Allah menciptakan senja untuk mengingatkan kita bahwa sesuatu hal tidak ada yang abadi, termasuk hidup di dunia. Jadilah layaknya senja, meskipun kehadirannya sebentar, namun kehadirannya selalu ditunggu dan kepergiannya selalu meninggalkan kesan yang indah.
***
Selesai mata kuliah terakhir aku mampir ke Masjid kampus untuk melaksanakan Shalat Ashar. Selesai Shalat aku lengsung menghubungi kak Fahri dan meminta nya untuk menjemputku.“Assalamualaikum kak.”
“Waalaikumussalam.. iya kenapa de?”
“Kakak sibuk enggak?”
“Kakak baru selesai operasi, kenapa?”
“Bisa jemput aku enggak dikampus? Kalau sibuk gapapa biar aku naik angkot aja.”
“Kakak udah enggak sibuk ini juga mau pulang. Tunggu disana nanti kakak jemput. 30 menit lagi kakak nyampe.”
“Iya kak siap. Aku tutup ya telepon nya, kakak hati-hati bawa mobil nya. Assalamualaikum.”
“Waalaikumussalam.”Aku duduk di depan Masjid menunggu kak Fahri. Kampus sudah sepi mungkin anak anak sudah pulang dari tadi. Tiba-tiba aku mendengar ada seseorang yang melantunkan ayat-ayat Allah dengan suara nya yang indah. Aku sudah tidak asing dengan suaranya. Ya suara itu, suara yang sering aku dengar di Masjid ini. Masih dengan suara yang sama dan dengan Surat yang sama yaitu Surat Ar Rahman.
Tiba-tiba ada suara yang menggagetkan ku dan ternyata dia kak Radit. Aku berpikir apa mungkin kak Radit orang yang selama ini mempunyai suara indah itu?“Kamu bukan nya anak BEM ya?” Tanya kak Radit.
Aku hanya mengangguk. Entah kenapa hati aku mendadak deg degan secepat ini. Apa mungkin aku sakit jantung dadakan.
“Saya boleh duduk kan?” Tanya nya lagi.
“I..iya kak boleh, ini kan rumah Allah siapa pun boleh duduk disini.”
Dia tertawa mendengar jawabanku. Apa mungkin ada yang salah dengan perkataanku.
“Maksud saya takut nya kamu kurang nyaman sama saya karena kita bukan mahram. Gimana kalau kita pindah ke depan kampus disana banyak orang takut nya timbul fitnah jika kita berdua disini.” Kata kak Radit.
Aku bingung kenapa dia tidak pulang saja dan membiarkan aku sendiri disini.
“Kamu bingung kan kenapa saya tidak pulang? Karena saya tidak bisa melihat seorang wanita sendiri. Saya takut tiba tiba ada yang jahat sama kamu.” Sambung nya lagi.Kenapa kak Radit bisa baca pikiranku?
Akhirnya kami pun pindah ke depan kampus tepat nya di halte kampus.“Nama kamu siapa?” Tanya kak Radit.
Ya Allah.. segitu tidak terkenal nya aku atau karena sikap cueknya itu dia jadi tidak mengenalku. Tapi hari ini, kenapa yang orang bilang tentang sikap dingin nya tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Dia bahkan lebih banyak bicara dari pada aku.
“Kok bengong. Saya Radit. Sesulit itu kah kamu menyebutkan nama kepada saya?” Ucapnya.
“Aku Andini. Kakak kenapa belum pulang? Memangnya orang tua kakak tidak menunggu di rumah?” Tanya ku yang sebenar nya buka aku enggak suka kehadiran nya tapi aku hanya ingin memperbaiki dadaku yang tiba-tiba sesak karena kurang nya pasukan oksigen saat dia ada disampingku.
“Kamu ngusir saya? Saya kan sudah bilang saya tidak bisa meninggalkan seorang wanita sendiri. Kamu kenapa belum pulang? Enggak punya rumah?”
Pertanyaan nya membuatku kesal sekaligus ingin tertawa tapi aku tidak bisa melakukan nya sekarang karena aku malu.
“A..aku lagi nunggu jemputan kak.”
“Suami kamu yang mau jemput?”
Suami? Jangankan suami pacar aja aku belum punya. Kataku dalam hati.
“Bukan. Kakak aku.”
“Saya kira kamu sudah menikah.” Katanya.
“Senja nya bagus ya kak." Kata ku mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Kamu suka senja?” Tanya kak Radit.
“Iya aku suka. Bagiku, Allah menciptakan senja untuk mengajarkan kita kalau segala sesuatu itu tidak ada yang abadi, termasuk hidup di dunia.” Kataku.
“Iya, jadilah layaknya senja, meskipun kehadirannya sebentar, namun kedatangannya selalu dirindukan banyak orang dan kepergiannya selalu meninggalkan kesan indah.” Kata kak Radit.Aku suka senja. Aku selalu kagum pada ciptaan Allah ini. Dia indah tapi keindahannya akan tergantikan oleh gelap nya malam. Namun dibalik kegelapan tersebut akan ada hal yang lebih indah lagi yaitu bintang.
Tiba tiba sebuah mobil BMW hitam berhenti di depanku yang aku yakini itu adalah kak Fahri. Aku segera pamit kepada kak Radit dan menaiki mobil kak Fahri. Setelah 15 menit akhirnya kami sampai dirumah.
Kami mengucapkan salam dan langsung dijawab oleh ayah dan bunda. Kami langsung mencium tangan mereka.“Duh anak anak bunda udah pada datang.” Kata bunda.
“Ayo cepat mandi nanti kita pergi Shalat Magrib sama-sama ke Masjid komplek.” Kata ayah.
“Siap ayah.” Jawab kami serempak.
***Hari Ahad ini Meidina mengajak kami semua untuk pergi ke toko buku. Dia berniat mencarikan buku soal soal UN untuk adiknya yang sebentar lagi akan menghadapi ujian nasional. Aku sendiri seperti biasa aku paling suka diajak ke toko buku apalagi kalau pergi sama kak Fahri pasti dia membeli semua novel-novel yang aku pilih tapi dengan syarat aku harus mengutamakan membaca Al-Qur’an.
Flashback on
“Kamu mau cari apa sih de?” Tanya kak Fahri yang melihat ku sibuk memilih novel-novel yang ada disini.
“Ade mau cari novel remaja yang isinya bikin baper.”
“Perasaan setiap novel itu sama?”
“Siapa bilang? Ade lebih suka baca novel yang isinya romantis kadang dibikin nangis dan berakhir happy ending.”
“Nangis itu kalau baca Qur’an bukan baca novel. Kamu ingat kata Ustadz Sanusi ‘Sungguh Al Qur’an ini turun dengan kesedihan maka jika kalian membacanya, menangislah. Jika kalian tidak dapat menangis, maka berusahalah untuk menangis’. (HR. Ibnu Majah).”
“Iya kak makasihya udah ingetin ade. Terus yang mau bayar novel nya siapa? Kakak tau kan uang jajan ade kalau dipake beli novel berarti ade enggak bisa jajan.” Kata ku.
“Bilang aja nyuruh kakak yang bayar kan?”
“Hihi.. peka juga ya kakak.” Kataku sambil tersenyum dan memperlihatkan deretan gigiku.
“Tapi ada syarat nya kamu harus tetap mengutamakan membaca Al Qur’an. Setiap habis Magrib kakak tagih hapalannya ya, awas kamu sebelum wisuda harus hapal 30 juz.” Kata kak Fahri.
“Iya kak In syaa Allah.” Kata ku dengan tersenyum.
Flashback offAku bersyukur Allah memberikan keluarga yang begitu menyayangi dan membimbingku untuk selalu berbuat kebaikan.
“Hmm..” Titania mengagetkan ku.
“Mau beli novel enggak? Biasanya kan kamu paling suka novel.” Kata Aisyah.
“Kayaknya enggak deh soalnya yang dirumah belum di baca semua nanti nya mubadzir.” Kata ku pada mereka.
“Mei lagi dikasir katanya dia mau traktir kita makan di kedai Pak Kurdi. Ayo kita tunggu Mei diluar bentar lagi dia udah.” Kata Aisyah.
“I iya ayo.” Jawabku.
***
Kedai Pak Kurdi adalah kedai langganan kami. Pak Kurdi berjualan bersama istrinya yaitu Bi Wiwin dan juga anaknya yang sekarang masih duduk di kelas 2 SMP. Kami suka makan disini, selain makanannya yang enak harganya juga terjangkau untuk kalangan pelajar.“Ehh neng-neng cantik mau pada makan apa?” Tanya Bi Wiwin.
“Biasa bi, saya bakso gak pake mie sama sayur, sambal nya yang banyak.” Kata Mei.
“Saya seblak level 5 ya bi.” Kata Aisyah.
“Saya mie goreng pake telor setengah mateng. Kamu apa din?” Tanya Titania.
“Saya batagor kaya biasa ya bi.” Kataku.
“Minum nya apa neng?” Tanya bi Wiwin.
“Es teh manis, kalian apa?” Tanya Mei.
“Samain aja Mei es teh manis.” Kata Titania.
“Es teh manis bi 4.” Kata Mei.
“Baik neng, ditunggu sebentar ya”.Kami pun bercerita tentang hal-hal yang indah selama kami bersahabat dari mulai hal yang lucu, sedih sampai hal yang membuat kami bahagia dan tertawa bersama. Kami melewati semua masa-masa sulit dan masa-masa senang bersama-sama. Mereka semua sangat baik padaku, mereka selalu ada saat aku sendiri dan tak sungkan-sungkan untuk mengingatkanku disaat aku salah. Aku selalu berharap Semoga kami berteman di dunia dan di Surga kelak Aamiin.
Imam Syafi’i berkata:
“Apabila kamu memiliki teman yang membantumu dalam ketaatan, maka genggam erat tangannya. Karena mendapatkan seorang sahabat itu sulit sedangkan berpisah darinya itu mudah.Bersambung...
Sebaik baiknya Bacaan Adalah Al-Qur’an.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Untuk Allah
Spiritual"Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersama dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun-daunya". (HR. Al Bukhari dan Muslim).