18. Berkunjung ke Rumah Mertua

15K 906 97
                                    

Sarah mengemudikan mobilnya sambil tersenyum - senyum. Sesekali ia melirik kaca spion untuk melihat suaminya yang gagah dengan mengendarai mogenya.

"Abang kamu kesambet apa ya, Dek. Kok tiba - tiba menemui mbak untuk minta maaf dan mengajak untuk balik ke rumah," tanya Sarah pada adik iparnya. Juna hanya mengangkat bahunya.

Ia memang ikut berkonspirasi dengan mertua abangnya, tapi mengenai apa yang dibicarakan saat mereka di dalam ruko, jujur saja Juna tidak tahu. Masa sih pak Andrew mengancam abangnya. Tapi setahu Juna, Dewa bukanlah lelaki yang mudah digertak mengingat otak abangnya itu otot semua. Sedangkan Pak Andrew tidak mengatakan apapun setelah beliau keluar dari ruko. Beliau hanya berpesan agar Juna tidak kelepasan cerita pada Sarah mengenai aksi 'membabat valakor' waktu itu.

"Ya sudahlah, mungkin abangmu mendengar doanya Mbak yang ingin dijemput balik ke ruko," ucap Sarah. Kemudian ia tertawa dengan riang. Ya iya lah, Sarah merana sekali jika malam hari ia hanya tidur sendirian, sedangkan di ruko ada guling hidup nan tampan yang bisa ia peluk - peluk.

Tak berapa lama kemudian, mereka pun tiba di rumah kediaman pak Andrew. Dewa menghembuskan nafasnya. Rasanya grogi juga untuk menemui kedua mertuanya. Kira - kira saat ia masuk ke daerah kekuasaannya pak Andrew, dirinya masih diperlakukan dengan baik atau tidak ya? Tapi Dewa sudah mempersiapkan hati dan tubuhnya. Semua karena kesalahannya sendiri yang suka mengedepankan emosi baru dipikir belakangan. Jika ia mendapat perlakuan tidak menyenangkan, Dewa sudah siap menerima konsekuensinya.

Bu Marinka merasa surprise dengan kedatangan menantu tampannya.

"Assalamualaikum, Bu," sapa Dewa sambil mencium punggung tangan ibu mertuanya.

"Waalaikumsalam. Akhirnya kamu mau main ke sini juga, Nak," sambut bu Marinka dengan ramah. Hilang sudah rasa khawatir di hati Dewa. Ternyata sikap ibu mertuanya memang tulus.

"Sebentar lagi bapak pulang kok. Nanti kita makan siang bareng ya. Oh iya gimana dengan rasa mualnya? Sudah membaik, kan," tanya bu Marinka pada menantu tampannya.

Belum sempat Dewa menjawab, Sarah langsung mengomentari. "Jadi beneran, MasDew yang mengalami ngidam." Sarah menatap suaminya penuh selidik. Dewa jadi merasa tidak enak hati.

"Iya tapi untung kemarin ibu sudah datang untuk membelikan aku serbuk wedang jahe instan," jawab Dewa.

Pandangan Sarah langsung kembali pada ibunya. "Jadi Ibu mengunjungi bengkelnya MasDew,"

Bu Marinka dan Juna hanya saling berpandangan. Mereka tidak tahu harus menjawab apa. Soalnya itu kan konspirasi rahasia. Untunglah pak Andrew sudah datang, sehingga untuk sementara bu Marinka terbebas dari interogasinya Sarah.

*********

"Oh jadi MasDew minta aku untuk kembali ke rumah karena sudah diancam ayahku," tanya Sarah dengan kesal. Nggak seru banget kan ya suaminya mengajak balikan karena diintimidasi mertuanya, itu namanya tidak tulus.

"Huweeeeeee..." Karena pengaruh hormon ibu hamilnya, Sarah yang perasaannya menjadi labil mulai menangis.

"Ayah dan Ibu hanya ingin melihat keadaan menantu kami kok. Seandainya kami tidak menjenguk, lalu siapa yang akan mengurusinya? Kamu mau suamimu diurusi oleh si mbak berhijab itu, ups......" bu Marinka langsung menutup mulutnya karena keceplosan.

"Jadi kemarin si genit itu datang lagi," kali ini gantian Sarah memarahi suaminya. Dewa yang ditanya hanya mengangguk. Lagipula mau berbohong juga percuma, karena saksi matanya adalah mertuanya.

Sarah mulai tantrum. Dewa dibuat keheranan dengan sikap istrinya. Baru kali ini ia melihat si sexy bitchy menangis seperti anak kecil. Padahal setahu pria itu, Sarah itu wanita yang pantang menyerah untuk menyenangkan Dewa di ranjang.

Tanpa ada keraguan, Dewa segera merengkuh tubuh Sarah ke dalam dekapannya. "Tenang, Ayah dan Ibu sama sekali tidak mengancamku, kok. Beliau malah mengkhawatirkan aku. Sekarang aku ingin mengajakmu pulang kerumah karena aku tidak mau dipisahkan dengan seseorang yang masih tidur di sini." Dewa menyentuh dan mengusap perut Sarah dengan lembut dan penuh kasih sayang. Seketika tangisan Sarah terhenti.

"Ehem....."suara Deheman pak Andrew menginterupsi Sarah dan Dewa yang mendadak menjadi lupa daratan di depan orang tua dan anak dibawah umur.

Dewa dan Sarah segera tersadar dan melepaskan pelukan mereka.

"Jadi Nak Dewa serius mau membawa pulang putri saya," tanya pak Andrew dengan wajah serius dan sedikit galak.

"Iya Ayah," jawab Dewa mantap.

"Nonono..... tidak semudah itu Fernando. Ada syarat yang harus kamu penuhi." Pak Andrew menggerak - gerakkan jari telunjuknya pertanda kali ini ia tidak ingin melepaskan puterinya begitu saja.

Dewa yang sudah memperkirakan jika niatnya untuk mengajak Sarah pulang tidak akan mudah pun segera mengiyakan permintaan mertuanya.

"Oke, yang pertama ayah ingin kamu mengesahkan pernikahan kalian. Karena jika kalian tidak memiliki surat nikah, nanti kasihan cucuku."

"Baiklah, Ayah. Besok saya akan segera mengurus surat - surat untuk melegalkan pernikahan kami."

"God job, Fernando. Oke permintaan yang kedua," pak Andrew mengacungkan kedua jarinya ke arah sang menantu.

"Nanti kalau pulang, kamu naik mobilnya Sarah saja ya. Moge kamu ditinggal disini supaya bisa ayah pinjam. Hahahahahaha....."

*********

Dengan sogokkan berupa meminjamkan mogenya untuk dipakai pak Andrew, Dewa berhasil membawa pulang kembali istrinya.

Sepanjang perjalanan pulang, Sarah asyik menguyel - uyel suaminya yang sedang menyetir mobil. Juna yang duduk di belakang hanya bisa meringis melihat tingkah kedua pasangan absurd didepannya.

"Mbak, bisa nggak mesra - mesraannya dipending dulu. Kalian tega nih mencemari anak dibawah umur," protes Juna

"Ini bawaan keponakan kamu, Dek." Sarah beralasan. Andai bukan karena bawaan bayi yang kangen dengan papanya, Sarah masih ingin mengerjai suaminya dan bertingkah drama queen ala - ala istri hamil pada umumnya.

******

Kemanjaan Sarah masih tetap berlanjut hingga waktu tidur tiba. "Apa," tanya Dewa saat Sarah merangkak menaiki tubuhnya.

"MasDew tahu aku hamil dari ayah dan ibuku, ya," tanya Sarah sambil menciumi dada bidang suaminya.

Dewa merengkuh dan membelai punggung Sarah yang terbuka. "Enggak tuh. Ayah hanya membahas tentang bengkel dan ibu hanya membuatkan aku jahe panas," jawab Dewa yang belaiannya kini sudah merambat ke bokong montok istrinya.

"Terus, masDew kok bisa tahu,"

Dewa membalikkan tubuh Sarah dan kini gantian wanita itu berada di bawah tubuhnya. "Beneran kamu ingin tahu," tanya Dewa sambil mencumbui leher istrinya.

"Iya,"

"Tahu bulat yang digoreng di mobil, limaratusan atau tahu telur,"

"Eh... MasDew bisa bercanda juga ya. Kirain cuma bisa marah - marah doang."

"Oh ya..." Dewa menatap Sarah sambil memicingkan matanya. "Tapi aku punya kelebihan lain lho,"

"Apaan," tanya Sarah

"Aku kan jago muasin kamu diranjang. Buktinya kamu sampai suka nambah jatah, kan."

Ucapan Dewa membuat Sarah tersipu. Suaminya tahu banget sih? "Kalau begitu, tunjukkan aksimu, Bosque!"

Tbc

Note : pembaca bisa membaca chapter ini dengan versi yang berbeda di Ebooknya. 😁✌

Perangkap Cinta Sarah (End) Tersedia Dalam Bentuk Ebook Di PlayStoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang