Wisuda

19 1 0
                                    

Karena mencintai dalam ikhlas adalah mencintai karena-Mu bukan karena nafsu dan keinginan.
***
Assalamualikum andin, saya sangat berharap kamu datang ke acara wisuda saya, jika tidak ada halangan saya tunggu ada yang ingin saya bicarakan.
Kak Radit

Aku tersenyum membaca pesan kak Radit. Aku memang sudah siap akan berangkat ke acara tersebut. Aku mengoleskan sedikit bedak dan lipstik supaya tidak terlalu terlihat pucat. Namun saat aku akan berdiri, aku merasa badanku sangat lemas dan kaki ku sulit untuk berdiri tegak.
Brukkk...

"De kamu kenapa? Kakak masuk ya." Kak Fahri masuk ke dalam kamarku dan melihatku duduk dibawah.
"Astagfirullah.. kamu kenapa bisa jatuh gini sih?" Tanya kak Fahri.
"Tadi badan aku lemas kak terus kaki aku sulit buat berdiri. Tolong ambilin aku obat dilaci itu kak."

Kak Fahri mengambilkan ku obat dan langsung memberikannya beserta air minumnya. Ayah dan bunda sedang ada urusan di Bandung selama 3 hari. Jadi aku hanya berdua bersama kak Fahri dirumah.

"Gimana udah baikan?" Tanya kak Fahri.
"Alhamdulillah udah kak. Hari ini aku mau ke acara wisuda kakak tingkat aku kak. Aku mohon izinin aku ya". Aku memohon untuk pergi dan karena kak Fahri tidak bisa menolak keinginanku akhirnya dia mengiyakan dengan syarat sebelum pergi ke acara wisuda aku pergi ke rumah sakit.
"Kakak izinin kamu pergi asalkan kakak yang antar dan sebelum kesana kita pergi ke rumah sakit."
"Tapi bukannya hari ini kak Fahri kerja?"
"Nanti aku minta dokter lain yang handle".

Sesampainya di rumah sakit aku dan kak Fahri masuk ke ruangan dokter Riza.

"Ehh ri, katanya loe cuti hari ini tapi kenapa ada disini?" Tanya dokter Riza.
"Gua mau anter Andin ke acara wisuda temannya. Tadi pagi Andin ngerasa badannya lemas dan kakinya sulit buat bergerak. Ehh gimana hasil kemarin?"
"Andin mengalami tumor otak ganas. Apa yang Andin alami tadi merupakan gejala dari penyakitnya dan sebaiknya kita melakukan operasi pengangkatan tumor."
"Maaf dokter, Andin enggak mau di operasi." Ucapku.
"Tapi de..."
"Sebaiknya kita beri Andin waktu untuk berfikir ri. Baiklah Andin untuk sementara saya kasih kamu obat, tolong difikirkam lagi mengenai operasinya."
"Baik dokter terima kasih".
"Thanks bro, kita permisi."

Setelah mengucapkan salam kami keluar dan segera menuju ke mobil kak Fahri. Kak Fahri tetap memaksaku untuk mau menjalankan operasi pengangkatan tumor.
Kak Fahri berhenti di depan toko bunga, dia menyuruhku untuk menunggu di mobil.

"Nih". Kak Fahri menyerahkan buket bunga wisuda berwarna biru.
"Ini buat siapa kak?" Tanyaku.
"Kakak tau yang bikin kamu datang ke acara ini Radit kan? Jadi kakak sengaja beliin buket itu buat Radit biar kamu gak malu-maluin masa iya kesana dengan tangan kosong".
"Tapi kenapa warna biru? Emang kakak tau warna kesukaannya kak Radit?"
"Iya dari pada aku kasih dia warna pink".
"Hmm..."
***
Sampai disana ternyata acara wisuda baru saja selesai namun masih banyak orang yang sedang berfoto-foto disana.

"Kakak tunggu dimobil ya, kamu hati-hati dan kalau ada apa-apa hubungin kakak".

Aku hanya mengangguk dan langsjng mencari dimana keberadaan kak Radit. Aku melihat kak Radit sedang duduk di samping taman, aku langsung menghampirinya.

"Selamat ya kak". Ucapku sambil memberikan buket bunga wisuda yang tadi dibeli kak Fahri.
"Saya kira kamu tidak akan datang karena pesan saya hanya kamu baca."
"Tadi ada sedikit halangan mangkanya aku telat hehe.."
"Tak papa melihat kamu hadir aja saya sangat senang. Harusnya kamu gak perlu bawa bunga, ini kan acara wisuda bukan pemakaman". Ucap kak Radit sambil tertawa".
"Ihh dasar kak Fahri dia sengaja ngerjain aku". Kataku dalam hati.
"Tapi gapapa aku suka". Lanjut kak Radit.
"Suka apanya kak?" Refleks mulutku bertanya seperti itu.
"Suka bunganya lah tapi suka yang bawanya juga."
Wajahku langsung terasa panas, pasti pipiku sudah merah.
"Hahaha... kamu malu ya? Muka kamu merah tuh. Saya hanya bercanda Andin".
"Huh dasar laki-laki enggak pernah serius sama ucapannya".
"Apa sih kak siapa juga yang malu, ini karena kepanasan aja".
"Sekali lagi makasihya udah datang ke acara wisuda saya. Saya mau kasih kamu ini".

Kak Radit memberikanku sebuah novel yang berjudul "Cinta dan Ikhlas". Entah siapa yang memberitahu kak Radit kalau aku suka novel tapi aku sangat berterima kasih kepada orang itu karena dia aku dikasih kenang-kenangan dari kak Radit.

"Saya denger kamu suka novel dan kemarin pas saya ke toko buku saya lihat novel ini dan sepertinya bagus isinya. Saya harap kamu suka."
"Anggap aja novel ini kenang-kenangan dari saya. Saya memutuskan untuk bekerja sambil melanjutkan pendidikan di Semarang." Lanjut kak Radit.
"In syaa Allah aku suka kak. Terima kasih atas novelnya. Semoga kak Radit selalu diberi kelancaran oleh Allah".
"Aamiin..."
"Kamu tahu makna mencintai dalam ikhlas?" Tanya kak Radit.
Aku menggelengkan kepala.
"Ketika kita mencintai dalam ikhlas, Maka tidak akan ada kalimat pemberi harapan palsu .Mencintai dalam ikhlas itu mencintai karena Allah bukan karena nafsu atau hanya keinginan." Lanjut kak Radit.

Allah....
Cinta dan ikhlas
Seperti aku padanya, aku mencintainya namun aku juga harus mengikhlaskannya
Karena mencintai dalam ikhlas adalah mencintai karena-Mu bukan karena nafsu dan keinginan.
-APP-

Bersambung...

Sebaik-baiknya bacaan adalah Al-Qur'an.

Sebaik-baiknya bacaan adalah Al-Qur'an

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Buket bunga wisuda Radit

Diary Untuk AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang