeliat tumpukan uang itu. Bahkan tangannya minder dengan amplopnya, langsung dibalikin ke hanbin.
"Kurang ya? Hanbin masih ada lagi kok di rekening." ucap hanbin tidak mengerti.
"Beli apartemen aja ini mah, hanbin. Ini banyak banget."
"Yaudah ayo beli apartemen. Tapi bobby sama hanbin ya?."
"Tapi kan kita aja baru temenan hari ini, bin. Lo ga takut? Maksud gua- WOI GUA YANG HARUSNYA TAKUT SAMA LO." Bobby panik dan ngegas karena baru inget hanbin tadi nodongin dia pisau dan mengancam nyawanya. Bobby otomatis bergerak mundur menghindari hanbin. "Gue mohon jangan apa-apain gue."
"Maafin hanbin.. Yaudah kalo gak mau gapapa kok. Tapi temenin hanbin beli rumah. Hari ini hanbin tidur diluar toko dulu deh kalo gitu." Hanbin berucap dengan lesu, karena sedikit sedih karena dia kira akhirnya ada orang yang benar-benar peduli peduli padanya. Tapi sepertinya dia sudah membuat bobby takut.
Baru beberapa langkah hanbin menuju toko tadi. Bobby merasa tidak tega, meski dia takut tapi dia punya feeling hanbin ini tidak semenakutkan itu. Dan dia juga terlihat.. Polos?
Cukup lama bobby diam menimang-nimang keputusan yang akan dia ambil. Hanbin sudah berjalan cukup jauh dengan lesu, bobby makin tidak tega.
"Yaudah sini ikut!!" teriak bobby.
Hanbin yang mendengarnya langsung berubah ceria dan berlari kembali ke arah bobby. Lalu ikut mensejajarkan langkahnya dengan bobby yang berjalan lebih cepat.
Karena sebenarnya masih ragu dengan keputusannya sendiri.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Apenih hehe. Maap ya. Emg sengaja pendek gini. Biar ga pada gumoh bacanya. Heheheh.Btw gua liat ikon di bandara donggg, hanbin 404 not found gua jd sedih lg sial.
[24 juli 2019]
KAMU SEDANG MEMBACA
MINUTIAE || Double B / Bobby x Hanbin
Fiksi PenggemarBobby hanya anak kuliahan biasa yang tinggal jauh dari keluarganya. Bertemu hanbin yang melarikan diri karena muak dengan kehidupannya selama ini. Thats pretty much it.